life can be understood only looking behind
but can be lived only looking ahead
( Soren Keerkegaard )
Suatu kilasan refleksi kehidupan dalam paroki berdasarkan pengalaman pribadi dan catatan dari umat wilayah Fransciscus Xaverius, Paroki Santo Ignatius, Menteng - Jakarta Pusat
but can be lived only looking ahead
( Soren Keerkegaard )
Suatu kilasan refleksi kehidupan dalam paroki berdasarkan pengalaman pribadi dan catatan dari umat wilayah Fransciscus Xaverius, Paroki Santo Ignatius, Menteng - Jakarta Pusat
ya Tuhan aku cinta padaMu
aku cinta padaMu
bukan aku mengharapkan surga bagiku
bukan lantaran kecut hati
tersulut kobaran api abadi
Engkau, Engkau, Yesusku – demi aku
Engkau wafat membentangkan tangan
menderita tusukan paku tikaman tombak
wajah memar sedih pedih hati tak terukur
peluh menanggung keprihatinan dan menyangga beban
dan akhirnya Engkau wafat ……ini semua demi aku
dan Engkau melihat menerawang terang aku berdosa
lalu aku mengapa aku tak cinta padaMu Yesus ?
jika Engkau sedemikian cinta padaku ?
bukan lantaran aku ingin meraih surga
bukan karena aku akan terbebas dari neraka
bukan lantaran demi untung yang terkandung
melainkan sebagaimana Engkau cinta padaku
akupun cinta padaMu, dan akan selalu begitu
demi pamrih apakah ya Tuhan aku cinta padaMu
selain lantaran Engkau adalah Raja dan Allahku
(doa St. Fransciscus Xaverius menurut terjemahan Willie Koen)
Hatiku Berkobar-kobar , Yogyakarta : Kanisius,1996
Bangsa - bangsa yang berbudaya tinggi dan tua seperti peradaban Cina dan India, kemudian peradaban Mesir sejak dari 5.000 sampai 15.000 tahun sebelum Kristus sudah mencatat atau meninggalkan coretan, pahatan, atau kreasi seni , yang dapat kita pahami meskipun tidak secara langsung dari artefak atau peninggalan mereka yang banyak ditemukan sejak abad 18. Dengan demikian secara anthropologi bisa didapat sejarah kehidupan mereka yang dapat kita ketahui sekarang. Dalam kebudayaan manusia, bangsa – bangsa yang besar dan mempunyai kebudayaan tinggi meninggalkan dan mewariskan sejarah yang bisa kita ketahui dan kita pelajari dari fakta sejarah . Meskipun sejarah adalah kepunyaan masa lalu dan telah berlalu untuk selamanya, dan tidak mungkin dapat kita rekonstruksi lagi setepat apa yang terjadi , saat ini dapat kita ketahui apa yang terjadi di masa – masa lalu dari peninggalan yang ada atau dari tulisan - tulisan sesudah manusia mengenal kebudayaan tulis menulis. Sejarah adalah bagian dari kebudayaan dan juga menyatakan eksistensi manusia yang membedakan manusia dari mahluk lainnya. Sejarah dapat dicatat berdasarkan kesaksian pelaku - pelakunya yang bersentuhan langsung dengan peristiwa, bila bukan dari pelaku sejarah bisa saja berdasarkan wawancara dengan para pelaku yang mengalaminya langsung peristiwa itu sendiri. Meski fakta sejarah tidak dapat kita rekonstruksi lagi, yang kita bisa lakukan adalah mengenangnya. Suatu penghayatan kembali pemikiran dari apa yang dialami oleh para pelaku yang mengalaminya. Peristiwa 200 tahun yang lalu tepatnya 8 Mei 1807 adalah peristiwa sejarah lahirnya Gereja Katolik di Jakarta dengan adanya prefektur apostolik di Batavia yang dipimpin o;eh Mgr. Jacobus Nellisen . Prefektur ini yang kemudian merupakan cikal bakal Keuskupan Agung Jakarta. Dari satu perfektur kemudian berkembang menjadi 36 keuskupan di seluruh provinsi di Indonesia saat ini. Pada sekitar abad 18 negara Belanda dijajah oleh Perancis sehingga lebih timbul kebebasan beragama di Belanda untuk penduduknya dapat memeluk agama Katolik. Meskipun pada zaman VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie), suatu maskapai dagang Belanda (konon sebenarnya sekumpulan dari para bajak laut atau perompak Belanda, penulis) di awal abad ke 16 sudah ada satu gereja katolik di bagian selatan benteng Belanda di Jayakarta saat itu. Ada suatu temuan sebuah salib pada batu Padro yang ditancapkan oleh kepala delegasi Portugis Henrique Leme pada tahun 1522 di tepi sungai Ciliwung (pada tahun 1918 ditemukan di persimpangan Jalan Cengkeh dan Jalan Nelayan Timur) ; sebagai tanda perjanjian antara kerajaan Pajajaran dan Utusan Portugis dari Malaka. Saat itu didirikan sebuah gereja untuk orang Portugis dan orang - orang dari Maluku yang telah dibaptis. Juga sekitar abad 17 - 18 sudah ada komunitas orang2 Katolik yang berasal dari daratan China dan dipekerjakan sebagai koeli atau buruh tambang timah yang melakukan katekisasi terhadap komunitas mereka sendiri, sebelum lahirnya prefektur apostolik di Batavia tersebut. Pewartaan kabar baik atau evangelisasi dari orang – orang yang diutus oleh Kristus, secara tidak langsung akhirnya mencapai Jakarta atau Batavia saat itu. Dari Paulus yang merasul sampai ke Roma dan Makedonia, yang kemudian menjadi negara - negara Balkan; kemudian agama Kristen yang menyebar melalui Negara – Negara Balkan ini sampai ke Belanda dan akhirnya dari Belanda yang menjajah kita, sampai ke Jakarta atau Batavia saat itu. Paroki St. Ignatius lahir pada tahun 1949 dari “gereja ibu” St. Theresia yang yang didirikan pada tahun 1930; terletak dijalan Malang , Menteng , Jakarta Pusat. Gereja baru yang didirikan oleh para pastor Yesuit ini mengambil nama pendiri serikat Yesut atau Yesuit sendiri yaitu St. Ignatius de Loyola . Sampai periode tahun 80 - an gereja atau paroki Santo Ignatius de Loyola digembalakan oleh para pastor Yesuit. Meskipun Jesuit misionearis pertama di Asia Santo Fransciscus Xaverius telah singgah di Maluku (dari kedudukannya di Goa - India Barat, dimana Santo Fransciscus Xaverius sering disebut Paulus kedua karena ia merasul dengan menempuh perjalanan jauh seperti Paulus sampai ke Malaka, Maluku, Jepang, dan sebuah pulau kecil di dekat daratan Cina dalam rencananya memasuki daratan Cina) untuk melakukan evangelisasi pada abad 15 an, namun para Jesuit dari Belandalah yang secara missioner melahirkan paroki Santo Ignatius, lebih dari 4 abad kemudian. Sementara itu para misionaris juga dengan menyertai para pedagang Portugis juga menginjili di bumi Nusantara bagian timur, yaitu di pulau Flores dan pulau Timor. Konggergasi Yesuit adalah sebuah societas yang didirikan oleh Ignatius Loyola, sorang bangsawan Spanyol yang dilahirkan pada tahun 1506. Awal abad 16 adalah zaman emas Eropa yang baru lepas dari pendudukan Arab. Banyak penemuan ilmiah baru lahir, sudah ada pelayaran lebih separoh dunia oleh Columbus atau Amerika baru ditemukan, pelaut-pelaut lainnya yang juga menemukan Amerika, ataupun seperti Vasco de Gama yang berlayar jauh (sebenarnya 8 decade sebelumnya) Zang He atau Cheng Ho seorang panglima kasim yang muslim dan menyebarkan agama Islam yang mampir di Palembang dan Semarang/Sam Po Kong pada awal abad 14; juga sudah lebih awal melakukan perjalanan yang lebih jauh sampai 7 kali sampai ke Afrika pada tahun 1417 dan konon pasukan Zhang He inilah yang menaklukkan dan meruntuhkan kerajaan Majapahit dengan pertempuran di muara kali Porong.
Abad 16 adalah masa keemasan spiritualitas Katolik, dengan lahirnya konggergasi Yesuit yang mempunyai spiritualias kerasulan : bekerja sama dengan Tuhan di dalam dunia untuk menyelamatkan kemanusiaan dengan memerangi musuh - musuh kemanusiaan dengan; mengisi dunia dengan pengetahuan dari kehidupan sejati. Companions in the Lord, doing God's work, for the hope of the world. Berkarya bersama Tuhan yang hidup bukan hanya bekerja bagi Tuhan, menyerahkan totalitas dirinya (to insert himself) kedalam pekerjaan Tuhan di dunia. Serikat Yesuit ini berkembang di Paris yang saat itu banyak mengalami perubahan, oleh sekelompok mahasiswa yaitu Ignatius Loyola sendiri, Francis Xavier, dan Peter Faber; ketika mereka belajar Theologi pada periode 1528 - 1534. Yang mengesankan dan masih banyak dikenang oleh umat dari para Yesuit ini, adalah kunjungan para pastor ini kepada umat gembalaannya , meskipun saat itu jumlah umat lebih dari 5200 orang atau hampir dua kali lipat jumlah umat yang sekarang. Pastor Wayenburg mendatangi umat dan calon baptis dengan mengadakan katekisasi dirumah warga, meskipun pesertanya hanya sedikit orang ; sedangkan Pastor Kuyt yang doctor filsafat dan theologi dengan sepeda tuanya dan tas kulit coklatnya (meski beliau sudah lanjut usia) mendatangi umat yang berdiam di kampung –kampung di sekitar jalan Kawi atau wilayah Robertus Southwell. Pernah beliau mampir dirumah penulis yang baru pindah . Sekali diperkenalkan dengan nama anak – anak penulis yang masih kecil – kecil, setiap kali bertemu di gereja, beliau mengingat dengan baik nama anak – anak penulis. Kemampuan memori atau daya ingatnya luar biasa dan kalau kami sekeluarga kami tidak ke gereja St. Ignatius, karena pergi ke gereja Katedral , beliau mengetahui dan menegur kami. Kemudian pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1990 kita mengenal Pastor William Heffernan , MM dari Amerika. Seorang doctor ahli hukum gereja yang banyak membereskan perkawinan campur umat paroki Ignatius, sehingga secara hukum gereja menjadi perkawinan yang syah. Yang mengesankan dari pastor Bill (sebutan pastor William ini) , setiap hari Jumat pagi antara jam 6 dan 7 pagi, sosoknya yang tinggi dengan berpakaian imam jubah putih berjalan cepat melewati rumah penulis untuk mengunjungi dan secara rutin membagikan komuni sendiri kepada umat yang jompo dan sakit di wilayah Kawi Bawah sekitar pasar Ratna (sekarang sudah dibongkar). Dari penuturan umat yang penulis wawancarai dan bersentuhan langsung dengan pelayanan kasih gembalaan pastor ini, ternyata beliau membagikan kepada banyak orang sakit dan tua di daerah ini. Mungkin pembagian komuni ini , beliau lakukan juga di wilayah lain pada hari – hari lainnya . Bahkan kemudian penulis ketahui, beliau masih membagikan komuni ke rumah sakit saat umatnya dirawat di RS. St Carolus. Padahal di rumah sakit itu setahu penulis ada pastor Ben Tentua, OFM dari Paroki Kramat yang juga membagikan untuk pasien – pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut. Suatu pelayanan pastoral seorang gembala yang baik terhadap umatnya. Setelah itu paroki mengalami periode beberapa pastor diocesan atau praja yang sering sekali gonta - ganti sebagai pastor kepala parokinya; dan tercatat juga beberapa yang keluar dari imamatnya ketika karya pastoralnya di paroki Santo Ignatius. Tidak kurang dari 7 orang pastor praja yang keluar masuk paroki pada periode tahun 1986 sampai dengan tahun 1995; Pada awal 1996 pastor gembala kembali dijabat seorang Yesuit, yaitu oleh Pastor Antonius Lammers SJ yang dipindah dari paroki Tanjung Priok. Beliau adalah Yesuit terakhir yang menjadi Pastor kepala paroki dan menjabat dari tahun 1996 sampai tahun 2003. Pastor Lammers pernah bercerita bahwa tahun 50 an, bersama pastor Koolman dan Sugiri sebagai novis yang berusia belasan tahun sampai di Tanjung Priok naik kapal laut yang lama perjalananya berbulan - bulan dari Belanda ; Tiga orang yang baru melewati masa remaja pengagum Ignatius de Loyola , menyebrangi lautan pergi jauh ketanah Jawa yang eksotis untuk menjadi pewarta Sabda dan Kerajaan Allah. Kemudian meneruskan perjalanan dengan kereta api barang ke Semarang dan menjadi hitam karena asap loko yang mungkin masih menggunakan batu bara atau kayu bakar, untuk menjadi para missionaris Yesuit . Sampai saat ini mereka masih berkarya dan taat akan ikrar setia mereka kepada Sang Raja dan Gembala Agung. Para Yesuit menggembalakan paroki Santo Ignatius selama hampir lima puluh tahun atau setengah abad. Dari pastor pertama P.J. Janssen SJ (1948), kemudian Jesuit lainnya sampai tahun 1985; sesudah itu seorang misionaris dari Amerika Serikat , seorang Misionaris Milhill (MM), William Heffernan,MM ; mengambil alih paroki ini sampai 1985 kemudian diserahkan kepada imam diosesan. Berapa imam diosesan ini meninggalkan imamatnya waktu bertugas di paroki ini . Tahun 1996 P.A. Lammers SJ ditugaskan membenahi paroki ini sampai dikembalikan lagi kepada imam diosesan pada tahun 2003 ( 200 Tahun Gereja Katolik di Jakarta,hal.281, Adolf Heuken,SJ; Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2007 ). Yang menarik dari pastor tua ini, sama seperti para Yesuit pendahulunya seperti Pastor Kuyt dan Bastianse, juga Romo Sunar adalah dalam kunjungan ke umatnya (huis bezoek).Yang penulis kenang dengan Pastor Lammers yang sudah berusia lebih dari 70 tahun ini, adalah pada suatu waktu di lingkungan kami , beliau minta diantar mengunjungi umat yang lanjut usia dan atau mengalami sakit tua , umumnya para ibu yang berusia diatas tujuh puluhan tahun bahkan diatas 80 -an tahun. Beberapa dari mereka tampak begitu gembira dikunjungi pastornya, ada diantara mereka yang berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda dengan pastor tua ini. Sesudah kunjungan ini dalam hitungan bulan saja, para ibu ini berurutan meninggal dunia, sehingga dalam periode 14 bulan , tujuh orang meninggal atau rata – rata dalam dua bulan ada yang meninggal. Entah kebetulan atau tidak, mungkin para ibu tua ini sesudah dikunjungi gembalanya menjadi rindu untuk memandang wajah Allah dan segera kembali ke rumah Bapa. Saat itu belum ada prodiakon, yang ada adalah API atau awam pelayan ibadat, bukan untuk membawakan ibadat di pemakaman seperti para prodiakon. Maka yang pontang panting adalah pengurus lingkungan untuk penyelenggaraan ibadat – ibadat kematian. Kalau keluarga masih menginginkan hadirnya seorang pastor, ketua lingkungan mengusahakan kehadiran seorang pastor - pastor SVD dari Wisma Soverdi di Matraman Raya atau mencari pastor tamu yang kebenaran singgah di Jakarta, tempatnya di Wisma Unio, di jalan Kramat V. Kejadian ini karena kebijaksanaan dari paroki ini konon dari KAJ yang menyarankan Pastor cukup datang sekali untuk misa requiem. Kalau memang benar arahan dari KAJ tersebut , sangat disayangkan oleh pastor paroki digunakan sebagai justifikasi atau pembenaran menjadi seorang minimalis dalam pelayanan pastoralnya. Kalau mempunyai waktu mengapa cukup datang hanya sekali. Atau memang ada jurisdiksinya dalam pelayanan pastoral seorang imam sebagai pejabat gereja atau seorang ordinary gereja , dalam peristiwa kematian kunjungan yang hanya sekali sudah memadai. Padahal umat biasanya berkumpul menemani keluarga yang ditinggalkan atau ikut berbela sungkawa setiap malam untuk beribadat sebelum jenasah dimakamkan. Kecuali pastor paroki memang begitu sibuk atau demikian ketat jadwal pelayanannya, sehingga tidak memungkinkan untuk hadir lagi. Suatu waktu Pastor Lammers mengatakan bahwa umat wilayah FX adalah umat yang parasit, mau menikmati liturgi ibadat ekaristi tetapi tidak memberikan kontribusi dengan adanya koor wilayah. Oleh karena tegurannya ini, maka lahirlah koor wilayah FX pada tahun 1997, meskipun kemampuan berseni suara dari para anggota-anggotanya hanya pas-pasan umat wilayah FX berusaha membentuk koor wilayah dengan mengundang dirigent dari luar wilayah dan berlatih dengan tekun setiap hari Kamis malam, di sebuah rumah umat di jalan Lawu yang secara khusus menyediakan tempat untuk pertemuan lingkungan , pendalaman iman atau kitab suci, dan juga latihan koor. Meskipun pas - pasan pada perlombaan koor antar wilayah dalammemperingati 50 tahun berdirinya paroki Santo Ignatius, koor wilayah FX memperoleh juarakedua. Penulisan sejarah 200 tahun gereja di Keuskupan Agung Jakarta, merupakan momen yang sayang kalau dilewatkan berlalu begitu saja. Mudah – mudahan rencana penulisan sejarah di paroki St. Ignatius pun melibatkan umat dalam keikutsertaan memberikan sumbangan yang berarti mengenai catatan – catatan lahirnya sebuah paroki yang telah berumur lebih dari 50 tahun. Suatu paroki di jantung kota Jakarta yang umatnya menjadi berkurang karena banyaknya gusuran, konsekwensi perubahan tata kota untuk menjadi metropolitan yang membongkar bangunan – bangunan tua dan menggantinya dengan gedung – gedung tinggi , sebagian sampai sekarang di daerah dekat Menara Imperium dan sekitar Gang Edi,masih terbengkalaI sebagai tanah kosong akibat krisis moneter tahun 1997. Paroki St Ignatius dalam usianya yang ke 58 tahun adalah paroki yang cukup tua . Kata seorang rohaniwan, tempat yang sering dipakai untuk berrelasi dengan Tuhan atau beribadat demikian juga sebuah gereja tua , biasanya mempunyai nilai sakral yang lebih atau mempunyai greget . Allah Bapa yang Maha Baik sudah begitu sering hadir menjumpai putra - putriNya yang dikasihiNya dalam relasi doa - doa yang disampaikan, ikut solider dengan anak -anakNya yang menanggung beban atau berkeluh kesah karena mempunyai persoalan; ataupun untuk menyampaikan doa puji syukur kepada Sang Pencipta. Allah yang masih ingin terus berkomunikasi dan hadir menemui putera - puteriNya. Panitya penulisan sejarah dari paroki menugaskan setiap wilayah untuk menyampaikan tulisan. Kami dari wilayah Fransciscus Xaverius mencoba. menyampaikan tulisan yang juga merupakan pandangan sebagian umat di wilayah Wilayah yang mengambil nama Santo pelindung yang begitu populer bagi masyarakat katolik di Indonesia., saat ini mempunyai 3 lingkungan yang semula 4 lingkungan . Mengalami pengurangan satu lingkungan karena umatnya tergusur. Jumlah KK adalah 104 KK, terdiri dari 62 KK di Lingkungan Ignatius de Azevedo, 20 KK di Lingkungan Petrus Faber dan 22 KK di Lingkungan Antonius Daniel; dengan komposisi sebagian besar umat adalah yang berusia setengah tua, dan banyak yang sudah lanjut usia . Umat dengan usia muda sangat kurang dan makin lama makin kurang berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan. Banyak dari mereka pulang kerja sampai larut malam. Dari yang muda – muda cukup banyak juga yang sudah keluar rumah karena sudah menikah atau banyak berada di daerah lain karena meneruskan pendidikan atau bekerja di tempat lain. Bahkan mereka tersebar di benua lain, anak anak yang pada periode tahun delapan puluhan mengikuti sekolah minggu yang dikelola para mudika FX, di sebuah rumah tua di jalan Salak no. 33 dan no. 35 pada periode tahun 1980 an, dibedakan dari kelompok umur yang masih kecil - kecil dan yang sedikit lebih besar. Saya mengutip dari buku Peringatan 50 tahun Paroki Santo Ignatius yang diterbitkan Panitya Peringatan 50 tahun Paroki Santo Ignatius pada tahun 1999 sebagai berikut ; Dua tahun terakhir ini wilayah FX telah memiliki paduan suara. Wilayah ini tidak mempunyai banyak warga usia mudika, namun mereka mau terlibat dalam kegiatan di lingkungan, wilayah maupun di paroki. Kegiatan lain yang spesifik adalah persekutuan doa wilayah, kelompok doa dari para ibu yang mengadakan kunjungan kepada umat yang lanjut usia atau sakit. Mendukung dengan doa umat yang terkena musibah dan memerlukan bantuan. Keterlibatan wilayah ini dalam paroki terlihat dari keanggotaan dalam Dewan Paroki, ketua seksi dan kelompok kategorial, dan prodiakon (hal. 41). Barangkali sebagai nama baptis, nama FX atau Fransciscus Xaveriuslah yang paling banyak digunakan sebagai nama baptis di Indonesia.Bila kita melihat pelajaran sejarah di sekolah menengah bahwa nama Fransciscus Xaverius dikenal sebagai penyebar atau misionaris pertama agama nasrani pada abad 15 di Kepulauan Maluku. Fransesco adalah seorang bangsawan Portugal kelahiran 7 April 1506 di Navarra ; Puri Javier sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Pergi ke Perancis; untuk belajar di kolese St. Barbara. Perkenalannya dengan Ignatius Loyola bersama Peter Faber atau Pierre Favre kelahiran 13 April 1506 di suatu desa Villareto, daerah Savoya, wilayah Genova. Para Putera Gereja inilah yang merupakan ketiga orang Yesuit pertama, yang secara khusus dirayakan di seluruh dunia dalam tahun Yubilleum Agung 2006 ini. Menyambut 450 tahun afatnya Ignatius de Loyola dan 500 tahun kelahiran Fransciscus Xaverius dan Beato Petrus Faber. Demikian juga di Jakarta dirayakan dengan Novena Besar Yubilleum di Gereja Santa Theresia, Jakarta Pusat. Para Yesuit di Indonesia terutama di pulau Jawa dikenal dalam pendidikan sekolah - sekolah menengahnya atau kolese yang berkwalitas tinggi seperti di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Banyak dari para Yesuit ini adalah juga pengajar yang biasanya juga mempunyai keahlian atau profesi tertentu. Dari konggregasi Yesuit ini dikenal pula Latihan Rohani (Excercitia Spiritualita) yang merupakan panduan retret yang telah digunakan berabad – abad dan banyak dipakai oleh para rohaniwan dan pemimpin umat sebagai panduan dalam retret . Paus Pius XI dalam ensiklik Mens Nostra menyatakan bahwa kekuatan metode Ignasian dalam Latihan Rohani mengajarkan cara retret yang mengagumkan untuk menolong umat beriman membangun hidup menurut teladan Yesus dengan pemeriksaan hati dan pertobatan yang menumbuhkah kasih terhadap Yesus, untuk kemudian menjadi pengikut setia dan menerima tugas perutusanNya; Puncak dari Latihan Rohani adalah kontemplasi sehingga yang dilakukan adalah kehendak Allah; bukan kehendak pribadi dan meninggalkan segala kelekatan terhadap kekuasaan, status, kekayaan, popularitas dan sebagainya yang menghalangi kehidupan rohani umat beriman. Pada tahun 1540 Francis Xavier atau Fransesco yang kita kenal disini sebagai Fransciscus Xaverius diutus ke Goa, India dan wilayah timur jauh lainnya menumpang armada Portugis, menjadi missioner dan pernah singgah di Malaka daratan Malaysia dan Maluku, Jepang dan China. Dalam usahanya masuk daratan China, ia menemui ajalnya pada tahun 1552 di pulau San Chian sebelum dapat memasuki daratan China. Bila melihat sejarah gereja katolik di Indonesia, para Yesuitlah yang pertama datang untuk memberitakan injil hampir 500 tahun yang lalu di Maluku. Beliau dimakamkan di Goa, India . Ia melakukan pewartaan lewat cara hidup dan kemampuan penyesuaian dirinya dengan budaya dan adat istiadat penduduk setempat. Sesudah Paulus, ia adalah rasul yang paling jauh melakukan perjalanan dalam karya pewartaan kabar baik, sehingga ia diangkat menjadi Santo Pelindung para misionaris. Fransesco merupakan pemimpin local yang pertama dari Serikat Yesus di India. Pada tahun - tahun periode tujuhpuluhan, saat pembentukan rata marga yang sekarang menjadi lingkungan dan wilayah di dalam paroki St. Ignatius , nama para Yesuit digunakan sebagai santo pelindung karena memang para gembala di paroki St. Ignatius adalah pastor –pastor Yesuit. Rasanya nama – nama itu begitu indah dan mempunyai nilai magis dari para Yesuit yang berkarya di seluruh dunia. Tidaklah heran bila wilayah memilih nama besar Fransciscus Xaverius sebagai santo pelindung. Demikian juga lingkungan – lingkungan yang ada di wilayah FX memilih nama – nama pelindung dengan menggunakan nama - nama para Yesuit seperti Ignatius de Azevedo , AntoniusDaniel, Petrus Faber , dan Sebastianus Kimura seorang Yesuit Jepang yang menjadi martir dalam tugas perutusannya. Karena umat di lingkungan Kimura tinggal beberapa kepala keluarga, akhirnya lingkungan ini digabung dengan lingkungan Antonius Daniel. Meskipun kepengurusan Dewan Paroki tahun 2003 – 2006 dengan kepemimpinan pastor kepala paroki telah mengganti nama – nama santo pelindung ini dengan nama – nama FX 1, 2 , dan 3 ; dalam kehidupan sehari - hari umat di wilayah FX nama – nama yang telah dipakai puluhan tahun itu dalam realitasnya tidak hilang dan tetap dipakai ; nama – nama FX 1,2, dan 3 hanya dipakai dalam berita paroki yang seringkali membuat saya pribadi lebih susah mengingat atau keliru mana yang 1, mana yang 2 atau yang 3. Nama dari para misionaris Yesuit yang diabadikan oleh umat paroki Santo Ignatius dalam pembentukan nama – nama lingkungannya telah dimusnahkan dan tidak bermakna dengan pengnomoran 1, 2 , dan 3 dari wilayah FX. Sangat disayangkan hilangnya nama – nama para Yesuit yang dijadikan sebagai santo pelindung oleh umat lingkungan. Nama yang telah terpatri lebih dari 30 tahun dihilangkan begitu saja oleh segelintir orang dan pastor paroki yang merasa mempunyai kesewenangan untuk merobah , tanpa membicarakannya dengan umat yang bersangkutan. Yah itulah budaya kita yang kurang menghargai sejarah, menghancurkan yang lama dan ingin merubah sesuai selera ketika berkuasa. Sebuah arogansi kesewenangan beberapa orang yang merasa mewakili umat. Secara teritorial Wilayah FX dalam peta DKI Jakarta, terletak bagaikan suatu noktah persegi di kelurahan Guntur dan Pasar Manggis yang areanya menggunakan nama-nama gunung di pulau Jawa antara Jl. HR Rasuna Said di sebelah selatan dan Sultan Agung di sebelah utara, dan antara Jl. Halimun di sebelah barat dan Kencana di sebelah timur. Jumlah KK terus berkurang karena umatnya pindah atau rumahnya dijual. Keluarga muda amat jarang untuk dapat menempati daerah ini, kecuali masih tinggal dengan orang tua. Biasanya pindah kepinggiran atau mencari apartemen untuk tempat tinggal. Mungkin sudah harus dipikirkan bahwa suatu saat dalam masyarakat metropolitan , birokrasi paroki yang sifatnya teritorial suatu saat akan ditinggalkan. Contohnya gereja Katedral dan Santa Theresia merupakan gereja yang banyak dikunjungi oleh umat yang tidak bertempat tinggal atau berdomisili di area tersebut. Bisa jadi suatu saat di Jakarta akan timbul gereja yang bukan sifatnya teritorial, akan tetapi bersifat kategorial atau umat bisa ke gereja mana saja yang dianggap bisa lebih sesuai dengan kebutuhannya dalam berelasi dengan Sang Pencipta atau berelasi dengan sesamanya. Gereja yang terbuka bagi segenap umat dan membuka pintunya lebar - lebar setiap saat seseoran ingin berdoa atau merenung di depan salib atau di gua Maria. Dalam refleksi penulisan buku peringatan 200 tahun sejarah paroki Santo Ignatius, pastilah ada hal - hal yang dikenang baik yang pahit atau yang manis, ada juga hal - hal yang mungkin terlupakan. Apapun yang terjadi sebagai peristiwa sejarah, seyogyanya dapat dipelihara dan menjadi kenangan atau monumental batin dari para pelaku yang bersentuhan dan mengalaminya. Umat wilayah Fransciscus Xaverius paroki Santo Ignatius; dalam kegiatan lingkungan yang sebagaimana keinginan Bapak Uskup untuk meningkatkan kehidupan umat basis gereja di lingkungan - lingkungan, sangatlah mengharapkan suatu perkembangan kehidupan spiritual atau kehidupan iman yang tumbuh dan berkembang . Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh peran para gembala di paroki dan juga oleh peranan para awam yang mau berkarya dalam lingkungan atau wilayah. Bukan hanya sebagai pengorbanan dalam melayani sesama, akan tetapi lebih baik kalau persepsinya bukanlah pengorbanan karena tenaga, waktu, juga materi; akan tetapi karena sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada Bapa yang maha baik. Harapan kami agar gembala- gembala kecil dalam paroki hendaknya mengambil idola seorang murid yang seperti Rasul Paulus sebagai figur identifikasi dirinya dalam berkarya melayani Yesus Sang Raja dan ikut ambil bagian dalam mengembangkan Kerajaan Allah di bumi ini dalam berkarya untuk sesama umat. Kami ingin mengutip pandangan Martin Buber seorang filsuf eksistensialism yang bisa diterapkan dalam kehidupan umat basis. Martin Buber mengajukan hubungan Aku – Kamu sebagai hubungan yang paling mendalam antara manusia dengan Allah. Spriritualitas sejati bersifat komunal, karena Roh tidak berkaitan dengan hanya orang perorangan, melainkan dengan hubungan antara mereka, melalui kamu – kamu manusiawi orang dapat bertemu dengan Kamu Abadi. Paguyuban atau komunitas lingkungan adalah seperti koionia yang diajarkan Santo Paulus. Kita memang tidak dapat berelasi dengan Tuhan tanpa hubungan dengan sesama kita. Monumen kasih Santo Fransciscus Xaverius yang melakukan penginjilan atau penyampaian kabar baik evangelisasi ke bumi Indonesia , semoga dapat menjadi spiritualitas umat bukan hanya dengan menginjili dan membaptis sesama seperti di masa lalu , tetapi menjadi tanda Kristus yang hadirdiantara sesama kita, dengan berperilaku dan bersikap sebagai seorang pengikut Kristus. Menjadi seorang murid yang menghayati arti dari pemuridan seperti yang dikehendakiNya dalam menyampaikan kebenaran dan perintah - perintahNya dengan spiritualitas yang alkitabiah sebagai sumber inspirasi. Pada tahun ke enam dari Yubelium Milenium Ketiga sekarang ini , semoga benar - benar membawa kepada tahun - tahun yang penuh rahmat Tuhan, saatTuhan menyelamatkan umatNya melalui Sang Sabda dalam diri Yesus Kristus. Makin disadari peranan awam menggereja dan makin mencintai kitab suci dan juga sekaligus menjadi pelaku Sabda. Khususnya umat beriman di Keuskupan Agung Jakarta yang merayakan pesta 200 tahun pewartaan dan berdirnya Keuskupan Agung Jakarta menjadi tanda Kristus yang hadir bagi dunia kehidupan di sekitarnya. Sesuai hymne 200 tahun Gereja Katolik Jakarta ; makin setia kepada Yesus makin berbakti kepada Nusa dan Bangsa. Pro Ecclesia et Patria. Selamat Merayakan.
Jakarta, April 2006
Hendra Boeniardi
Bangsa - bangsa yang berbudaya tinggi dan tua seperti peradaban Cina dan India, kemudian peradaban Mesir sejak dari 5.000 sampai 15.000 tahun sebelum Kristus sudah mencatat atau meninggalkan coretan, pahatan, atau kreasi seni , yang dapat kita pahami meskipun tidak secara langsung dari artefak atau peninggalan mereka yang banyak ditemukan sejak abad 18. Dengan demikian secara anthropologi bisa didapat sejarah kehidupan mereka yang dapat kita ketahui sekarang. Dalam kebudayaan manusia, bangsa – bangsa yang besar dan mempunyai kebudayaan tinggi meninggalkan dan mewariskan sejarah yang bisa kita ketahui dan kita pelajari dari fakta sejarah . Meskipun sejarah adalah kepunyaan masa lalu dan telah berlalu untuk selamanya, dan tidak mungkin dapat kita rekonstruksi lagi setepat apa yang terjadi , saat ini dapat kita ketahui apa yang terjadi di masa – masa lalu dari peninggalan yang ada atau dari tulisan - tulisan sesudah manusia mengenal kebudayaan tulis menulis. Sejarah adalah bagian dari kebudayaan dan juga menyatakan eksistensi manusia yang membedakan manusia dari mahluk lainnya. Sejarah dapat dicatat berdasarkan kesaksian pelaku - pelakunya yang bersentuhan langsung dengan peristiwa, bila bukan dari pelaku sejarah bisa saja berdasarkan wawancara dengan para pelaku yang mengalaminya langsung peristiwa itu sendiri. Meski fakta sejarah tidak dapat kita rekonstruksi lagi, yang kita bisa lakukan adalah mengenangnya. Suatu penghayatan kembali pemikiran dari apa yang dialami oleh para pelaku yang mengalaminya. Peristiwa 200 tahun yang lalu tepatnya 8 Mei 1807 adalah peristiwa sejarah lahirnya Gereja Katolik di Jakarta dengan adanya prefektur apostolik di Batavia yang dipimpin o;eh Mgr. Jacobus Nellisen . Prefektur ini yang kemudian merupakan cikal bakal Keuskupan Agung Jakarta. Dari satu perfektur kemudian berkembang menjadi 36 keuskupan di seluruh provinsi di Indonesia saat ini. Pada sekitar abad 18 negara Belanda dijajah oleh Perancis sehingga lebih timbul kebebasan beragama di Belanda untuk penduduknya dapat memeluk agama Katolik. Meskipun pada zaman VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie), suatu maskapai dagang Belanda (konon sebenarnya sekumpulan dari para bajak laut atau perompak Belanda, penulis) di awal abad ke 16 sudah ada satu gereja katolik di bagian selatan benteng Belanda di Jayakarta saat itu. Ada suatu temuan sebuah salib pada batu Padro yang ditancapkan oleh kepala delegasi Portugis Henrique Leme pada tahun 1522 di tepi sungai Ciliwung (pada tahun 1918 ditemukan di persimpangan Jalan Cengkeh dan Jalan Nelayan Timur) ; sebagai tanda perjanjian antara kerajaan Pajajaran dan Utusan Portugis dari Malaka. Saat itu didirikan sebuah gereja untuk orang Portugis dan orang - orang dari Maluku yang telah dibaptis. Juga sekitar abad 17 - 18 sudah ada komunitas orang2 Katolik yang berasal dari daratan China dan dipekerjakan sebagai koeli atau buruh tambang timah yang melakukan katekisasi terhadap komunitas mereka sendiri, sebelum lahirnya prefektur apostolik di Batavia tersebut. Pewartaan kabar baik atau evangelisasi dari orang – orang yang diutus oleh Kristus, secara tidak langsung akhirnya mencapai Jakarta atau Batavia saat itu. Dari Paulus yang merasul sampai ke Roma dan Makedonia, yang kemudian menjadi negara - negara Balkan; kemudian agama Kristen yang menyebar melalui Negara – Negara Balkan ini sampai ke Belanda dan akhirnya dari Belanda yang menjajah kita, sampai ke Jakarta atau Batavia saat itu. Paroki St. Ignatius lahir pada tahun 1949 dari “gereja ibu” St. Theresia yang yang didirikan pada tahun 1930; terletak dijalan Malang , Menteng , Jakarta Pusat. Gereja baru yang didirikan oleh para pastor Yesuit ini mengambil nama pendiri serikat Yesut atau Yesuit sendiri yaitu St. Ignatius de Loyola . Sampai periode tahun 80 - an gereja atau paroki Santo Ignatius de Loyola digembalakan oleh para pastor Yesuit. Meskipun Jesuit misionearis pertama di Asia Santo Fransciscus Xaverius telah singgah di Maluku (dari kedudukannya di Goa - India Barat, dimana Santo Fransciscus Xaverius sering disebut Paulus kedua karena ia merasul dengan menempuh perjalanan jauh seperti Paulus sampai ke Malaka, Maluku, Jepang, dan sebuah pulau kecil di dekat daratan Cina dalam rencananya memasuki daratan Cina) untuk melakukan evangelisasi pada abad 15 an, namun para Jesuit dari Belandalah yang secara missioner melahirkan paroki Santo Ignatius, lebih dari 4 abad kemudian. Sementara itu para misionaris juga dengan menyertai para pedagang Portugis juga menginjili di bumi Nusantara bagian timur, yaitu di pulau Flores dan pulau Timor. Konggergasi Yesuit adalah sebuah societas yang didirikan oleh Ignatius Loyola, sorang bangsawan Spanyol yang dilahirkan pada tahun 1506. Awal abad 16 adalah zaman emas Eropa yang baru lepas dari pendudukan Arab. Banyak penemuan ilmiah baru lahir, sudah ada pelayaran lebih separoh dunia oleh Columbus atau Amerika baru ditemukan, pelaut-pelaut lainnya yang juga menemukan Amerika, ataupun seperti Vasco de Gama yang berlayar jauh (sebenarnya 8 decade sebelumnya) Zang He atau Cheng Ho seorang panglima kasim yang muslim dan menyebarkan agama Islam yang mampir di Palembang dan Semarang/Sam Po Kong pada awal abad 14; juga sudah lebih awal melakukan perjalanan yang lebih jauh sampai 7 kali sampai ke Afrika pada tahun 1417 dan konon pasukan Zhang He inilah yang menaklukkan dan meruntuhkan kerajaan Majapahit dengan pertempuran di muara kali Porong.
Abad 16 adalah masa keemasan spiritualitas Katolik, dengan lahirnya konggergasi Yesuit yang mempunyai spiritualias kerasulan : bekerja sama dengan Tuhan di dalam dunia untuk menyelamatkan kemanusiaan dengan memerangi musuh - musuh kemanusiaan dengan; mengisi dunia dengan pengetahuan dari kehidupan sejati. Companions in the Lord, doing God's work, for the hope of the world. Berkarya bersama Tuhan yang hidup bukan hanya bekerja bagi Tuhan, menyerahkan totalitas dirinya (to insert himself) kedalam pekerjaan Tuhan di dunia. Serikat Yesuit ini berkembang di Paris yang saat itu banyak mengalami perubahan, oleh sekelompok mahasiswa yaitu Ignatius Loyola sendiri, Francis Xavier, dan Peter Faber; ketika mereka belajar Theologi pada periode 1528 - 1534. Yang mengesankan dan masih banyak dikenang oleh umat dari para Yesuit ini, adalah kunjungan para pastor ini kepada umat gembalaannya , meskipun saat itu jumlah umat lebih dari 5200 orang atau hampir dua kali lipat jumlah umat yang sekarang. Pastor Wayenburg mendatangi umat dan calon baptis dengan mengadakan katekisasi dirumah warga, meskipun pesertanya hanya sedikit orang ; sedangkan Pastor Kuyt yang doctor filsafat dan theologi dengan sepeda tuanya dan tas kulit coklatnya (meski beliau sudah lanjut usia) mendatangi umat yang berdiam di kampung –kampung di sekitar jalan Kawi atau wilayah Robertus Southwell. Pernah beliau mampir dirumah penulis yang baru pindah . Sekali diperkenalkan dengan nama anak – anak penulis yang masih kecil – kecil, setiap kali bertemu di gereja, beliau mengingat dengan baik nama anak – anak penulis. Kemampuan memori atau daya ingatnya luar biasa dan kalau kami sekeluarga kami tidak ke gereja St. Ignatius, karena pergi ke gereja Katedral , beliau mengetahui dan menegur kami. Kemudian pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1990 kita mengenal Pastor William Heffernan , MM dari Amerika. Seorang doctor ahli hukum gereja yang banyak membereskan perkawinan campur umat paroki Ignatius, sehingga secara hukum gereja menjadi perkawinan yang syah. Yang mengesankan dari pastor Bill (sebutan pastor William ini) , setiap hari Jumat pagi antara jam 6 dan 7 pagi, sosoknya yang tinggi dengan berpakaian imam jubah putih berjalan cepat melewati rumah penulis untuk mengunjungi dan secara rutin membagikan komuni sendiri kepada umat yang jompo dan sakit di wilayah Kawi Bawah sekitar pasar Ratna (sekarang sudah dibongkar). Dari penuturan umat yang penulis wawancarai dan bersentuhan langsung dengan pelayanan kasih gembalaan pastor ini, ternyata beliau membagikan kepada banyak orang sakit dan tua di daerah ini. Mungkin pembagian komuni ini , beliau lakukan juga di wilayah lain pada hari – hari lainnya . Bahkan kemudian penulis ketahui, beliau masih membagikan komuni ke rumah sakit saat umatnya dirawat di RS. St Carolus. Padahal di rumah sakit itu setahu penulis ada pastor Ben Tentua, OFM dari Paroki Kramat yang juga membagikan untuk pasien – pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut. Suatu pelayanan pastoral seorang gembala yang baik terhadap umatnya. Setelah itu paroki mengalami periode beberapa pastor diocesan atau praja yang sering sekali gonta - ganti sebagai pastor kepala parokinya; dan tercatat juga beberapa yang keluar dari imamatnya ketika karya pastoralnya di paroki Santo Ignatius. Tidak kurang dari 7 orang pastor praja yang keluar masuk paroki pada periode tahun 1986 sampai dengan tahun 1995; Pada awal 1996 pastor gembala kembali dijabat seorang Yesuit, yaitu oleh Pastor Antonius Lammers SJ yang dipindah dari paroki Tanjung Priok. Beliau adalah Yesuit terakhir yang menjadi Pastor kepala paroki dan menjabat dari tahun 1996 sampai tahun 2003. Pastor Lammers pernah bercerita bahwa tahun 50 an, bersama pastor Koolman dan Sugiri sebagai novis yang berusia belasan tahun sampai di Tanjung Priok naik kapal laut yang lama perjalananya berbulan - bulan dari Belanda ; Tiga orang yang baru melewati masa remaja pengagum Ignatius de Loyola , menyebrangi lautan pergi jauh ketanah Jawa yang eksotis untuk menjadi pewarta Sabda dan Kerajaan Allah. Kemudian meneruskan perjalanan dengan kereta api barang ke Semarang dan menjadi hitam karena asap loko yang mungkin masih menggunakan batu bara atau kayu bakar, untuk menjadi para missionaris Yesuit . Sampai saat ini mereka masih berkarya dan taat akan ikrar setia mereka kepada Sang Raja dan Gembala Agung. Para Yesuit menggembalakan paroki Santo Ignatius selama hampir lima puluh tahun atau setengah abad. Dari pastor pertama P.J. Janssen SJ (1948), kemudian Jesuit lainnya sampai tahun 1985; sesudah itu seorang misionaris dari Amerika Serikat , seorang Misionaris Milhill (MM), William Heffernan,MM ; mengambil alih paroki ini sampai 1985 kemudian diserahkan kepada imam diosesan. Berapa imam diosesan ini meninggalkan imamatnya waktu bertugas di paroki ini . Tahun 1996 P.A. Lammers SJ ditugaskan membenahi paroki ini sampai dikembalikan lagi kepada imam diosesan pada tahun 2003 ( 200 Tahun Gereja Katolik di Jakarta,hal.281, Adolf Heuken,SJ; Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2007 ). Yang menarik dari pastor tua ini, sama seperti para Yesuit pendahulunya seperti Pastor Kuyt dan Bastianse, juga Romo Sunar adalah dalam kunjungan ke umatnya (huis bezoek).Yang penulis kenang dengan Pastor Lammers yang sudah berusia lebih dari 70 tahun ini, adalah pada suatu waktu di lingkungan kami , beliau minta diantar mengunjungi umat yang lanjut usia dan atau mengalami sakit tua , umumnya para ibu yang berusia diatas tujuh puluhan tahun bahkan diatas 80 -an tahun. Beberapa dari mereka tampak begitu gembira dikunjungi pastornya, ada diantara mereka yang berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda dengan pastor tua ini. Sesudah kunjungan ini dalam hitungan bulan saja, para ibu ini berurutan meninggal dunia, sehingga dalam periode 14 bulan , tujuh orang meninggal atau rata – rata dalam dua bulan ada yang meninggal. Entah kebetulan atau tidak, mungkin para ibu tua ini sesudah dikunjungi gembalanya menjadi rindu untuk memandang wajah Allah dan segera kembali ke rumah Bapa. Saat itu belum ada prodiakon, yang ada adalah API atau awam pelayan ibadat, bukan untuk membawakan ibadat di pemakaman seperti para prodiakon. Maka yang pontang panting adalah pengurus lingkungan untuk penyelenggaraan ibadat – ibadat kematian. Kalau keluarga masih menginginkan hadirnya seorang pastor, ketua lingkungan mengusahakan kehadiran seorang pastor - pastor SVD dari Wisma Soverdi di Matraman Raya atau mencari pastor tamu yang kebenaran singgah di Jakarta, tempatnya di Wisma Unio, di jalan Kramat V. Kejadian ini karena kebijaksanaan dari paroki ini konon dari KAJ yang menyarankan Pastor cukup datang sekali untuk misa requiem. Kalau memang benar arahan dari KAJ tersebut , sangat disayangkan oleh pastor paroki digunakan sebagai justifikasi atau pembenaran menjadi seorang minimalis dalam pelayanan pastoralnya. Kalau mempunyai waktu mengapa cukup datang hanya sekali. Atau memang ada jurisdiksinya dalam pelayanan pastoral seorang imam sebagai pejabat gereja atau seorang ordinary gereja , dalam peristiwa kematian kunjungan yang hanya sekali sudah memadai. Padahal umat biasanya berkumpul menemani keluarga yang ditinggalkan atau ikut berbela sungkawa setiap malam untuk beribadat sebelum jenasah dimakamkan. Kecuali pastor paroki memang begitu sibuk atau demikian ketat jadwal pelayanannya, sehingga tidak memungkinkan untuk hadir lagi. Suatu waktu Pastor Lammers mengatakan bahwa umat wilayah FX adalah umat yang parasit, mau menikmati liturgi ibadat ekaristi tetapi tidak memberikan kontribusi dengan adanya koor wilayah. Oleh karena tegurannya ini, maka lahirlah koor wilayah FX pada tahun 1997, meskipun kemampuan berseni suara dari para anggota-anggotanya hanya pas-pasan umat wilayah FX berusaha membentuk koor wilayah dengan mengundang dirigent dari luar wilayah dan berlatih dengan tekun setiap hari Kamis malam, di sebuah rumah umat di jalan Lawu yang secara khusus menyediakan tempat untuk pertemuan lingkungan , pendalaman iman atau kitab suci, dan juga latihan koor. Meskipun pas - pasan pada perlombaan koor antar wilayah dalammemperingati 50 tahun berdirinya paroki Santo Ignatius, koor wilayah FX memperoleh juarakedua. Penulisan sejarah 200 tahun gereja di Keuskupan Agung Jakarta, merupakan momen yang sayang kalau dilewatkan berlalu begitu saja. Mudah – mudahan rencana penulisan sejarah di paroki St. Ignatius pun melibatkan umat dalam keikutsertaan memberikan sumbangan yang berarti mengenai catatan – catatan lahirnya sebuah paroki yang telah berumur lebih dari 50 tahun. Suatu paroki di jantung kota Jakarta yang umatnya menjadi berkurang karena banyaknya gusuran, konsekwensi perubahan tata kota untuk menjadi metropolitan yang membongkar bangunan – bangunan tua dan menggantinya dengan gedung – gedung tinggi , sebagian sampai sekarang di daerah dekat Menara Imperium dan sekitar Gang Edi,masih terbengkalaI sebagai tanah kosong akibat krisis moneter tahun 1997. Paroki St Ignatius dalam usianya yang ke 58 tahun adalah paroki yang cukup tua . Kata seorang rohaniwan, tempat yang sering dipakai untuk berrelasi dengan Tuhan atau beribadat demikian juga sebuah gereja tua , biasanya mempunyai nilai sakral yang lebih atau mempunyai greget . Allah Bapa yang Maha Baik sudah begitu sering hadir menjumpai putra - putriNya yang dikasihiNya dalam relasi doa - doa yang disampaikan, ikut solider dengan anak -anakNya yang menanggung beban atau berkeluh kesah karena mempunyai persoalan; ataupun untuk menyampaikan doa puji syukur kepada Sang Pencipta. Allah yang masih ingin terus berkomunikasi dan hadir menemui putera - puteriNya. Panitya penulisan sejarah dari paroki menugaskan setiap wilayah untuk menyampaikan tulisan. Kami dari wilayah Fransciscus Xaverius mencoba. menyampaikan tulisan yang juga merupakan pandangan sebagian umat di wilayah Wilayah yang mengambil nama Santo pelindung yang begitu populer bagi masyarakat katolik di Indonesia., saat ini mempunyai 3 lingkungan yang semula 4 lingkungan . Mengalami pengurangan satu lingkungan karena umatnya tergusur. Jumlah KK adalah 104 KK, terdiri dari 62 KK di Lingkungan Ignatius de Azevedo, 20 KK di Lingkungan Petrus Faber dan 22 KK di Lingkungan Antonius Daniel; dengan komposisi sebagian besar umat adalah yang berusia setengah tua, dan banyak yang sudah lanjut usia . Umat dengan usia muda sangat kurang dan makin lama makin kurang berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan. Banyak dari mereka pulang kerja sampai larut malam. Dari yang muda – muda cukup banyak juga yang sudah keluar rumah karena sudah menikah atau banyak berada di daerah lain karena meneruskan pendidikan atau bekerja di tempat lain. Bahkan mereka tersebar di benua lain, anak anak yang pada periode tahun delapan puluhan mengikuti sekolah minggu yang dikelola para mudika FX, di sebuah rumah tua di jalan Salak no. 33 dan no. 35 pada periode tahun 1980 an, dibedakan dari kelompok umur yang masih kecil - kecil dan yang sedikit lebih besar. Saya mengutip dari buku Peringatan 50 tahun Paroki Santo Ignatius yang diterbitkan Panitya Peringatan 50 tahun Paroki Santo Ignatius pada tahun 1999 sebagai berikut ; Dua tahun terakhir ini wilayah FX telah memiliki paduan suara. Wilayah ini tidak mempunyai banyak warga usia mudika, namun mereka mau terlibat dalam kegiatan di lingkungan, wilayah maupun di paroki. Kegiatan lain yang spesifik adalah persekutuan doa wilayah, kelompok doa dari para ibu yang mengadakan kunjungan kepada umat yang lanjut usia atau sakit. Mendukung dengan doa umat yang terkena musibah dan memerlukan bantuan. Keterlibatan wilayah ini dalam paroki terlihat dari keanggotaan dalam Dewan Paroki, ketua seksi dan kelompok kategorial, dan prodiakon (hal. 41). Barangkali sebagai nama baptis, nama FX atau Fransciscus Xaveriuslah yang paling banyak digunakan sebagai nama baptis di Indonesia.Bila kita melihat pelajaran sejarah di sekolah menengah bahwa nama Fransciscus Xaverius dikenal sebagai penyebar atau misionaris pertama agama nasrani pada abad 15 di Kepulauan Maluku. Fransesco adalah seorang bangsawan Portugal kelahiran 7 April 1506 di Navarra ; Puri Javier sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Pergi ke Perancis; untuk belajar di kolese St. Barbara. Perkenalannya dengan Ignatius Loyola bersama Peter Faber atau Pierre Favre kelahiran 13 April 1506 di suatu desa Villareto, daerah Savoya, wilayah Genova. Para Putera Gereja inilah yang merupakan ketiga orang Yesuit pertama, yang secara khusus dirayakan di seluruh dunia dalam tahun Yubilleum Agung 2006 ini. Menyambut 450 tahun afatnya Ignatius de Loyola dan 500 tahun kelahiran Fransciscus Xaverius dan Beato Petrus Faber. Demikian juga di Jakarta dirayakan dengan Novena Besar Yubilleum di Gereja Santa Theresia, Jakarta Pusat. Para Yesuit di Indonesia terutama di pulau Jawa dikenal dalam pendidikan sekolah - sekolah menengahnya atau kolese yang berkwalitas tinggi seperti di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Banyak dari para Yesuit ini adalah juga pengajar yang biasanya juga mempunyai keahlian atau profesi tertentu. Dari konggregasi Yesuit ini dikenal pula Latihan Rohani (Excercitia Spiritualita) yang merupakan panduan retret yang telah digunakan berabad – abad dan banyak dipakai oleh para rohaniwan dan pemimpin umat sebagai panduan dalam retret . Paus Pius XI dalam ensiklik Mens Nostra menyatakan bahwa kekuatan metode Ignasian dalam Latihan Rohani mengajarkan cara retret yang mengagumkan untuk menolong umat beriman membangun hidup menurut teladan Yesus dengan pemeriksaan hati dan pertobatan yang menumbuhkah kasih terhadap Yesus, untuk kemudian menjadi pengikut setia dan menerima tugas perutusanNya; Puncak dari Latihan Rohani adalah kontemplasi sehingga yang dilakukan adalah kehendak Allah; bukan kehendak pribadi dan meninggalkan segala kelekatan terhadap kekuasaan, status, kekayaan, popularitas dan sebagainya yang menghalangi kehidupan rohani umat beriman. Pada tahun 1540 Francis Xavier atau Fransesco yang kita kenal disini sebagai Fransciscus Xaverius diutus ke Goa, India dan wilayah timur jauh lainnya menumpang armada Portugis, menjadi missioner dan pernah singgah di Malaka daratan Malaysia dan Maluku, Jepang dan China. Dalam usahanya masuk daratan China, ia menemui ajalnya pada tahun 1552 di pulau San Chian sebelum dapat memasuki daratan China. Bila melihat sejarah gereja katolik di Indonesia, para Yesuitlah yang pertama datang untuk memberitakan injil hampir 500 tahun yang lalu di Maluku. Beliau dimakamkan di Goa, India . Ia melakukan pewartaan lewat cara hidup dan kemampuan penyesuaian dirinya dengan budaya dan adat istiadat penduduk setempat. Sesudah Paulus, ia adalah rasul yang paling jauh melakukan perjalanan dalam karya pewartaan kabar baik, sehingga ia diangkat menjadi Santo Pelindung para misionaris. Fransesco merupakan pemimpin local yang pertama dari Serikat Yesus di India. Pada tahun - tahun periode tujuhpuluhan, saat pembentukan rata marga yang sekarang menjadi lingkungan dan wilayah di dalam paroki St. Ignatius , nama para Yesuit digunakan sebagai santo pelindung karena memang para gembala di paroki St. Ignatius adalah pastor –pastor Yesuit. Rasanya nama – nama itu begitu indah dan mempunyai nilai magis dari para Yesuit yang berkarya di seluruh dunia. Tidaklah heran bila wilayah memilih nama besar Fransciscus Xaverius sebagai santo pelindung. Demikian juga lingkungan – lingkungan yang ada di wilayah FX memilih nama – nama pelindung dengan menggunakan nama - nama para Yesuit seperti Ignatius de Azevedo , AntoniusDaniel, Petrus Faber , dan Sebastianus Kimura seorang Yesuit Jepang yang menjadi martir dalam tugas perutusannya. Karena umat di lingkungan Kimura tinggal beberapa kepala keluarga, akhirnya lingkungan ini digabung dengan lingkungan Antonius Daniel. Meskipun kepengurusan Dewan Paroki tahun 2003 – 2006 dengan kepemimpinan pastor kepala paroki telah mengganti nama – nama santo pelindung ini dengan nama – nama FX 1, 2 , dan 3 ; dalam kehidupan sehari - hari umat di wilayah FX nama – nama yang telah dipakai puluhan tahun itu dalam realitasnya tidak hilang dan tetap dipakai ; nama – nama FX 1,2, dan 3 hanya dipakai dalam berita paroki yang seringkali membuat saya pribadi lebih susah mengingat atau keliru mana yang 1, mana yang 2 atau yang 3. Nama dari para misionaris Yesuit yang diabadikan oleh umat paroki Santo Ignatius dalam pembentukan nama – nama lingkungannya telah dimusnahkan dan tidak bermakna dengan pengnomoran 1, 2 , dan 3 dari wilayah FX. Sangat disayangkan hilangnya nama – nama para Yesuit yang dijadikan sebagai santo pelindung oleh umat lingkungan. Nama yang telah terpatri lebih dari 30 tahun dihilangkan begitu saja oleh segelintir orang dan pastor paroki yang merasa mempunyai kesewenangan untuk merobah , tanpa membicarakannya dengan umat yang bersangkutan. Yah itulah budaya kita yang kurang menghargai sejarah, menghancurkan yang lama dan ingin merubah sesuai selera ketika berkuasa. Sebuah arogansi kesewenangan beberapa orang yang merasa mewakili umat. Secara teritorial Wilayah FX dalam peta DKI Jakarta, terletak bagaikan suatu noktah persegi di kelurahan Guntur dan Pasar Manggis yang areanya menggunakan nama-nama gunung di pulau Jawa antara Jl. HR Rasuna Said di sebelah selatan dan Sultan Agung di sebelah utara, dan antara Jl. Halimun di sebelah barat dan Kencana di sebelah timur. Jumlah KK terus berkurang karena umatnya pindah atau rumahnya dijual. Keluarga muda amat jarang untuk dapat menempati daerah ini, kecuali masih tinggal dengan orang tua. Biasanya pindah kepinggiran atau mencari apartemen untuk tempat tinggal. Mungkin sudah harus dipikirkan bahwa suatu saat dalam masyarakat metropolitan , birokrasi paroki yang sifatnya teritorial suatu saat akan ditinggalkan. Contohnya gereja Katedral dan Santa Theresia merupakan gereja yang banyak dikunjungi oleh umat yang tidak bertempat tinggal atau berdomisili di area tersebut. Bisa jadi suatu saat di Jakarta akan timbul gereja yang bukan sifatnya teritorial, akan tetapi bersifat kategorial atau umat bisa ke gereja mana saja yang dianggap bisa lebih sesuai dengan kebutuhannya dalam berelasi dengan Sang Pencipta atau berelasi dengan sesamanya. Gereja yang terbuka bagi segenap umat dan membuka pintunya lebar - lebar setiap saat seseoran ingin berdoa atau merenung di depan salib atau di gua Maria. Dalam refleksi penulisan buku peringatan 200 tahun sejarah paroki Santo Ignatius, pastilah ada hal - hal yang dikenang baik yang pahit atau yang manis, ada juga hal - hal yang mungkin terlupakan. Apapun yang terjadi sebagai peristiwa sejarah, seyogyanya dapat dipelihara dan menjadi kenangan atau monumental batin dari para pelaku yang bersentuhan dan mengalaminya. Umat wilayah Fransciscus Xaverius paroki Santo Ignatius; dalam kegiatan lingkungan yang sebagaimana keinginan Bapak Uskup untuk meningkatkan kehidupan umat basis gereja di lingkungan - lingkungan, sangatlah mengharapkan suatu perkembangan kehidupan spiritual atau kehidupan iman yang tumbuh dan berkembang . Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh peran para gembala di paroki dan juga oleh peranan para awam yang mau berkarya dalam lingkungan atau wilayah. Bukan hanya sebagai pengorbanan dalam melayani sesama, akan tetapi lebih baik kalau persepsinya bukanlah pengorbanan karena tenaga, waktu, juga materi; akan tetapi karena sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada Bapa yang maha baik. Harapan kami agar gembala- gembala kecil dalam paroki hendaknya mengambil idola seorang murid yang seperti Rasul Paulus sebagai figur identifikasi dirinya dalam berkarya melayani Yesus Sang Raja dan ikut ambil bagian dalam mengembangkan Kerajaan Allah di bumi ini dalam berkarya untuk sesama umat. Kami ingin mengutip pandangan Martin Buber seorang filsuf eksistensialism yang bisa diterapkan dalam kehidupan umat basis. Martin Buber mengajukan hubungan Aku – Kamu sebagai hubungan yang paling mendalam antara manusia dengan Allah. Spriritualitas sejati bersifat komunal, karena Roh tidak berkaitan dengan hanya orang perorangan, melainkan dengan hubungan antara mereka, melalui kamu – kamu manusiawi orang dapat bertemu dengan Kamu Abadi. Paguyuban atau komunitas lingkungan adalah seperti koionia yang diajarkan Santo Paulus. Kita memang tidak dapat berelasi dengan Tuhan tanpa hubungan dengan sesama kita. Monumen kasih Santo Fransciscus Xaverius yang melakukan penginjilan atau penyampaian kabar baik evangelisasi ke bumi Indonesia , semoga dapat menjadi spiritualitas umat bukan hanya dengan menginjili dan membaptis sesama seperti di masa lalu , tetapi menjadi tanda Kristus yang hadirdiantara sesama kita, dengan berperilaku dan bersikap sebagai seorang pengikut Kristus. Menjadi seorang murid yang menghayati arti dari pemuridan seperti yang dikehendakiNya dalam menyampaikan kebenaran dan perintah - perintahNya dengan spiritualitas yang alkitabiah sebagai sumber inspirasi. Pada tahun ke enam dari Yubelium Milenium Ketiga sekarang ini , semoga benar - benar membawa kepada tahun - tahun yang penuh rahmat Tuhan, saatTuhan menyelamatkan umatNya melalui Sang Sabda dalam diri Yesus Kristus. Makin disadari peranan awam menggereja dan makin mencintai kitab suci dan juga sekaligus menjadi pelaku Sabda. Khususnya umat beriman di Keuskupan Agung Jakarta yang merayakan pesta 200 tahun pewartaan dan berdirnya Keuskupan Agung Jakarta menjadi tanda Kristus yang hadir bagi dunia kehidupan di sekitarnya. Sesuai hymne 200 tahun Gereja Katolik Jakarta ; makin setia kepada Yesus makin berbakti kepada Nusa dan Bangsa. Pro Ecclesia et Patria. Selamat Merayakan.
Jakarta, April 2006
Hendra Boeniardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar