22 Februari, 2008

LITURGI EKARISTI


In the beginning was the Word,
and the Word was with God,
and the Word was God.
He was with God in the beginning.
Through him all things were made;
without him nothing was made that has been made.
In him was life, and that life was the light of men.
The light shines in the darkness,
but the darkness has not understood it.

( John 1 : 1 – 5 )



The woman said to him,
“Sir, give me this water, so that I may not be thirsty"
whoever drinks the water I shall give will never thirst;
the water I shall give will become in him
a spring of water welling up to eternal life.”

Jesus said to her,
“I am he, the one who is speaking with you.”

Many of the Samaritans of that town began to believe in him.
When the Samaritans came to him,
they invited him to stay with them;
and he stayed there two days.
Many more began to believe in him because of his word,
and they said to the woman,
“We no longer believe because of your word;
for we have heard for ourselves,
and we know that this is truly the savior of the world.”

(John 4 : 5 - 42 )

Ada joke dari gus Dur, kalau USSR (UNI FEDERASI SOVIET RUSIA) dulu, pada tahun 57 an sudah mengirim Leica (nama anjing,mahluk hidup) dan kemudian AS tahun 60 an mengirim manusia kesana; dan baru saja tahun2 lalu China juga menempatkan pesawatnya ke bulan (benda ruang angkasa yang paling dekat dengan bumi); Indonesia sebenarnya bisa lebih dulu ke bulan. Menurut beliau bila dilakukan dengan menumpukkan hasil seminar, raker, dsb yang sangat populer disini(yang hasilnya atau laporannya jarang dibaca); Indonesia pasti lebih dulu sampai ke bulan. Manusia Indonesia adalah manusia yang tergolong cerdik dan kreatif menurut beliau. Dengan kata lain banyak tricks dan tacticsnya dalam mengatasi segala persoalan. Karena universalitas dari manusia , sebenarnya Tuhan tidak membedakan kemampuan manusia,juga dalam hal kemampuan dan kreativitas. Hanyalah masalah kesempatan dan sarana, situasi dan kondisi,dan juga budaya kerja dalam menghasilkan sesuatu. Indonesia tidak kalah dalam performance dan kreativitas. Salah satu dari tujuh kejaiban dunia adalah candi Borobudur ( sekarang tidak lagi , mungkin karena negara ini lalai sehingga ada penduduknya sendiri pernah menghancurkan dengan membom pada tahun 80 an ). Candi ini adalah yang terbesar di dunia atau paling luas dengan segala pahatan yang terindah dan tertinggi ( 42 meter) ada di Indonesia dan kreasi penduduk yang hidup saat itu ( abad 9?). Angkor Watt yang di Kambodja bukanlah suatu candi tetapi suatu komplek atau daerah percandian. Tentu tujuan pembuatan Borobudur bukanlah untuk mencapai bulan seperi orang Israel yang membuat menara Babil untuk mencapai langit. Tujuan pembuatan candi adalah untuk liturgi agama Budha dalam menggambarkan tingkatan2 atau tahapan - tahapan yang misalnya direfleksikan dalam pahatan - pahatan yang menceritakan hubungan causal/sebab - akibat bila kehidupan manusia buruk yang terjadi karmanya dikemudian hari adalah kelahiran dalam tingkatan yang lebih rendah atau lahir sebagai tikus, dst . Penggambaran ajaran bagaimana manusia harus menjalanai hidup dengan menjalankan welas asih untuk mencapai Nirvana. Konon karenanya saat itu kejahatan sangat minim dan rakyat menjalani kehidupan dengan damai dan sejahtera. Liturgi dalam gereja katolik, terutama Ekaristi sebagai pusat kegiatan gereja sudah sangat kaya dalam membawa gereja (baca "umat"), dalam pencarian dan pemulihan relasi dengan Tuhan. Tidak perlu adanya kreativitas dan improvisasi yang hanya untuk menyenangkan segolongan umat. Salah kaprahnya bila ada improvisasi dengan euphemisme demi permintaan "sebagian umat" (umat yang mana?) atau inkulturasi yang sebenarnya hanyalah selera pastornya; terus terang menurut pendapat saya adalah pengurangan atau deminimasi dari arti liturgi ekaristi (mungkin pendapat saya salah). Doa Syukur Agung yang dimana-mana hanya 5 atau tambahansatu lagi yang berthemakan tobat, di Indonesia oleh para uskup seIndonesia dijadikan lebih dari 10. Yang lima masih belum dianggap cukup untuk pernyataan Syukur. Yang termanifestasi physik diatur seperti misalnya prosesi imam, misdinar ,dst berlutut dimuka tabernakel, dirubah dengan hanya menganggukkan kepala. Saya ingin sharingkan bahwa baru saja saya mengikuti ekaristi di 7 gereja yang berbeda (kebiasaan saya untuk mengalami ekaristi di gereja yang berbeda), dengan 2 budaya atau civilization yang berbeda ; yang satu dengan western christianity dan yang satunya eastern dengan akar yang kuat dalam taoism dan confusian atau latar belakang Budhism dari 2 negara tetangga; semua pastornya termasuk yang jauh lebih tua dari pastor2 kita waktu prosesi sebelum naik ke panti imam selalu berlutut kearah tabernakel dengan khidmat. Demikian juga umat waktu DSA , konsekrasi, dan doksologi semua umat berlutut , meski mereka harus berlutut di ubin /tile yang keras. Juga saat sebelum menyambut komuni. Dan ini dilakukan oleh orang yang dengan usia lanjut ( tidak sakit dengkul ) dan juga anak2. Perayaan ekaristi tidak pernah lebih dari satu jam , yang lebih panjang adalah silaturahmi dan semua diundang untuk keruang belakang, biasanya ada kantin atau sekedar makanan kecil. Bila ada pendatang dari luar paroki atau kota lain, sering dinyatakan oleh pastornya waktu penutupan sebelum berkat. Khotbah tidak bertele - tele dan tidak pernah sedikitpun menceritakan diri pribadi yang selalu di - ulang2 pada ekaristi berikutnya. Sabda benar - benar dibacakan untuk umat sebagai penyegaran rohani yang disertai homily dengan penekanan untuk kemuliaan Tuhan dan untuk memberikan bimbingan atau mengingatkan ajaran - ajaranNya. Yang pasti thema khotbah selalu ada relevansinya dengan bacaan atau injil , bukan ilustrasi cinetron atau cerita pendek yang imaginative. Kemudian dalam perayaan ekaristi itu sendiri, sikap atau gerak tubuh atau bahasa tubuh dalam kebersamaan dan kepatuhan adalah manifestasi umat dengan suasana batin yang searah ungkapan puji syukur dalam mengalami dan menghayati liturgy ekaristi. Ada suka cita dan cheerful yang memberikan perasaan bahwa Tuhan hadir dan menyertai umatNya, perasaan damai dan hati yang tergetar (at ease). Gereja (baca paroki) mempunyai fungsi - fungsi seperti melaksanakan liturgy ekaristi untuk umatnya, celebrating the sacrament , to share the Words, dan melakukan hal – hal karitatif ( hanya SSP?) . Kita kadang – kadang lebih memperhatikan perayaan dengan panitya – kepanityaan sebagai kegiatan . Dari HUT sampai lomba masak . Mohon maaf bila sharing ini menimbulkan inconveniency . Salam Damai dan Selamat Berpuasa menjelang Paska.