19 Januari, 2008

A LOSE NOTE ON AUGUST 2007


Ketiga ayat pertama dalam perikop bacaan minggu 21 tgl 26 Agustus 2007 khas Lukas yang tidak terdapat pada penginjil sinoptik lainnya .Salah satu kata kunci kata kunci bacaan minggu ini adalah “berjuanglah” untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Dari pertama kita mengalami proses penciptaan kita sudah berjuang. Perjuangan diantara ratusan juta sperm yang membuahi sel telur didalam rahim ibu, asal usul kita adalah dari satu sel sperm yang menang bersaing dan survive membuahi sel telur. Seterusnya sepanjang hidup kita terus berjuang, mempelajari dan berkembang dari kemampuan physical seperti yang bersifat motorik, tengkurep, duduk, berdiri, berjalan, dst; kemampuan mental seperti berpikir, bahasa, dan juga kemampuan dalam bersosialisasi dengan sesama. Juga bila kita hendakmasuk suatu perguruan tinggi terkemuka atau mendapatkan pekerjaan yang kita minati, kita harus berjuang . Dalam kebebasan manusia yang merupakan anugerah Allah, kita diajak memaknai dan memahami kerajaan Allah dengan Roh yang memberi kita pengetahuan. Kita diberi kemampuan berpikir untuk dapat berpikir logic, kritis, analisa, sistimatik untuk dapat melakukan penilaian atau menarik kesimpulan apa yang terjadi. Demikian juga dalam kehidupan berparoki dan menggereja, bisa saja kita sebagai umat yang baik, mengikuti liturgy yg diwajibkan, memberi derma, dsb ; namun kita tidak perduli apa yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi dalam paroki. Bukan urusan kita bila dewan parokinya melakukan kegiatan apa, pastornya melakukan apa dan berkhotbah apa, yang penting kita telah menjadi umat yang biasa-biasa sajalah . Tidak ribut-ribut, dan itu sudah cukup. Namun bila kita lihat bacaan minggu lalu, kita diajak seperti Tuhan kita yang mengajarkan untuk melempar api, yang bisa menimbulkan pertentangan dalam mencari kerajaan Allah dan juga dalam hidup menggereja secara aktif; kita diajak perduli terhadap keadaan sekitar kita. Kita tidak usah berpikir kritis mengenai keadaan yang terjadi dalam paroki kita. Bukan hanya urusan dari para “fungsionaris gereja” termasuk pastornya. Bila kita bicara fungsionaris gereja artinya adalah para pejabat gereja. Bila pejabat ya artinya para penguasa yang mungkin direpresentasikan oleh para anggota dewan denganb pimpinan pastor kepala parokinya. Padahal kehidupan berparoki adalah kehidupan menggereja sebagai umat Allah yang merupakan suatu kesatuan tubuh, dengan kepalanya Yesus sendiri. Suatu kebersamaan yang melibatkan sebanyak mungkin umat untuk hidup menggereja. Kadang harus dipertanyakan gereja untuk dewan paroki atau dewan paroki untuk gereja?
Yurisdiksi dewan paroki tidaklah pernah ada, yang ada adalah yurispendensi Bapa Uskup. Dewan hanyalah badan pertimbangan ( konstitusinya berarti adalah dewan pastoral sajalah sebenarnya ). Bila kita telah menyentuh dan bersinggungan dalam hal ini, mungkin kita juga akan diajak untuk berpikir seperti apakah Konstitusi Gereja untuk pastoral atau sebaliknya; Pastoral untuk konstitusi ? Perjalanan Yesus ke Yerusalem mungkin adalah perjalanan rohani kita yang memang benar-benar sangat sulit , sama seperti kita harus berjuang lewat pintu yang sempit. Namun kerajaan Allah itu bukanlah masa yang datang; bisa saja riil dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita dapat terus bersyukur, meski hidup didalam lingkungan yang sakit.

Tidak ada komentar: