19 Januari, 2008

BELAJAR DARI TELADAN SANTO YOSEF

Sint Joseph in St Joachim Churh , East Perth

oleh: Paus Benediktus XVI
Angelus, St Peter's Square, 18 Desember 2005

Saudara dan Saudari terkasih,
Pada hari-hari terakhir Masa Adven ini, liturgi mengajak kita untuk merenungkan secara istimewa Santa Perawan Maria dan Santo Yosef, yang tinggal dalam intensitas unik sepanjang masa perkandungan dan persiapan kelahiran Yesus. Pada hari ini, saya hendak mengarahkan pandangan saya kepada sosok St Yosef. Pada Injil hari ini, St Lukas menghadirkan Santa Perawan sebagai ¡°seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yosef dari keluarga Daud¡± (bdk Lukas 1:27). Tetapi, Penginjil Matius memberikan penekanan yang terlebih besar pada bapa asuh Yesus ini, dengan menegaskan bahwa melalui dia Kanak-kanak Yesus secara sah termasuk dalam keturunan Daud dan dengan demikian menggenapi nubuat Kitab Suci bahwa Mesias yang akan datang adalah Putra Daud. Namun demikian, peran St Yosef tidak dapat disempitkan hanya pada aspek legal ini. Ia adalah teladan seorang yang ¡°tulus hati¡± (Mat 1:19) yang, dalam keselarasan yang sempurna dengan isterinya, menyambut Putra Allah yang menjadi manusia dan melindungi pertumbuhan manusiawi-Nya. Itulah sebabnya amat tepat pada hari-hari menjelang Natal ini untuk membangun semacam percakapan rohani dengan St Yosef, agar ia berkenan membantu kita untuk hidup dalam kepenuhan misteri iman yang agung ini. Paus Yohanes Paulus II terkasih, yang amat berdevosi kepada St Yosef, meninggalkan bagi kita suatu meditasi mengagumkan yang dedikasikan kepada St Yosef dalam Anjuran Apostolik Redemptoris Custos, Pelindung sang Penebus. Di antara banyak aspek yang diuraikan dalam dokumen ini, keheningan St Yosef diberi penekanan yang istimewa. Keheningannya berakar dalam kontemplasi akan misteri Allah dalam suatu sikap penyerahan diri total kepada kehendak ilahi. Dengan kata lain, keheningan St Yosef bukannya mengekspresikan suatu kekosongan batin, melainkan sebaliknya, kepenuhan iman yang ia miliki dalam hatinya dan yang membimbing setiap pikiran dan tindakannya. Suatu keheningan penuh syukur dengan mana Yosef, dalam persatuan dengan Maria, memelihara Sabda Allah, yang dikenal melalui Kitab Suci, secara terus-menerus memperbandingkannya dengan peristiwa-peristiwa dalam hidup Yesus; suatu keheningan yang adalah rangkaian doa terus-menerus, suatu doa mohon berkat rahmat Tuhan, doa adorasi akan kehendak-Nya yang kudus dan doa kepercayaan sepenuhnya akan penyelenggaraan-Nya. Tidaklah berlebihan apabila kita berpikir bahwa tepat dari bapa-Nya, St Yosef, Yesus belajar - pada tingkat manusia - batin yang teguh setia, yang dianggap sebagai kebenaran yang otentik, kebenaran superior yang kelak diajarkan-Nya kepada para murid-Nya (bdk Matius 5:20).
Marilah kita memberikan diri dipenuhi dengan keheningan St Yosef! Dalam dunia yang seringkali terlalu bising, yang tidak mendorong kita baik untuk merenungkan ataupun mendengarkan suara Tuhan, kita sungguh teramat membutuhkan keheningan itu. Pada masa persiapan Natal ini, marilah kita menggali permenungan batin guna menyambut dan menghadirkan Yesus dalam hidup kita sendiri.

Tidak ada komentar: