HENDRA TANOEMIHARDJA"S area of contemplation To write down everything is an ability graced by our Lord to aware our existence, transcendent our thought and therefore to differentiate us with another creatures, included creatures as angels and demons. And our Father made us inferior only to Himself AREA OF CONTEMPLATION WITH AWARENESS THAT GOD ALWAYS LOVE AND NEVER ABANDON US. Lorem ipsum dolor sit dicatum animum explorant plena dilectione Dei notitia , et non derelinquas nos semper.
16 Desember, 2008
06 Agustus, 2008
05 Juli, 2008
VIAM DOLOROSAM CIRCUM CIVI
picture by hendra boeniardi
Tuhan Yesus,
semoga kami mampu menyerahkan diri
dengan sabar dan kasih
terhadap begitu banyak kematian kecil,
sehingga kesetiaan-Mu
semakin mencahayai hidup kami.
Sebagai Umat kepunyaan Allah,
kita memiliki Kristus sebagai Kepala.
Ia telah menyerahkan diri-Nya demi dosa-dosa kita.
Ia mendapatkan kembali hak kita
akan hidup ilahi bersama Allah, Bapa kita
Tuhan Yesus,
semoga kami mampu menyerahkan diri
dengan sabar dan kasih
terhadap begitu banyak kematian kecil,
sehingga kesetiaan-Mu
semakin mencahayai hidup kami.
Sebagai Umat kepunyaan Allah,
kita memiliki Kristus sebagai Kepala.
Ia telah menyerahkan diri-Nya demi dosa-dosa kita.
Ia mendapatkan kembali hak kita
akan hidup ilahi bersama Allah, Bapa kita
YESUS DIHUKUM MATI
picture by hendra boeniardi
Lalu Yesus keluar,
bermahkotakan duri dan berjubah ungu.
Maka kata Pilatus kepada mereka
"Lihatlah Manusia itu!"
Jesus therefore came forth,
bearing the crown of thorns and the purple garment.
And he saith to them: Behold the Man!
ut cognoscatis quia
in eo nullam causam invenio
et purpureum vestimentum
et dicit eis ecce homo
YESUS MEMANGGUL SALIB
picture by hendra boeniardi
Dia telah mengosongkan diriNya sendiri
dan mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia
But emptied himself,
taking the form of a servant,
being made in the likeness of men,
and in habit found as a man.
sed semet ipsum exinanivit formam servi
accipiens in similitudinem hominum factus
et habitu inventus ut homo
YESUS JATUH DI BAWAH SALIB
picture by hendra boeniardi
Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang,
orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan.
Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya,
supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.
Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara
atau memperdengarkan suaranya di jalan.
Behold my servant, I will uphold him:
my elect, my soul delighteth in him:
I have given my spirit upon him,
he shall bring forth judgment to the Gentiles.
ecce servus meus suscipiam eum
electus meus conplacuit sibi
in illo anima mea dedi spiritum meum
super eum iudicium gentibus proferet
He shall not cry, nor have respect to person,
neither shall his voice be heard abroad.
non clamabit neque accipiet personam
nec audietur foris vox eius
Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang,
orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan.
Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya,
supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.
Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara
atau memperdengarkan suaranya di jalan.
Behold my servant, I will uphold him:
my elect, my soul delighteth in him:
I have given my spirit upon him,
he shall bring forth judgment to the Gentiles.
ecce servus meus suscipiam eum
electus meus conplacuit sibi
in illo anima mea dedi spiritum meum
super eum iudicium gentibus proferet
He shall not cry, nor have respect to person,
neither shall his voice be heard abroad.
non clamabit neque accipiet personam
nec audietur foris vox eius
YESUS BERTEMU DENGAN MARIA IBUNYA
picture by hendra boeniardi
Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu?
Pandanglah dan lihatlah,
apakah ada kesedihan seperti kesedihan
yang ditimpakan TUHAN kepadaku,
untuk membuat aku merana
tatkala murka-Nya menyala-nyala!Lamed.
O all ye that pass by the way, attend,
and see if there be any sorrow like to my sorrow:
for he hath made a vintage of me,
as the Lord spoke in the day of his fierce anger.
LAMED o vos omnes qui transitis per viam adtendite
et videte si est dolor sicut dolor
meus quoniam vindemiavit me ut locutus
est Dominus in die irae furoris sui
YESUS DITOLONG SIMON DARI KIRENE
picture by hendra boeniardi
Pada waktu itu lewat seorang
yang bernama Simon, orang Kirene,
ayah Aleksander dan Rufus,
yang baru datang dari luar kota,
dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.
And they forced one Simon a Cyrenian,
who passed by coming out of the country,
the father of Alexander and of Rufus, to take up his cross.
et angariaverunt praetereuntem quempiam Simonem Cyreneum
venientem de villa patrem Alexandri
et Rufi ut tolleret crucem eius
VERONIKA MENGUSAPI WAJAH YESUS
picture by hendra boeniardi
Ia dihina dan dihindari orang,
seorang yang penuh kesengsaraan
dan yang biasa menderita kesakitan;
ia sangat dihina,
sehingga orang menutup mukanya
terhadap dia dan bagi kitapun
dia tidak masuk hitungan.
Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah,
dipukul dan ditindas Allah.
Despised, and the most object of men,
a man of sorrows,
and acquainted with infirmity:
and his look was as it were hidden and despised,
whereupon we esteemed him not.
despectum et novissimum virorum virum dolorum
et scientem infirmitatem
et quasi absconditus vultus eius
et despectus unde nec reputavimus eum
Surely he hath borne our infirmities
and carried our sorrows:
and we have thought him as it were a leper,
and as one struck by God and afflicted.
vere languores nostros ipse tulit
et dolores nostros ipse portavit
et nos putavimus eum quasi leprosum
et percussum a Deo et humiliatum
Ia dihina dan dihindari orang,
seorang yang penuh kesengsaraan
dan yang biasa menderita kesakitan;
ia sangat dihina,
sehingga orang menutup mukanya
terhadap dia dan bagi kitapun
dia tidak masuk hitungan.
Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah,
dipukul dan ditindas Allah.
Despised, and the most object of men,
a man of sorrows,
and acquainted with infirmity:
and his look was as it were hidden and despised,
whereupon we esteemed him not.
despectum et novissimum virorum virum dolorum
et scientem infirmitatem
et quasi absconditus vultus eius
et despectus unde nec reputavimus eum
Surely he hath borne our infirmities
and carried our sorrows:
and we have thought him as it were a leper,
and as one struck by God and afflicted.
vere languores nostros ipse tulit
et dolores nostros ipse portavit
et nos putavimus eum quasi leprosum
et percussum a Deo et humiliatum
YESUS JATUH KEDUA KALINYA DI BAWAH SALIB
picture by hendra boeniardi
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah,
dipukul dan ditindas Allah.
etapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita,
dia diremukkan oleh karena kejahatan kita;
ganjaran yang mendatangkan keselamatan
bagi kita ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Surely he hath borne our infirmities
and carried our sorrows:
and we have thought him as it were a leper,
and as one struck by God and afflicted.
vere languores nostros ipse tulit
et dolores nostros ipse portavit
et nos putavimus eum quasi leprosum
et percussum a Deo et humiliatum
But he was wounded for our iniquities,
he was bruised for our sins:
the chastisement of our peace was upon him,
and by his bruises we are healed.
ipse autem vulneratus est propter iniquitates
nostras adtritus est propter scelera nostra
disciplina pacis nostrae super eum
et livore eius sanati sumus
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah,
dipukul dan ditindas Allah.
etapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita,
dia diremukkan oleh karena kejahatan kita;
ganjaran yang mendatangkan keselamatan
bagi kita ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Surely he hath borne our infirmities
and carried our sorrows:
and we have thought him as it were a leper,
and as one struck by God and afflicted.
vere languores nostros ipse tulit
et dolores nostros ipse portavit
et nos putavimus eum quasi leprosum
et percussum a Deo et humiliatum
But he was wounded for our iniquities,
he was bruised for our sins:
the chastisement of our peace was upon him,
and by his bruises we are healed.
ipse autem vulneratus est propter iniquitates
nostras adtritus est propter scelera nostra
disciplina pacis nostrae super eum
et livore eius sanati sumus
YESUS MENASIHATI WANITA-WANITA YANG MENANGIS
picture by hendra boeniardi
Hai puteri - puteri Yerusalem,
janganlah kamu menangisi Aku,
melainkan tangisilah dirimu sendiri
dan anak - anakMu!
Hai puteri - puteri Yerusalem,
janganlah kamu menangisi Aku,
melainkan tangisilah dirimu sendiri
dan anak - anakMu!
YESUS JATUH KETIGA KALINYA DIBAWAH SALIB
picture by hendra boeniardi
Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Dia dianiaya,
tetapi dia membiarkan diri ditindas
dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba yang kelu
di depan orang-orang yang menggunting bulunya,
ia tidak membuka mulutnya.
He was offered because it was his own will,
and he opened not his mouth:
he shall be led as a sheep to the slaughter,
and shall be dumb as a lamb before his shearer,
and he shall not open his mouth.
oblatus est quia ipse voluit
et non aperuit os suum sicut ovis ad occisionem ducetur
et quasi agnus coram tondente obmutescet
et non aperiet os suum
Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Dia dianiaya,
tetapi dia membiarkan diri ditindas
dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba yang kelu
di depan orang-orang yang menggunting bulunya,
ia tidak membuka mulutnya.
He was offered because it was his own will,
and he opened not his mouth:
he shall be led as a sheep to the slaughter,
and shall be dumb as a lamb before his shearer,
and he shall not open his mouth.
oblatus est quia ipse voluit
et non aperuit os suum sicut ovis ad occisionem ducetur
et quasi agnus coram tondente obmutescet
et non aperiet os suum
PAKAIAN YESUS DITANGGALKAN
picture by hendra boeniardi
mereka mengambil pakaian-Nya
lalu membaginya menjadi empat bagian
untuk tiap-tiap prajurit satu bagian
dan jubah-Nya juga mereka ambil.
Jubah itu tidak berjahit,
dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.
Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka,
dan mereka membuang undi atas jubahku.
The soldiers therefore,
took his garments,
(and they made four parts, to every soldier a part)
and also his coat.
Now the coat was without seam,
woven from the top throughout.
milites ergo cum crucifixissent
eum acceperunt vestimenta eius
et fecerunt quattuor partes unicuique militi partem
et tunicam erat autem tunica
inconsutilis desuper contexta per totum
Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka,
dan mereka membuang undi atas jubahku.
mereka mengambil pakaian-Nya
lalu membaginya menjadi empat bagian
untuk tiap-tiap prajurit satu bagian
dan jubah-Nya juga mereka ambil.
Jubah itu tidak berjahit,
dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.
Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka,
dan mereka membuang undi atas jubahku.
The soldiers therefore,
took his garments,
(and they made four parts, to every soldier a part)
and also his coat.
Now the coat was without seam,
woven from the top throughout.
milites ergo cum crucifixissent
eum acceperunt vestimenta eius
et fecerunt quattuor partes unicuique militi partem
et tunicam erat autem tunica
inconsutilis desuper contexta per totum
Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka,
dan mereka membuang undi atas jubahku.
02 Juli, 2008
YESUS DIPAKU DI KAYU SALIB
picture by hendra boeniardi
Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun,
demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal.
so must the Son of man be lifted up:
That whosoever believeth in him may not perish,
but may have life everlasting.
ita exaltari oportet Filium hominis
ut omnis qui credit in ipso non pereat
sed habeat vitam aeternam
Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun,
demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal.
so must the Son of man be lifted up:
That whosoever believeth in him may not perish,
but may have life everlasting.
ita exaltari oportet Filium hominis
ut omnis qui credit in ipso non pereat
sed habeat vitam aeternam
YESUS WAFAT DISALIB
picture by hendra boeniardi
Yesus berseru pula dengan suara nyaring
lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua
dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi,
dan bukit-bukit batu terbelah,
And Jesus again crying with a loud voice, yielded up the ghost.
Iesus autem iterum clamans voce magna emisit spiritum
Yesus berseru pula dengan suara nyaring
lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua
dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi,
dan bukit-bukit batu terbelah,
And Jesus again crying with a loud voice, yielded up the ghost.
Iesus autem iterum clamans voce magna emisit spiritum
YESUS DITURUNKAN DARI SALIB
picture by hendra boeniardi
dan mereka akan memandang
kepada dia yang telah mereka tikam,
dan akan meratapi dia
seperti orang meratapi anak tunggal,
dan akan menangisi dia dengan pedih
seperti orang menangisi anak sulung.
Pada waktu itu ratapan di Yerusalem
akan sama besarnya dengan ratapan atas Hadad-Rimon di lembah Megido.
and they shall look upon me, whom they have pierced:
and they shall mourn for him
as one mourneth for an only son,
and they shall grieve over him,
as the manner is to grieve for the death of the firstborn.
et aspicient ad me quem confixerunt
et plangent eum planctu quasi super unigenitum
et dolebunt super eum ut doleri solet in morte primogeniti
dan mereka akan memandang
kepada dia yang telah mereka tikam,
dan akan meratapi dia
seperti orang meratapi anak tunggal,
dan akan menangisi dia dengan pedih
seperti orang menangisi anak sulung.
Pada waktu itu ratapan di Yerusalem
akan sama besarnya dengan ratapan atas Hadad-Rimon di lembah Megido.
and they shall look upon me, whom they have pierced:
and they shall mourn for him
as one mourneth for an only son,
and they shall grieve over him,
as the manner is to grieve for the death of the firstborn.
et aspicient ad me quem confixerunt
et plangent eum planctu quasi super unigenitum
et dolebunt super eum ut doleri solet in morte primogeniti
YESUS DIKUBURKAN
picture by hendra boeniardi
Yusufpun membeli kain lenan,
kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib
dan mengapaninya dengan kain lenan itu.
Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur
yang digali di dalam bukit batu.
Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.
And Joseph, buying fine linen and taking him down,
wrapped him up in the fine linen and laid him
in a sepulchre which was hewed out of a rock.
And he rolled a stone to the door of the sepulchre.
Ioseph autem mercatus sindonem
et deponens eum involvit sindone
et posuit eum in monumento quod erat excisum de petra
et advolvit lapidem ad ostium monumenti
Yusufpun membeli kain lenan,
kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib
dan mengapaninya dengan kain lenan itu.
Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur
yang digali di dalam bukit batu.
Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.
And Joseph, buying fine linen and taking him down,
wrapped him up in the fine linen and laid him
in a sepulchre which was hewed out of a rock.
And he rolled a stone to the door of the sepulchre.
Ioseph autem mercatus sindonem
et deponens eum involvit sindone
et posuit eum in monumento quod erat excisum de petra
et advolvit lapidem ad ostium monumenti
RESSUREXIT SICUT DIXIT ALLELUIA
picture by hendra boeniardi
I myself will look after
and tend my sheep. ...
The lost I will seek out,
the strayed I will bring back,
the injured I will bind up,
the sick I will heal.
God proves his love for us
in that while
we were still sinners
Christ died for us
I tell you,
in just the same way
there will be more joy in heaven
over one sinner who repents
than over ninety-nine
righteous people
who have no need of repentance.
I myself will look after
and tend my sheep. ...
The lost I will seek out,
the strayed I will bring back,
the injured I will bind up,
the sick I will heal.
God proves his love for us
in that while
we were still sinners
Christ died for us
I tell you,
in just the same way
there will be more joy in heaven
over one sinner who repents
than over ninety-nine
righteous people
who have no need of repentance.
09 April, 2008
I AM THE TRUE VINE
"I am the true vine, and My Father is the Vine-dresser. Every branch in Me that bears no fruit He will take away; and every branch that bears fruit He will cleanse, that it may bear more fruit. You are already clean because of the Word I have spoken to you. Abide in Me and I in you. As the branch cannot bear fruit of itself unless it remain on the vine, so neither can you unless you abide in Me. I AM THE VINE AND YOU ARE THE BRANCHES. He who abides in Me, and I in him, he bears much fruit; FOR WITHOUT ME YOU CAN DO NOTHING." John 15:1-5
Namun Israel gagal menghasilkan buah, demikian juga gereja (paroki), meski Gereja tidak akan gagal pada akhirnya. Sabda sering seakan dihindari dan tidak dilakukan melainkan kegiatan "pelayanan" sebagai kompensasi , alih alih digali dan diajarkan sering dihindari sehingga meski banyak paroki mempunyai Seksi Kitab Suci namun kegiatan setahun tiga kali cukup sudah, APP, bulan kitab suci September dan di masa advent. Para pastor lebih senang menyibukan diri setiap hari dalam segala kegiatan, namun anehnya tidak ada yang secara khusus mau mengajar Sabda di paroki. Barangkali gambaranku salah, namun ini yang terjadi puluhan tahun di parokiku. Tidak pernah pastor paroki mengajar KS diluar memberikan homili pada perayaan ekaristi. Gereja mengajarkan bahwa ekaristi adalah misteri penyelamatan manusia dan sumber segala kegiatan, namun tanpa bersumber Firman, Sabda yang adalah Allah sendiri sebagaimana Yoh1 :1 "...........Firman itu bersama Allah dan Firman itu adalah Allah". I am the true vine, and my Father is the vine grower.He takes away every branch in me that does not bear fruit, and everyone that does he prunes so that it bears more fruit.You are already pruned because of the word that I spoke to you. Remain in me, as I remain in you. Just as a branch cannot bear fruit on its own unless it remains on the vine, so neither can you unless you remain in me. I am the vine, you are the branches. Whoever remains in me and I in him will bear much fruit, because without me you can do nothing. Anyone who does not remain in me will be thrown out like a branch and wither; people will gather them and throw them into a fire and they will be burned.If you remain in me and my words remain in you, ask for whatever you want and it will be done for you. By this is my Father glorified, that you bear much fruit and become my disciples. Bacaan injil Yohanes 15, pokok anggur yang benar Yesus mengajar lsendiri dengan langsung bahwa kita adalah ranting yang harus berbuah. Untuk dapat berbuah, "tinggallah didalam Aku dan Aku didalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur". Ranting anggur hanya berguna kalau berbuah, karena sifatnya yang regas, tidak lurus dan bengkak bengkok. Ia tidak dapat dijadikan perabot atau alat apapun kecuali dibuang dan dibakar. Pengikut atau murid Kristus hanya dalam relasi dan kesatuan dengan Yesus menghasilkan buah kebenaran dan kebaikan. Jika kita berbuah banyak dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu (Yoh 15 : 8).Jikalau kamu tinggal didalam Aku dan Firman-Ku tinggal didalam kamu.
Namun Israel gagal menghasilkan buah, demikian juga gereja (paroki), meski Gereja tidak akan gagal pada akhirnya. Sabda sering seakan dihindari dan tidak dilakukan melainkan kegiatan "pelayanan" sebagai kompensasi , alih alih digali dan diajarkan sering dihindari sehingga meski banyak paroki mempunyai Seksi Kitab Suci namun kegiatan setahun tiga kali cukup sudah, APP, bulan kitab suci September dan di masa advent. Para pastor lebih senang menyibukan diri setiap hari dalam segala kegiatan, namun anehnya tidak ada yang secara khusus mau mengajar Sabda di paroki. Barangkali gambaranku salah, namun ini yang terjadi puluhan tahun di parokiku. Tidak pernah pastor paroki mengajar KS diluar memberikan homili pada perayaan ekaristi. Gereja mengajarkan bahwa ekaristi adalah misteri penyelamatan manusia dan sumber segala kegiatan, namun tanpa bersumber Firman, Sabda yang adalah Allah sendiri sebagaimana Yoh1 :1 "...........Firman itu bersama Allah dan Firman itu adalah Allah". I am the true vine, and my Father is the vine grower.He takes away every branch in me that does not bear fruit, and everyone that does he prunes so that it bears more fruit.You are already pruned because of the word that I spoke to you. Remain in me, as I remain in you. Just as a branch cannot bear fruit on its own unless it remains on the vine, so neither can you unless you remain in me. I am the vine, you are the branches. Whoever remains in me and I in him will bear much fruit, because without me you can do nothing. Anyone who does not remain in me will be thrown out like a branch and wither; people will gather them and throw them into a fire and they will be burned.If you remain in me and my words remain in you, ask for whatever you want and it will be done for you. By this is my Father glorified, that you bear much fruit and become my disciples. Bacaan injil Yohanes 15, pokok anggur yang benar Yesus mengajar lsendiri dengan langsung bahwa kita adalah ranting yang harus berbuah. Untuk dapat berbuah, "tinggallah didalam Aku dan Aku didalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur". Ranting anggur hanya berguna kalau berbuah, karena sifatnya yang regas, tidak lurus dan bengkak bengkok. Ia tidak dapat dijadikan perabot atau alat apapun kecuali dibuang dan dibakar. Pengikut atau murid Kristus hanya dalam relasi dan kesatuan dengan Yesus menghasilkan buah kebenaran dan kebaikan. Jika kita berbuah banyak dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu (Yoh 15 : 8).Jikalau kamu tinggal didalam Aku dan Firman-Ku tinggal didalam kamu.
05 April, 2008
JESUS REMAIN STAY WITH US
Gospel Commentary for 3rd Sunday of Easter
By Father Raniero Cantalamessa, OFM Cap
ROME, APRIL 4, 2008 (Zenit.org).- "Were not our hearts burning within
us while he spoke to us on the way and explained the Scriptures to
us?" This line from the Gospel passage about the disciples of Emmaus
brings us to reflect on the Scriptures.
There are two ways to approach the Bible. The first is that of
considering it an old book, full of religious wisdom, of moral values,
and of poetry too. From this point of view it is absolutely the most
important book for understanding our Western culture and the
Judeo-Christian religion. It is also the most printed and read book in
the world.
But there is another, much more demanding way to approach the Bible,
and it is that of believing that it contains the living word of God
for us, that it is an "inspired" book, that is, written, indeed, by
human authors, with all of their limitations, but with God's direct
intervention. A very human book and, at the same time, divine, that
speaks to men of all times and reveals to them the meaning of life and
death.
Above all it reveals to them God's love. If all the Bibles in the
world, St. Augustine said, on account of some disaster, would be
destroyed and there remained only one copy and, of this copy, all of
the pages were illegible save for one, and on this page only one line
were legible; if this line were that of the first letter of John that
reads "God is love," the whole Bible would be saved because it is
summed up in this statement. This explains how it is that so many
people approach the Bible without culture, without great education,
with simplicity, believing that it is the Holy Spirit that speaks in
it and find in it answers to their problems, light, encouragement, in
a word, life.
The two ways of approaching the Bible -- the way of erudition and the
way of faith -- do not exclude each other, on the contrary, they must
be united. It is necessary to study the Bible, the way in which it
should be interpreted (or to pay attention to the findings of those
study it in this way), so as not to fall into fundamentalism.
Fundamentalism consists in taking a verse from the Bible, just as it
sounds, and applying it to today's situations, without taking into
account the difference of culture, of time, and of the different
genres of the Bible.
It is believed, for example, that the universe is little more that
4,000 years old since this would seem to be what we can calculate from
the information that the Bible provides, while we know that the
universe is some billions of years old. The Bible was not written as a
textbook of natural science, but for salvation. God, in the Bible,
adapted himself to the way of speaking of the men of the time so that
they could understand; he did not write only for the men of the age of
technology.
On the other hand, to reduce the Bible to an object of study and
erudition, remaining neutral to its message, is to kill it. It would
be as if a man, receiving a letter from the woman he loves, were to
examine it with a dictionary, from the point of view of grammar and
syntax, and stops at these things, without grasping the love that is
in it.
Reading the Bible without faith is like trying to read a book at
night: nothing can be read, or at least one does not read what is
essential. Reading Scripture with faith means reading it in reference
to Christ, grasping what refers to him on every page, just as he did
with the disciples of Emmaus.
Jesus remains with us in two ways: in the Eucharist and in his word.
He is present in both: in the Eucharist under the form of food, in the
Word under the form of light and truth. The word has a great advantage
over the Eucharist. Only those who already believe and are in a state
of grace can receive communion; but everyone, believers and
nonbelievers, married people and divorced people, can approach the
word of God. Indeed, to become a believer, the most normal route is
that of listening to God's word.
[Translation by Joseph G. Trabbic]
By Father Raniero Cantalamessa, OFM Cap
ROME, APRIL 4, 2008 (Zenit.org).- "Were not our hearts burning within
us while he spoke to us on the way and explained the Scriptures to
us?" This line from the Gospel passage about the disciples of Emmaus
brings us to reflect on the Scriptures.
There are two ways to approach the Bible. The first is that of
considering it an old book, full of religious wisdom, of moral values,
and of poetry too. From this point of view it is absolutely the most
important book for understanding our Western culture and the
Judeo-Christian religion. It is also the most printed and read book in
the world.
But there is another, much more demanding way to approach the Bible,
and it is that of believing that it contains the living word of God
for us, that it is an "inspired" book, that is, written, indeed, by
human authors, with all of their limitations, but with God's direct
intervention. A very human book and, at the same time, divine, that
speaks to men of all times and reveals to them the meaning of life and
death.
Above all it reveals to them God's love. If all the Bibles in the
world, St. Augustine said, on account of some disaster, would be
destroyed and there remained only one copy and, of this copy, all of
the pages were illegible save for one, and on this page only one line
were legible; if this line were that of the first letter of John that
reads "God is love," the whole Bible would be saved because it is
summed up in this statement. This explains how it is that so many
people approach the Bible without culture, without great education,
with simplicity, believing that it is the Holy Spirit that speaks in
it and find in it answers to their problems, light, encouragement, in
a word, life.
The two ways of approaching the Bible -- the way of erudition and the
way of faith -- do not exclude each other, on the contrary, they must
be united. It is necessary to study the Bible, the way in which it
should be interpreted (or to pay attention to the findings of those
study it in this way), so as not to fall into fundamentalism.
Fundamentalism consists in taking a verse from the Bible, just as it
sounds, and applying it to today's situations, without taking into
account the difference of culture, of time, and of the different
genres of the Bible.
It is believed, for example, that the universe is little more that
4,000 years old since this would seem to be what we can calculate from
the information that the Bible provides, while we know that the
universe is some billions of years old. The Bible was not written as a
textbook of natural science, but for salvation. God, in the Bible,
adapted himself to the way of speaking of the men of the time so that
they could understand; he did not write only for the men of the age of
technology.
On the other hand, to reduce the Bible to an object of study and
erudition, remaining neutral to its message, is to kill it. It would
be as if a man, receiving a letter from the woman he loves, were to
examine it with a dictionary, from the point of view of grammar and
syntax, and stops at these things, without grasping the love that is
in it.
Reading the Bible without faith is like trying to read a book at
night: nothing can be read, or at least one does not read what is
essential. Reading Scripture with faith means reading it in reference
to Christ, grasping what refers to him on every page, just as he did
with the disciples of Emmaus.
Jesus remains with us in two ways: in the Eucharist and in his word.
He is present in both: in the Eucharist under the form of food, in the
Word under the form of light and truth. The word has a great advantage
over the Eucharist. Only those who already believe and are in a state
of grace can receive communion; but everyone, believers and
nonbelievers, married people and divorced people, can approach the
word of God. Indeed, to become a believer, the most normal route is
that of listening to God's word.
[Translation by Joseph G. Trabbic]
02 April, 2008
THE GNOSTIC GOSPELS
The Gnostic Gospels:
Are they the real history of Jesus?
Are there secret writings about Jesus??
In 1945 a discovery was made in Upper Egypt, near the town of Nag Hammadi. Fifty-two copies of ancient writings, called the Gnostic gospels were found in 13 leather-bound papyrus codices (handwritten books). They were written in Coptic and belonged to a library in a monastery. A few Gnostic scholars have gone so far as to assert that these recently discovered writings are the authentic history of Jesus instead of the New Testament. But does their faith in these documents square with the historical evidence? Let’s take a deeper look to see if we can separate truth from fiction.
Secret "Knowers"
The Gnostic gospels are attributed to a group known as (big surprise here) the Gnostics. Their name comes from the Greek word gnosis, meaning “knowledge.” These people thought they had secret, special knowledge hidden from ordinary people.
As Christianity spread, the Gnostics mixed some doctrines and elements of Christianity into their beliefs, morphing Gnosticism into a counterfeit Christianity. Perhaps they did it to keep recruitment numbers up and make Jesus a poster child for their cause. However, for their system of thought to fit with Christianity, Jesus needed to be reinvented, stripped of both his humanity and his absolute deity.
In The Oxford History of Christianity John McManners wrote of the Gnostics’ mixture of Christian and mythical beliefs.
Gnosticism was (and still is) a theosophy with many ingredients. Occultism and oriental mysticism became fused with astrology, magic. … They collected sayings of Jesus shaped to fit their own interpretation (as in the Gospel of Thomas), and offered their adherents an alternative or rival form of Christianity.1
Early Critics
A mild strain of Gnostic philosophy was already growing in the first century just decades after the death of Jesus. The apostles, in their teaching and writings, went to great lengths to condemn these beliefs as being opposed to the truth of Jesus, to whom they were eyewitnesses. Check out, for example, what the apostle John wrote near the end of the first century:
Who is the great liar? The one who says that Jesus is not the Christ. Such people are antichrists, for they have denied the Father and the Son. (1 John 2:22, NIV).
Following the apostles’ teaching, the early church leaders unanimously condemned the Gnostics as a cult. Church father Irenaeus, writing 140 years before the Council of Nicaea, confirmed that the Gnostics were condemned by the church as heretics. He also rejected their “gospels.” But, referring to the four New Testament Gospels, he said, “It is not possible that the Gospels can be either more or fewer in number than they are.” 2
Christian theologian Origen wrote this in the early third century, more than a hundred years before Nicaea:
I know a certain gospel which is called “The Gospel according to Thomas” and a “Gospel according to Matthias,” and many others have we read—lest we should in any way be considered ignorant because of those who imagine they possess some knowledge if they are acquainted with these.
Nevertheless, among all these we have approved solely what the church has recognized, which is that only four gospels should be accepted.3
Mystery Authors
When it comes to the Gnostic gospels, just about every book carries the name of a New Testament character: the Gospel of Philip, the Gospel of Peter, the Gospel of Mary, and so on. But were they even written by their purported authors? Let’s take a look.
The Gnostic gospels are dated about 110 to 300 years after Christ, and no credible scholar believes any of them could have been written by their namesakes. In James M. Robinson’s comprehensive The Nag Hammadi Library, we learn that the Gnostic gospels were written by “largely unrelated and anonymous authors.”4
New Testament scholar Norman Geisler writes, “The Gnostic writings were not written by the apostles, but by men in the second century (and later) pretending to use apostolic authority to advance their own teachings. Today we call this fraud and forgery.”5
Endnotes
1 John McManners, ed., The Oxford History of Christianity (New York: Oxford University Press, 2002), 28.
2 Darrell L. Bock, Breaking the Da Vinci Code (Nashville: Nelson, 2004), 114.
3 Bock, 119-120.
4 Ibid.,13.
5 Norman Geisler and Ron Brooks, When Skeptics Ask (Grand Rapids, MI: Baker, 1998), 156.
Permission to reproduce this article: Publisher grants permission to reproduce this material without written approval, but only in its entirety and only for non-profit use.
Are they the real history of Jesus?
Are there secret writings about Jesus??
In 1945 a discovery was made in Upper Egypt, near the town of Nag Hammadi. Fifty-two copies of ancient writings, called the Gnostic gospels were found in 13 leather-bound papyrus codices (handwritten books). They were written in Coptic and belonged to a library in a monastery. A few Gnostic scholars have gone so far as to assert that these recently discovered writings are the authentic history of Jesus instead of the New Testament. But does their faith in these documents square with the historical evidence? Let’s take a deeper look to see if we can separate truth from fiction.
Secret "Knowers"
The Gnostic gospels are attributed to a group known as (big surprise here) the Gnostics. Their name comes from the Greek word gnosis, meaning “knowledge.” These people thought they had secret, special knowledge hidden from ordinary people.
As Christianity spread, the Gnostics mixed some doctrines and elements of Christianity into their beliefs, morphing Gnosticism into a counterfeit Christianity. Perhaps they did it to keep recruitment numbers up and make Jesus a poster child for their cause. However, for their system of thought to fit with Christianity, Jesus needed to be reinvented, stripped of both his humanity and his absolute deity.
In The Oxford History of Christianity John McManners wrote of the Gnostics’ mixture of Christian and mythical beliefs.
Gnosticism was (and still is) a theosophy with many ingredients. Occultism and oriental mysticism became fused with astrology, magic. … They collected sayings of Jesus shaped to fit their own interpretation (as in the Gospel of Thomas), and offered their adherents an alternative or rival form of Christianity.1
Early Critics
A mild strain of Gnostic philosophy was already growing in the first century just decades after the death of Jesus. The apostles, in their teaching and writings, went to great lengths to condemn these beliefs as being opposed to the truth of Jesus, to whom they were eyewitnesses. Check out, for example, what the apostle John wrote near the end of the first century:
Who is the great liar? The one who says that Jesus is not the Christ. Such people are antichrists, for they have denied the Father and the Son. (1 John 2:22, NIV).
Following the apostles’ teaching, the early church leaders unanimously condemned the Gnostics as a cult. Church father Irenaeus, writing 140 years before the Council of Nicaea, confirmed that the Gnostics were condemned by the church as heretics. He also rejected their “gospels.” But, referring to the four New Testament Gospels, he said, “It is not possible that the Gospels can be either more or fewer in number than they are.” 2
Christian theologian Origen wrote this in the early third century, more than a hundred years before Nicaea:
I know a certain gospel which is called “The Gospel according to Thomas” and a “Gospel according to Matthias,” and many others have we read—lest we should in any way be considered ignorant because of those who imagine they possess some knowledge if they are acquainted with these.
Nevertheless, among all these we have approved solely what the church has recognized, which is that only four gospels should be accepted.3
Mystery Authors
When it comes to the Gnostic gospels, just about every book carries the name of a New Testament character: the Gospel of Philip, the Gospel of Peter, the Gospel of Mary, and so on. But were they even written by their purported authors? Let’s take a look.
The Gnostic gospels are dated about 110 to 300 years after Christ, and no credible scholar believes any of them could have been written by their namesakes. In James M. Robinson’s comprehensive The Nag Hammadi Library, we learn that the Gnostic gospels were written by “largely unrelated and anonymous authors.”4
New Testament scholar Norman Geisler writes, “The Gnostic writings were not written by the apostles, but by men in the second century (and later) pretending to use apostolic authority to advance their own teachings. Today we call this fraud and forgery.”5
Endnotes
1 John McManners, ed., The Oxford History of Christianity (New York: Oxford University Press, 2002), 28.
2 Darrell L. Bock, Breaking the Da Vinci Code (Nashville: Nelson, 2004), 114.
3 Bock, 119-120.
4 Ibid.,13.
5 Norman Geisler and Ron Brooks, When Skeptics Ask (Grand Rapids, MI: Baker, 1998), 156.
Permission to reproduce this article: Publisher grants permission to reproduce this material without written approval, but only in its entirety and only for non-profit use.
24 Maret, 2008
HABITUS BARU - APAKAH SEKEDAR WACANA ?
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2005 dengan jujur mengakui bahwa Gereja ikut terlibat dalam menciptakan atau membiarkan terjadinya ketidak adaban public yang terjadi dalam poros kehidupan, yang meliputi kehidupan masyarakat . Gereja tidak menunjukkan komitmen yang jelas untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik sebagaimana diteladankan oleh Yesus Kristus. Gereja masih dikuasai oleh habitus lama yang tidak sesuai dengan amanat Tuhan sendiri. Gereja mengajak umat untuk meninggalkan pola hidup dan perilaku lama, membangun habitus baru yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat dengan dilandasi semangat mengasihi Allah dan manusia se-sama. Diantaranya diberikan beberapa contoh ciri – ciri dari habitus baru adalah melibatkan diri dalam kegiatan positif masyarakat daripada cari aman, enak dan selamat diri karena merasa tidak berdaya sebagai minoritas ( silent minority?), membuka diri terhadap semua kelompok, memberikan keteladanan , mewartakan nilai – nilai kehidupan, dan memperjuangkan kesalehan social. Allah yang berkelimpahan dilanggar oleh keserakahan manusia dengan pengingkaran keadilan, dan suasana masyarakat yang sakit dan pengelolaan negara yang korup. Membuat masyarakat hidup dalam kemiskinan yang lebih dari 100 juta di bumi pertiwi yang konon gemah ripah loh jinawi. Kemiskinan bukan hanya dalam arti lahiriah sandang, pangan dan papan; tapi juga dalam kebutuhan sosial seperti pendidikan , kesehatan, hidup secara layak sebagai manusia yang bermartabat, mempunyai pekerjaan, dan segala aspek kehidupan kehidupan yang sejahtera atau merasa well being, sehat secara mental dan jasmani.
Gereja melalui konsili, ensiklik, dan juga surat gembala para uskup mengajarkan cinta, kegembiraan dan harapan, juga termasuk cinta tanah air dan masyarakat. Duka cita bangsa atau masyarakat yang sampai saat ini masih sakit, adalah juga dukacita dan keprihatinan gereja. Adalah rencana Allah supaya manusia seia sekatamemperbaharui tatanan dunia melalui Kristus dan mengarahkannya kepada Allah. Segala cacat penggunaan nilai-nilai moral, etika dan kodrat manusia termasuk kehidupan adalah mengingkari kehendak Allah. Gereja terus menerus mengupayakan menyampaikan terang Kristus melalui ajaran magisterium dan kita umat dalam penjiarahan hidup spiritual memperoleh ajaran kebenaran dari para pastor gembala, pewarta sabda, dan para aktivis di paroki dan lingkungan – lingkungan. Menyadari kebajikan kristiani adalah seharusnya disampaikan oleh para gembala apa yang seperti disampaikan oleh katekismus katolik seperti dibawah ini : "Whatever is true, whatever is honorable, whatever is just, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is gracious, if there is any excellence, if there is anything worthy of praise, think about these things." A virtue is an habitual and firm disposition to do the good. It allows the person not only to perform good acts, but to give the best of himself. The virtuous person tends toward the good with all his sensory and spiritual powers; he pursues the good and chooses it in concrete actions. The goal of a virtuous life is to become like God ( Part 3, article7 - Life in Christ ). Hidup dalam Roh kadang tidak jelas dilakukan dan disampaikan oleh para gembala, sedangkan masyarakat kita adalah paternalistik dan tetap juga feodalistik; bila figur gembala paroki dan gembala-gembala kecil dalam paroki dan lingkungan ambigu dan kontroversi, sulit diharapkan umat yang bersatu, bergairah, mandiri, berdaya pikat, misioner dapat tercipta. Butuh waktu yang memang penuh tantangan agar apa yang sering disampaikan bahwa sebenarnya kerajaan Allah adalah aktual di dalam dunia dan masyarakat. Membangun habitus baru adalah suatu hal yang tidak mudah bahkan melawan arus, seolah suatu kemustahilan dalam peradaban masyarakat kita dari birokrat atau pengurus pelayanan publik yang korup, penuh ketidak adilan, premanisme, pelayanan public yang sangat buruk dan sering bersifat memeras dan bertindak sebagai penguasa penentu. Yang seharusnya melayani kepentingan umum harus selalu disogok, tawaran manipulasi pajak atau memeras , lalu lintas yang semrawut atau tidak beradab dengan tidak perduli dan ketidak patuhan akan aturan yang ada, dan lain sebagainya. Satu atau dua generasi belum pasti tercipta masyrakat yang mempunyai peradaban dengan nilai-nilai kebajikan yang seperti Tuhan sendiri ajarkan melalui diriNya sendiri yang datang ke dunia dan solider dengan penderitaan dan penuh empathy menjadi Manusia. Masihkah kita sebagai pengikut Kristus mempunyai harapan akan suatu suka cita dan damai sejahtera dalam kehidupan dengan se-sama. Bahkan dalam kehidupan berparoki saja begitu banyak pertentangan terhadap suatu masalah, ada banyak yang merasa sebagai fungsionaris gereja atau penguasa paroki yang dapat menentukan kegiatan paroki; kadang maunya eksklusif hanya untuk umat parokinya saja bukan diaspora seperti umat Israel dahulu,juga di dalam lingkungan dan wilayah, bahkan juga dalam dewan bila yang berperan adalah "Saya" atau "Kami" dalam arti pengurus. Monarki dan Aristokrasi tetap berjalan dalam paroki, bukan partisipasi seluruh umat. Sehingga sering terjadi pertentangan karena interese pribadi bukan untuk kemuliaan Allah. Bukannya Ad maiorem Dei gloriam yang berarti "untuk kemuliaan Tuhan" atau IHS atau Iesus Hominum Salvator, Yesus Penyelamat Manusia; yang menjadi moto para Ignatian dan membentuk kelompok - kelompok pencinta Ignatius, meski parokinya tidak dipimpin pastor Jesuit. Banyak para Yesuit dulu telah menanamkan iman akan Kristus melalui karya pastoral dan juga pendidikan yang tersebar di pulau Jawa atau sekolah - sekolah yang dipimpin para bruder2 Aloysius (didirikan oleh seorang Jesuit yang mati muda dalam usia 23 tahun yaitu Aloysius Gonzaga) yang dipakai namanya oleh suatu nama wilayah paroki Santo Ignatius jakarta. Demikian juga nama - nama wilayah - wilayah lain yang berada dalam paroki Santo Ignatius menggunakan nama- nama para Jesuit , kecuali nama Maria Ratu ; pada waktu paroki masih dipimpin oleh para Jesuit. Memang Santo Ignatius sebenarnya milik semua pengikut Kristus. Eksklusivitas paroki atau pandangan sempit hanya untuk kelompok sendiri atau perkawanan segelintir orang. Memang tanpa kesadaran untuk kehadiran Roh, yang sejak dulu, kini dan di masa yang akan datang; bahwa Roh Allah mau terus menerus berkomunikasi dengan anak-anakNya yang ada hanyalah pertentangan dan kekecewaan. Demikianlah biasanya masyarakat, termasuk juga paroki-paroki terkoyakkan oleh pertentangan dan perseteruan yang mengingkari kebersamaan dan partisipasi segenap umat.
Sejak modernisasi keadaan masyarakat kita yang menimbulkan banyak transisi yang tiba-tiba dengan perkembangan komunikasi, gaya hidup atau life - style, , hubungan kekerabatan dan pertemanan , dan norma - norma sosial yang berbeda ; menimbulkan persoalan yang berbeda dengan masyarakat tradisional. Karen Horney sudah menyinggung adanya kepribadian yang neurotic dari kebanyakan masyarakat kita pada abad ini ( The neurotic personality of our time). Sedangkan Erich Fromm menyatakan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang sakit (Sane Society), dan kita adalah otomat – otomat yang terus menerus menyesuaikan diri terhadap dunia sekitar yang sakit, korup, penuh ketidak adilan,, premanisme dan kekerasan, dan lain sebagainya yang merupakan ciri masyarakat kita. Tidak usah jauh jauh lalu lintas kita adalah gambaran hutan belantara masyarakat kita saat ini. Gambaran manusia yang secara mental adalah normal bila mempunyai kemampuan penyesuaian diri terus menerus menjadi tidak valid lagi disini. Kita adalah orang – orang yang normal karena mampu mengikuti kehendak zaman (konsumerisme , budaya seba instant, dengan jalan pintas, sukses materi dan hedonisme) dan tidak melawan arus? Paralel dengan ini adalah bila kita mengunjungi rumah sakit jiwa dan bertemu dengan orang yang menurut kita sakit tapi masih bisa berkomunikasi seperti yang schizophren simplex mengatakan bahwa mereka tidak sakit; yang sakit adalah yang mengirim mereka masuk rumah sakit jiwa dan juga kita yang mengunjunginya. Mereka normal – normal saja dan kita yang merasa normal menurut mereka adalah abnormal.
Masyarakat di sekitar kita adalah masyarakat yang sakit. Dari premanisme di kalangan bawah sampai pemerasan dan suap - korupsi dikalangan atas. Perasaan insecure yang membuat kecemasan yang sarat dengan kecenderungan untuk menjadi pribadi – pribadi yang keras dan desperate, mudah jatuh dalam kecenderungan kepada kejahatan, krisis dalam kemanusiaan yang adi luhung, jujur, bermoral , mempunyai integritas dan taat kepada peraturan; menjadi seba relative dalam kehidupan masyarakat modern. Manusia melarikan dirinya dari kekebasan yang diberikan Tuhan Sang Pencipta; yang telah memberikan diriNya dengan mengorbankan diriNya dalam diri Sang Putera, mengorbankan diriNya sehabis-habisnya dengan bergantung di kayu salib. Yang telah mengajar dan memberikan diriNya untuk percaya dan taat kepada perintah Bapa.
Krisis kekerasan atau antar etnis maupun antar kelompok politik yang bersebrangan; seperti dari Poso, Ambon, sampai di Timur Tengah antara Palestina; antara kelompok Fatah dan Hizbullah antara mereka denga Israel, dan juga sesama saudara antara kaum Suni dan Syiah di Irak; pada dasarnya merupakan manifestasi krisis manusia dalam menemukan dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang pada dasarnya baik karena manusia adalah citra dari Allah sendiri.. Tidak mudah menjelaskannya karena manusia adalah pribadi yang sangat complex, dari homo homini lupusnya (manusia adalah srigala bagi sesamanya) Thomas Hobbes. Ataukah manusia sebagai animal economic yang tak pernah terpuaskan dengan segala keserakahannya , atau suatu animal symbolicum seperti pandangan eksistensialismnya Ernst Cassirey dalam An essay on man, mengemukakan bahwa ciri yang spesifik dari manusia yang membedakannya dari binatang adalah symbol-symbol yang dimilikinya seperti diantaranya adalah sejarah, agama , seni, bahasa, budaya, dan lain sebagainya. Manusia dalam kehidupannya memberi makna ( meaning ) sesuai bingkai interpretasinya (frame of refference) dan latar belakang budayanya yang orisinil dan spesifik; terhadap segala sesuatu dan peristiwa yang ada disekitarnya. Jadi tidak usah khawatir bila dalam perayaan Liturgi Jumat Suci dalam Pekan Suci yang baru lalu secara simbolik dilakukan tabur bunga terhadap jenazah Yesus yang diturunkan dari salib, dan terus kemudian diarak - arak sebagai suatu yang mengada - ada , dan menjadi pembicaraan bagi sementara umat paroki Santo Ignatius. Bukankah demi membuat lebih sakral ibadat kita yang begitu kaya terjadi sesuatu yang dapat lebih mengkomunikasikan Allah dalam diri Kristus terhadap kita. Kita adalah mahluk yang dalam segala kelemahannya diberikan suatu kemampuan yang membedakan manusia dari mahluk lain , yaitu diberi sesuatu kemampuan dimana kita dapat mentransendir ( transcendence, going beyond, melampaui ). Pengertian atau konsep pengertian pasangan transendence / immanence berasal dari Aristoteles ( abad ke 4 S.M. ) yang menunjukkan hubungan Tuhan dengan dunia . Disini transenden diartikan bahwa Tuhan berada dan melampaui dunia, dikontraskan dengan imanensi dari Tuhan yang termanifestasi di dalam dunia. Tuhan berada dan menopang apa yang tengah berlangsung dalam dunia ciptaannya. Tuhan adalah prime mover, suatu self consciousness yang bersifat non materi yang berasal dari dunia luar, dan ini menjadi idea dari Yudaisme dan Kristen yang menyatakan Tuhan sebagai sesuatu yang diluar dunia (being outside) yang menciptakan dunia dari ketiadaan ( nothingness ). Creatio ex nihilo. Transcendental ini banyak dipakai oleh para pemikir seperti misalnya Immanuel Kant dalam menerangkan teori tentang pengetahuan sebagai suatu proses sinthesa, ..... through a process of synthesis, the mind generates both the structure of objects, and its own unity...... Hegel dan filsafat phenomenologis juga membahas kesadaran yang transenden. Yang masih dan paling aktual , konsep transenden-imannen ini juga dipakai oleh Theolog Jesuit yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20 dan banyak merupakan sumber inspirasi konsili Vatikan II yang diprakarsai oleh Bapa Suci Yohanes XXIIIdan dlanjutkan oleh Bapa Suci Paulus VI ; dimana pemikiran Karl Rahner memberi warna dan banyak memberikan inspirasi bagi Bapa Suci Benedictus XVI yang juga sudah terlibat dan banyak memberikan kritik - kritik dalam konsili Vatikan II bersama Johanes Paulus II yang lebih banyak diam dan menyimak selama konsili tersebut. Keduanya saat itu hadir sebagai uskup. Menurut Rahner , trancendental christology dengan wafat dan kebangkitan Kristus, dengan inkarnasi Tuhan dalam bentuk manusia ( human nature ) adalah sakramen Allah dimana Allah mengkomunikasikan dirinya ( Self Communication of God ) menawarkan kepada kemauan bebas manusia Rahmat berelasi dan memperbaharui relasi dan pengampunan. Orang beriman saat ini adalah seorang "mistik", dalam arti kesanggupan untuk menyadari dan mengimani apa yang berada dibalik pengalaman dan di dalam pengalaman manusiawi kita dengan iman yang kurang namun dengan Rahmat kepercayaan akan Yesus Kristus, dirasakan secara intuitif mengalami Allah dalam cakra wala rohani yang tak terbatas. Mengalami dan menyadari dengan kesadaran melampaui panca indera menyadari sapaan Ilahi dalam lubuk hati yang disemayami Roh Kudus, yang secara terus menerus - immanen ingin berinteraksi atau berwawancara dengan putera puteri yang dikasihiNya . Sehingga apa yang diwahyukan melalui kitab suci seperti ................Aku tinggal dalam kamu ( Yoh14 : 20 ), atau Aku selalu besertamu ( Mat 28 : 20 )..................menjadi nyata bukan sesuatu mimpi yang menjadi wacana para agamawan atau teolog kristen. Memang kita adalah kreasi atau bentuk yang paling sempurna dari animal (paragon of animal) nya Shakespeare; sekaligus juga mahluk yang seolah tak terbatas dalam kemampuannya, melebihi segalanya...... human rather thing. Manusia mahluk terakhir yang diciptakan Tuhan sesuai citra diriNya. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya .......”( Kej 1: 27 ). Seperti pemazmur telah mengidungkan "sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku , Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada_Mu oleh karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kau buat". Kita yang dilahirkan dengan memiliki organ tubuh dan kelenjar yang menghasilkan hormon, enzym dan lain sebagainya yang setara dengan ratusan chemical plant atau pabrik kimianya meski jantung yang hanya sebesar kepalan tangan mampu berdenyut memompa darah satu milyard kali setiap tahun sehingga kalau usia kita 60 tahun, jantung kita telah berdenyut sebanyak 60 milyard kali tanpa henti. Yang sepasang ginjalnya dan masing-masing juga sebesar kepalan tangan mempunyai 10 juta pembuluh darah rambut yang menyaring ratusan galon cairan tubuh yang melewati pembuluh-pembuluh rambut tersebut , hanya untuk mensekresikan 2 liter air seni. Yang ada didalam otak kita dengan 100 milyard neuron bagaikan hard disk yang tak terbatas dilengkapi denga prosesor atau berdaya kemampuan yang lebih tinggi dari prosesor buatan manusia manapun. Ada bagian di batang otak yang disebut medulla oblongata yang merupakan awal dan ujung dari hampir sebagian besar fungsi senso dan motorik tubuh kita, seperti ekspresi muka dan manifestasi emosi dan perasaan kita, pendengaran, keseimbangan , fungsi lidah dan otot - otot leher, dsb; bahkan untuk fungsi yang mensyarafi bagian tubuh seperti yang otonom seperti jantung, jeroan, dsb. Merecord semua yang terjadi, yang ada sebagai idea, ataupun untuk memproses dengan kemampuan – kemampuan berpikir yang begitu luar biasa. Betapa menakjubkan Engkau Allahku, Allah yang fascinating, fascinatum sekaligus tremendum ; menakutkan bila kita tidak bisa menghargai kehidupan yang telah diberikanNya kepada masing masing kita dan yang telah dikenalNya satu demi satu sebelum kita dikandung dalam rahim ibu. “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau .......”( Yeremia 1 : 5 ). betapa mengagumkan ciptaanMu yang sempurna . Penganut Katholik yang mempunyai penghayatan dan pengertian akan ekaristi atau liturgi syukur (eucharist berarti bersyukur dalam bahasa Yunani) bisa menyimak dalam doa syukur agung ( sayangnya hanya imam yang boleh mengucapkannya, kita hanya menyatakan dalam hati ) seperti ini ...........................kami memuji Engkau , ya Bapa yang kudus. Sebab agunglah Engkau, dan semua karyaMu Kaulaksanakan dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Engkau menjadikan manusia menurut gambaranMu, Engkau menyerahkan kepadanya tugas menguasai alam raya, agar dengan demikian dapat mengabdi kepadaMu, satu - satunya pencipta. Meskipun manusia kehilangan persahabatan dengan Dikau karena tidak setia, Ia tidak Kaubiarkan merana dibawah kekuasaan maut. Sebab dengan penuh belas kasihan, Engkau menolong semua orang yang mencariMu, agar dapat menemukan Dikau .....................( Puji Syukur no. 261 ). Patutlah kita bersyukur dalam setiap situasi kehidupan kita karena Dia telah memberi kita hidup dan kehidupan itu sendiri menjadi berarti atau signifikan . To be significant bila kita dengan kemauan bebas kita sendiri yang diberikan Sang Pencipta memberi makna dan arti sesuai dengan talenta apapun yang dimiliki sebagai umat gereja yang bertanggung jawab. Tiada seorangpun tercipta tanpa mempunyai arti bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit” (Lukas 12 : 6 ). Kehidupan kita begitu berharga dimata Tuhan.
Pemahaman tentang iman, etika dan moral, hati nurani, pengenalan tentang Tuhan dan ajaran perintahNya yang kita kenal menurut gereja dan kitab suci. Allah yang terus menerus berwawancara dan berkomunikasi melalui kitab suci dan doa-doa atau bahasa cinta dalam berelasi denganNya. Siapakah sebenarnya kita tergantung dari apa yang kita lakukan setiap hari, kebiasaan – kebiasaan yang kita lakukan dan juga dan juga akhirnya membentuk karakter kita sebagai murid dan pengikut Kristus kiranya dapat memberi tempat bagi Roh Allah yang memberi kita pengetahuan untuk mengenalNya. Dengan memelihara relasi melalui doa dan berusaha terus dalam kawanan gembalaanNya, meskipun kita cenderung berdosa karena memang kita adalah manusia lemah, namun Ia menjaga terus agar kita bukanlah domba yang hilang. Dan dalam kehidupan kita , apa yang disebut dengan emosi dan perasaan bukan terproses di dada kita atau di hati kita tetapi ada didalam otak kita juga.. Sehingga bila hidup perasaan dan emosi yang tidak pernah atau kurang merasa bersyukur dengan keadaan apapun yang paling buruk seperti yang dihadapi ibu yang malang di Malang diatas, dengan kehidupan dari 4 orang anak dalam keadaan apapun dan kehidupannya sendiri; benar-benar tragis dan menyakitkan bila harus terserabut dari kehendak Sang Pencipta. Allah yang sebenarnya Tuhan yang berkelimpahan dan maha baik dalam segala hal.
Siapapun kita yang diarahkan untuk membentuk habitus baru seperti yang diinginkan para magisterium di KAJ, ada baiknya menemukan dirinya. Mungkin pencarian yang tidak pernah selesai yang kita jalani seumur hidup kita untuk menjadi sempurna seperti yang diajarkanNya. Suatu proses “'menjadi” atau becoming , suatu undiscover self seperti yang digambarkan oleh Carl Gustav Jung seorang psiko analist besar abad 20 di Zurich mengemukakan rumusan dasar “ketidak sadaran kolektif”(collective unconscious ) sebagai suatu endapan pengalaman leluhur yang terus diturunkan atau pewarisan endapan sejarah psikis . Ketegangan, ketakutan dan mimpi – mimpi leluhur diteruskan dari satu generasi ke generasi yang lain lewat arketipe ( archetype ), yaitu gambaran kuno dan universal yang sudah ada sejak zaman silam merupakan kesamaan dan parallel dalam lambang-lambang yang digunakan kelompok agama yang berbeda , dalam ungkapan religius, pertobatan, dan dalam penafsiran tentang Tuhan. Tuhan pada dasarnya peristiwa psikologis yang datang secara spontan. Jiwa manusia ( psyche ) menciptakan penampakan gambaran Tuhan yang ada pada collective unconscious sebagai archetype.Individuasi adalah pengertian Yung tentang proses penziarahan kegamaan. Pengertian Self sebagai “serpihan dari keallahan yang tak terbatas”. Bila Freud melihat agama sebagai gejala neurosis, Yung melihat sebagai kodrat kehidupan. Nilai-nilai yang ada dalam suatu agama atau ajaran tergantung dari arketipe yang ada pada warisan psikologis manusia, dan penemuannya merupakan tujuan hidup manusia. Kritik social terhadap kehidupan dunia modern yang penuh dengan krisis. Dilema masyarakat adalah dilema individu dalam masyarakat. Individu yang mempunyai persahabatan dengan Tuhannya dan mempunyai affinitas atau keeratan dan berkoreponden atau berkomunikasi timbal balik membuat kesadaran jiwa bahwa lapisan yang rendah dari jiwa kita (shadow) yang tidak selaras atau mempunyai kecenderungan moral buruk dan merupakan sumber kejahatan tidak menguasai pribadi kita. Sebaliknya shadow yang positif yang membuat alter ego yang lain dari diri kita adalah Alter Kristus yang hidup dalam diri kita. Roh yang ada dan memberi kita pengetahuan yang baik dan buruk. Freud dengan pandangan rasionalistik dan materialistiknya mendeskripsikannya seperti semacam peranan dari conscience atau hati nurani atau bagian dari struktur kepribadian yang membuat harmoni dorongan libido dari id yang dilaksanakan ego dan dikontrol superego atau conscience. Abraham Maslow dalam teori hierarchy of needs , menerangkan kebutuhan manusiawi yang meningkat dari kebutuhan dasar yang faali seperti makan - minum, tidur, bernafas, dsb yang harus dipenuhi sebagai organism , kemudian diikuti kebutuhan untuk safety seperti merasa aman, mempunyai pekerjaan, kesehatan ; baru kemudian mempunyai kebutuhan sosial seperti merasa diterima dan memiliki seperti persahabatan, lingkungan atau keluarga yang supportive, hubungan seksual, dicintai dan mencintai. Pada tingkat yang lebih tinggi ada kebutuhan untuk dihargai dan dapat menghargai orang lain melalui kegiatan dan profesi (esteem need), pada tingkatan selanjutnya adalah kebutuhan cognitive dan aesthetic seperti meningkatkan kecerdasan dan intelektualita melalui pengetahuan, mempelajari sesuatu, eksplorasi, menemukan atau karsa (discover and create), dan juga pengertian tentang dunia disekitarnya. Dan akhirnya pada tingkat yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan segala sesuatu yang indah, kesenian, dsb yang mengarahkan kepada kepuasan menuju aktualisasi diri atau self actualization yang menyegarkan dirinya dalam kehadiran dan keindahan alam yang diserap dari keindahan yang dunia tawarkan. Singkatnya self actualization adalah pemenuhan dari potensi seseorang. Teori ini menjelaskan motivasi manusia berperi laku, pada kebutuhan yang faali biasanya disebut kebutuhan dasar sedangkan lainnya yang lebih tinggi adalah kebutuhan psikologis. Pada puncak kebutuhan yang lebih tinggi atau aktualisasi diri, Maslow juga mengemukakan teori tentang kebutuhan spiritual yang disebutnya self transcendence pada orang - orang yang self-actualizing juga pada orang - orang yang tidak mengalami self actualizing, Jadi dibedakan dengan dengan teori kebutuhan yang bertingkat ( hierarcy ) tadi menurut Maslow kebutuhan spritual ini berbeda dengan kebutuhan - kebutuhan lainnya , kebutuhan spiritual ini disebutnya Self Trancendence yang dapat diakses dari semua tingkat kebutuhan . Manusia adalah ciptaan yang diberi kebebasan dan kemampuan untuk dapat mentransendir dirinya untuk pemenuhan segala kebutuhan termasuk kebutuhan spiritual ini. Rahner dengan transcendence christologynya memahami bahwa Yesus Kristus yang berasal dan dalam kesatuan dengan Allah adalah yang membuat kita dapat mentransendir diri sebagaimana Ia dalam kesatuan dengan Bapa Surgawi , mengajak kita untuk menerima karya penyelamatan dengan meresponse dalam kehidupan yang partisipatif dalam menerima Roh Kudus. Yesus yang disebutnya pengetahuan yang abadi ( eternal logos ) atau Sang Sabda , dimana Tuhan dari semua keabadian menawarkan memulihkan kita menjadi self yang ilahi (self divine ). Allah yang menyelamatkan bukan dari tempat yang jauh ( distance ) , tapi Allah yang menyelamatkan dengan berpartisipasi dalam self divine dari diri kita , yang merupakan tujuan atau pemenuhan dari kebutuhan spiritual kita. Mungkin saja undiscovered self tapi bukan yang mustahil dapat juga dicapai discovered self. tersebut.
Sebagai pengikut Kristus, sejauh pengidentikasikan diri dengan citra Allah, …………….hendaklah kamu menjadi sempurna sepeperti Bapa………………….., biasanya kita tidak menjawab secara tegas tetapi juga keberatan untuk menyangkal atau seolah mendiamkan proses pengilahian diri bahwa dengan dibaptis dan dengan skramen krisma kita dicurahi dan diteguhkan atau dilahirkan kembali dalam Roh. Jawabnya pasti Ya, saya percaya; Ya, saya mau. Akan tetapi adalah suatu proses dalam menyadari kehadiran Roh dalam diri sebagai baitNya dan dalam kebebasan kita ”becoming”, mencari kesejatian diri kita sebagai pengikut dan murid yang setia. Sebenarnya siapakah diri kita , adalah terbentuk dari kebiasaan- kebiasaan yang kita lakukan, kebiasaan – kebiasaan adalah tindakan kita yang berulang – ulang. Inilah yang membentuk kepribadian kita. Watch your thoughts; they become words. Watch your words; they become actions. Watch your actions; they become habits. Watch your habits; they become character. Watch your character; it becomes your destiny. Habits atau kebiasaan – kebiasaan baik dari pengajaran ajaran kristiani bukanlah sekedar dikenali atau secara cognitive diterima kita ; Bolehlah kita karena Roh menggerakkan kita untuk menerima, patuh dan setia terhadap Sabda dan juga menjadi pelaku Sabda. Semoga dalam kebangkitan Paska yang memberikan kita semangat , memberikan penyegaran kepada jiwa kita yang letih lesu dan berbeban berat. Untuk memulai dari diri sendiri, berefleksi menaati segala perintahNya dengan lebih mengenal dan mencintai Tuhan Yesus melalui kitab suci. Berpegang teguh, patuh dan setia kepada SabdaNya, membiarkan Roh berkarya dalam diri kita untuk seturut kehendak Bapa. Sabda yang secara abadi menjadi sumber inspirasi bagi para murid dan pengikut Kristus. Pemahaman bahwa akhirnya semua terpanggil seperti Kristus yang melakukan perjalanan ke Jerusalem . Menyangkal diri, memanggul salib kita masing – masing dengan mengikuti Sang Guru (Lukas 9 : 23 ) Semoga Paskah Kebangkitan tahun ini juga memberi kita kehidupan dengan habitus baru yang lebih berkenan dan layak di hadapan Tuhan.Tetap kita harus mempunyai harapan suatu habitus baru dalam masyarakat Indonesia sepuluh, dua puluh tahun, ataukah seabad lagi.Tuhan Yesus begitu radikal dalam menyampaikan ajaran-ajaranNya, para murid tidak boleh suam-suam kuku. Mampukah kita yang secara kodrat adalah daging yang lemah tetapi juga mempunyai jiwa yang diberi Roh yang penurut melakukan sesuatu yang mempunyai kontribusi sekecil apaun untuk berperan serta dalam menciptakan habitus baru dalam masyarakat kita yang benar - benar sakit. Sebagai penutup saya ingin menulis tulisan ini dengan Karl Rahner yang mengatakan: Orang beriman adalah seorang mistik ( Jangan diartikan dengan kata klinik yang banyak diartikan oleh masyarakat kita karena pengaruh yang salah dari sinetron - sinetron gaib atau penampakan ).Mistik disini adalah pengertian bahwa semua agama atau aliran kepercayaanpun memahaminya seperti pencarian akan Tuhan. Seperti dalam doa syukur diatas, pencarian akan menemukan Allah adalah untuk menemukan Tuhan yang memberi keselamatan. Suatu kerinduan untuk memandang wajah Allah seperti suatu keadaan yang pernah dialami Simeon dalam Lukas atau Stefanus dalam Kisah para rasul. Seorang jenius seperti Einstein juga mengakui ide dan eksistensi Tuhan meski tanpa melekatkan dirinya pada suatu agamapun, seperti pengakuannya. Pengakuan yang mendalam secara penuh emosi terhadap kekaguman terhadap roh(spirit) yang menyatakan diriNya dalam kejadian – kejadian yang dapat kita persepsi dengan pikiran kita yang lemah ( frail and feeble ). Pengakuan terhadap kekuatan yang maha dahsyat dalam alam raya yang dapat dimengerti, seperti kutipan ini ......."My religion consists of a humble admiration of the unlimited spirit who reveals himself in the minutest details that we are able to perceive with our frail and feeble minds. That deeply emotional conviction of the presence of superior reasoning power is revealed in the comprehensible universe. That forms my idea of God" (Albert Einstein in Science and Religion). Adapun kemampuan mistik yang dimaksud Rahner diatas adalah dalam arti kesanggupan untuk menyadari dan mengimani apa yang dibalik dan di dalam pengalaman - pengalaman manusiawi kita. Saudara - saudaraku mari kita bertindak dengan perlahan - lahan, supaya kita jangan begitu ramai, sehingga sabda rahmat ilahi, yang tenang namun begitu berdaya ( Roh Kebenaran } dan memberi kita pengetahuan akan Allah , jangan tak terdengarkan karena kata - kata kita , yang terlampau keras namun tak berdaya. Ya Tuhan tolonglah imanku yang kurang. Berikanlah aku rahmat akan Yesus yang menyelamatkan kita. Dalam keheningan disertai kesadaran yang penuh marilah kita berdoa mazmur. Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah namaNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali. Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap didalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersuka cita. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi. Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segala-galanya telah Kauletakkan dibawah kakinya. Pujilah Tuhan hai jiwaku. Pujilah namaNya yang kudus. Tuhan, Bapa yang maha baik membimbingku dalam kehidupan.
Jakarta dengan inspirasi dari retret para prodiakon di Cidokom, 21 Maret 2007
menjelang Paska Kebangkitan Tuhan
Hendra Boeniardi
Gereja melalui konsili, ensiklik, dan juga surat gembala para uskup mengajarkan cinta, kegembiraan dan harapan, juga termasuk cinta tanah air dan masyarakat. Duka cita bangsa atau masyarakat yang sampai saat ini masih sakit, adalah juga dukacita dan keprihatinan gereja. Adalah rencana Allah supaya manusia seia sekatamemperbaharui tatanan dunia melalui Kristus dan mengarahkannya kepada Allah. Segala cacat penggunaan nilai-nilai moral, etika dan kodrat manusia termasuk kehidupan adalah mengingkari kehendak Allah. Gereja terus menerus mengupayakan menyampaikan terang Kristus melalui ajaran magisterium dan kita umat dalam penjiarahan hidup spiritual memperoleh ajaran kebenaran dari para pastor gembala, pewarta sabda, dan para aktivis di paroki dan lingkungan – lingkungan. Menyadari kebajikan kristiani adalah seharusnya disampaikan oleh para gembala apa yang seperti disampaikan oleh katekismus katolik seperti dibawah ini : "Whatever is true, whatever is honorable, whatever is just, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is gracious, if there is any excellence, if there is anything worthy of praise, think about these things." A virtue is an habitual and firm disposition to do the good. It allows the person not only to perform good acts, but to give the best of himself. The virtuous person tends toward the good with all his sensory and spiritual powers; he pursues the good and chooses it in concrete actions. The goal of a virtuous life is to become like God ( Part 3, article7 - Life in Christ ). Hidup dalam Roh kadang tidak jelas dilakukan dan disampaikan oleh para gembala, sedangkan masyarakat kita adalah paternalistik dan tetap juga feodalistik; bila figur gembala paroki dan gembala-gembala kecil dalam paroki dan lingkungan ambigu dan kontroversi, sulit diharapkan umat yang bersatu, bergairah, mandiri, berdaya pikat, misioner dapat tercipta. Butuh waktu yang memang penuh tantangan agar apa yang sering disampaikan bahwa sebenarnya kerajaan Allah adalah aktual di dalam dunia dan masyarakat. Membangun habitus baru adalah suatu hal yang tidak mudah bahkan melawan arus, seolah suatu kemustahilan dalam peradaban masyarakat kita dari birokrat atau pengurus pelayanan publik yang korup, penuh ketidak adilan, premanisme, pelayanan public yang sangat buruk dan sering bersifat memeras dan bertindak sebagai penguasa penentu. Yang seharusnya melayani kepentingan umum harus selalu disogok, tawaran manipulasi pajak atau memeras , lalu lintas yang semrawut atau tidak beradab dengan tidak perduli dan ketidak patuhan akan aturan yang ada, dan lain sebagainya. Satu atau dua generasi belum pasti tercipta masyrakat yang mempunyai peradaban dengan nilai-nilai kebajikan yang seperti Tuhan sendiri ajarkan melalui diriNya sendiri yang datang ke dunia dan solider dengan penderitaan dan penuh empathy menjadi Manusia. Masihkah kita sebagai pengikut Kristus mempunyai harapan akan suatu suka cita dan damai sejahtera dalam kehidupan dengan se-sama. Bahkan dalam kehidupan berparoki saja begitu banyak pertentangan terhadap suatu masalah, ada banyak yang merasa sebagai fungsionaris gereja atau penguasa paroki yang dapat menentukan kegiatan paroki; kadang maunya eksklusif hanya untuk umat parokinya saja bukan diaspora seperti umat Israel dahulu,juga di dalam lingkungan dan wilayah, bahkan juga dalam dewan bila yang berperan adalah "Saya" atau "Kami" dalam arti pengurus. Monarki dan Aristokrasi tetap berjalan dalam paroki, bukan partisipasi seluruh umat. Sehingga sering terjadi pertentangan karena interese pribadi bukan untuk kemuliaan Allah. Bukannya Ad maiorem Dei gloriam yang berarti "untuk kemuliaan Tuhan" atau IHS atau Iesus Hominum Salvator, Yesus Penyelamat Manusia; yang menjadi moto para Ignatian dan membentuk kelompok - kelompok pencinta Ignatius, meski parokinya tidak dipimpin pastor Jesuit. Banyak para Yesuit dulu telah menanamkan iman akan Kristus melalui karya pastoral dan juga pendidikan yang tersebar di pulau Jawa atau sekolah - sekolah yang dipimpin para bruder2 Aloysius (didirikan oleh seorang Jesuit yang mati muda dalam usia 23 tahun yaitu Aloysius Gonzaga) yang dipakai namanya oleh suatu nama wilayah paroki Santo Ignatius jakarta. Demikian juga nama - nama wilayah - wilayah lain yang berada dalam paroki Santo Ignatius menggunakan nama- nama para Jesuit , kecuali nama Maria Ratu ; pada waktu paroki masih dipimpin oleh para Jesuit. Memang Santo Ignatius sebenarnya milik semua pengikut Kristus. Eksklusivitas paroki atau pandangan sempit hanya untuk kelompok sendiri atau perkawanan segelintir orang. Memang tanpa kesadaran untuk kehadiran Roh, yang sejak dulu, kini dan di masa yang akan datang; bahwa Roh Allah mau terus menerus berkomunikasi dengan anak-anakNya yang ada hanyalah pertentangan dan kekecewaan. Demikianlah biasanya masyarakat, termasuk juga paroki-paroki terkoyakkan oleh pertentangan dan perseteruan yang mengingkari kebersamaan dan partisipasi segenap umat.
Sejak modernisasi keadaan masyarakat kita yang menimbulkan banyak transisi yang tiba-tiba dengan perkembangan komunikasi, gaya hidup atau life - style, , hubungan kekerabatan dan pertemanan , dan norma - norma sosial yang berbeda ; menimbulkan persoalan yang berbeda dengan masyarakat tradisional. Karen Horney sudah menyinggung adanya kepribadian yang neurotic dari kebanyakan masyarakat kita pada abad ini ( The neurotic personality of our time). Sedangkan Erich Fromm menyatakan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang sakit (Sane Society), dan kita adalah otomat – otomat yang terus menerus menyesuaikan diri terhadap dunia sekitar yang sakit, korup, penuh ketidak adilan,, premanisme dan kekerasan, dan lain sebagainya yang merupakan ciri masyarakat kita. Tidak usah jauh jauh lalu lintas kita adalah gambaran hutan belantara masyarakat kita saat ini. Gambaran manusia yang secara mental adalah normal bila mempunyai kemampuan penyesuaian diri terus menerus menjadi tidak valid lagi disini. Kita adalah orang – orang yang normal karena mampu mengikuti kehendak zaman (konsumerisme , budaya seba instant, dengan jalan pintas, sukses materi dan hedonisme) dan tidak melawan arus? Paralel dengan ini adalah bila kita mengunjungi rumah sakit jiwa dan bertemu dengan orang yang menurut kita sakit tapi masih bisa berkomunikasi seperti yang schizophren simplex mengatakan bahwa mereka tidak sakit; yang sakit adalah yang mengirim mereka masuk rumah sakit jiwa dan juga kita yang mengunjunginya. Mereka normal – normal saja dan kita yang merasa normal menurut mereka adalah abnormal.
Masyarakat di sekitar kita adalah masyarakat yang sakit. Dari premanisme di kalangan bawah sampai pemerasan dan suap - korupsi dikalangan atas. Perasaan insecure yang membuat kecemasan yang sarat dengan kecenderungan untuk menjadi pribadi – pribadi yang keras dan desperate, mudah jatuh dalam kecenderungan kepada kejahatan, krisis dalam kemanusiaan yang adi luhung, jujur, bermoral , mempunyai integritas dan taat kepada peraturan; menjadi seba relative dalam kehidupan masyarakat modern. Manusia melarikan dirinya dari kekebasan yang diberikan Tuhan Sang Pencipta; yang telah memberikan diriNya dengan mengorbankan diriNya dalam diri Sang Putera, mengorbankan diriNya sehabis-habisnya dengan bergantung di kayu salib. Yang telah mengajar dan memberikan diriNya untuk percaya dan taat kepada perintah Bapa.
Krisis kekerasan atau antar etnis maupun antar kelompok politik yang bersebrangan; seperti dari Poso, Ambon, sampai di Timur Tengah antara Palestina; antara kelompok Fatah dan Hizbullah antara mereka denga Israel, dan juga sesama saudara antara kaum Suni dan Syiah di Irak; pada dasarnya merupakan manifestasi krisis manusia dalam menemukan dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang pada dasarnya baik karena manusia adalah citra dari Allah sendiri.. Tidak mudah menjelaskannya karena manusia adalah pribadi yang sangat complex, dari homo homini lupusnya (manusia adalah srigala bagi sesamanya) Thomas Hobbes. Ataukah manusia sebagai animal economic yang tak pernah terpuaskan dengan segala keserakahannya , atau suatu animal symbolicum seperti pandangan eksistensialismnya Ernst Cassirey dalam An essay on man, mengemukakan bahwa ciri yang spesifik dari manusia yang membedakannya dari binatang adalah symbol-symbol yang dimilikinya seperti diantaranya adalah sejarah, agama , seni, bahasa, budaya, dan lain sebagainya. Manusia dalam kehidupannya memberi makna ( meaning ) sesuai bingkai interpretasinya (frame of refference) dan latar belakang budayanya yang orisinil dan spesifik; terhadap segala sesuatu dan peristiwa yang ada disekitarnya. Jadi tidak usah khawatir bila dalam perayaan Liturgi Jumat Suci dalam Pekan Suci yang baru lalu secara simbolik dilakukan tabur bunga terhadap jenazah Yesus yang diturunkan dari salib, dan terus kemudian diarak - arak sebagai suatu yang mengada - ada , dan menjadi pembicaraan bagi sementara umat paroki Santo Ignatius. Bukankah demi membuat lebih sakral ibadat kita yang begitu kaya terjadi sesuatu yang dapat lebih mengkomunikasikan Allah dalam diri Kristus terhadap kita. Kita adalah mahluk yang dalam segala kelemahannya diberikan suatu kemampuan yang membedakan manusia dari mahluk lain , yaitu diberi sesuatu kemampuan dimana kita dapat mentransendir ( transcendence, going beyond, melampaui ). Pengertian atau konsep pengertian pasangan transendence / immanence berasal dari Aristoteles ( abad ke 4 S.M. ) yang menunjukkan hubungan Tuhan dengan dunia . Disini transenden diartikan bahwa Tuhan berada dan melampaui dunia, dikontraskan dengan imanensi dari Tuhan yang termanifestasi di dalam dunia. Tuhan berada dan menopang apa yang tengah berlangsung dalam dunia ciptaannya. Tuhan adalah prime mover, suatu self consciousness yang bersifat non materi yang berasal dari dunia luar, dan ini menjadi idea dari Yudaisme dan Kristen yang menyatakan Tuhan sebagai sesuatu yang diluar dunia (being outside) yang menciptakan dunia dari ketiadaan ( nothingness ). Creatio ex nihilo. Transcendental ini banyak dipakai oleh para pemikir seperti misalnya Immanuel Kant dalam menerangkan teori tentang pengetahuan sebagai suatu proses sinthesa, ..... through a process of synthesis, the mind generates both the structure of objects, and its own unity...... Hegel dan filsafat phenomenologis juga membahas kesadaran yang transenden. Yang masih dan paling aktual , konsep transenden-imannen ini juga dipakai oleh Theolog Jesuit yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20 dan banyak merupakan sumber inspirasi konsili Vatikan II yang diprakarsai oleh Bapa Suci Yohanes XXIIIdan dlanjutkan oleh Bapa Suci Paulus VI ; dimana pemikiran Karl Rahner memberi warna dan banyak memberikan inspirasi bagi Bapa Suci Benedictus XVI yang juga sudah terlibat dan banyak memberikan kritik - kritik dalam konsili Vatikan II bersama Johanes Paulus II yang lebih banyak diam dan menyimak selama konsili tersebut. Keduanya saat itu hadir sebagai uskup. Menurut Rahner , trancendental christology dengan wafat dan kebangkitan Kristus, dengan inkarnasi Tuhan dalam bentuk manusia ( human nature ) adalah sakramen Allah dimana Allah mengkomunikasikan dirinya ( Self Communication of God ) menawarkan kepada kemauan bebas manusia Rahmat berelasi dan memperbaharui relasi dan pengampunan. Orang beriman saat ini adalah seorang "mistik", dalam arti kesanggupan untuk menyadari dan mengimani apa yang berada dibalik pengalaman dan di dalam pengalaman manusiawi kita dengan iman yang kurang namun dengan Rahmat kepercayaan akan Yesus Kristus, dirasakan secara intuitif mengalami Allah dalam cakra wala rohani yang tak terbatas. Mengalami dan menyadari dengan kesadaran melampaui panca indera menyadari sapaan Ilahi dalam lubuk hati yang disemayami Roh Kudus, yang secara terus menerus - immanen ingin berinteraksi atau berwawancara dengan putera puteri yang dikasihiNya . Sehingga apa yang diwahyukan melalui kitab suci seperti ................Aku tinggal dalam kamu ( Yoh14 : 20 ), atau Aku selalu besertamu ( Mat 28 : 20 )..................menjadi nyata bukan sesuatu mimpi yang menjadi wacana para agamawan atau teolog kristen. Memang kita adalah kreasi atau bentuk yang paling sempurna dari animal (paragon of animal) nya Shakespeare; sekaligus juga mahluk yang seolah tak terbatas dalam kemampuannya, melebihi segalanya...... human rather thing. Manusia mahluk terakhir yang diciptakan Tuhan sesuai citra diriNya. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya .......”( Kej 1: 27 ). Seperti pemazmur telah mengidungkan "sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku , Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada_Mu oleh karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kau buat". Kita yang dilahirkan dengan memiliki organ tubuh dan kelenjar yang menghasilkan hormon, enzym dan lain sebagainya yang setara dengan ratusan chemical plant atau pabrik kimianya meski jantung yang hanya sebesar kepalan tangan mampu berdenyut memompa darah satu milyard kali setiap tahun sehingga kalau usia kita 60 tahun, jantung kita telah berdenyut sebanyak 60 milyard kali tanpa henti. Yang sepasang ginjalnya dan masing-masing juga sebesar kepalan tangan mempunyai 10 juta pembuluh darah rambut yang menyaring ratusan galon cairan tubuh yang melewati pembuluh-pembuluh rambut tersebut , hanya untuk mensekresikan 2 liter air seni. Yang ada didalam otak kita dengan 100 milyard neuron bagaikan hard disk yang tak terbatas dilengkapi denga prosesor atau berdaya kemampuan yang lebih tinggi dari prosesor buatan manusia manapun. Ada bagian di batang otak yang disebut medulla oblongata yang merupakan awal dan ujung dari hampir sebagian besar fungsi senso dan motorik tubuh kita, seperti ekspresi muka dan manifestasi emosi dan perasaan kita, pendengaran, keseimbangan , fungsi lidah dan otot - otot leher, dsb; bahkan untuk fungsi yang mensyarafi bagian tubuh seperti yang otonom seperti jantung, jeroan, dsb. Merecord semua yang terjadi, yang ada sebagai idea, ataupun untuk memproses dengan kemampuan – kemampuan berpikir yang begitu luar biasa. Betapa menakjubkan Engkau Allahku, Allah yang fascinating, fascinatum sekaligus tremendum ; menakutkan bila kita tidak bisa menghargai kehidupan yang telah diberikanNya kepada masing masing kita dan yang telah dikenalNya satu demi satu sebelum kita dikandung dalam rahim ibu. “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau .......”( Yeremia 1 : 5 ). betapa mengagumkan ciptaanMu yang sempurna . Penganut Katholik yang mempunyai penghayatan dan pengertian akan ekaristi atau liturgi syukur (eucharist berarti bersyukur dalam bahasa Yunani) bisa menyimak dalam doa syukur agung ( sayangnya hanya imam yang boleh mengucapkannya, kita hanya menyatakan dalam hati ) seperti ini ...........................kami memuji Engkau , ya Bapa yang kudus. Sebab agunglah Engkau, dan semua karyaMu Kaulaksanakan dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Engkau menjadikan manusia menurut gambaranMu, Engkau menyerahkan kepadanya tugas menguasai alam raya, agar dengan demikian dapat mengabdi kepadaMu, satu - satunya pencipta. Meskipun manusia kehilangan persahabatan dengan Dikau karena tidak setia, Ia tidak Kaubiarkan merana dibawah kekuasaan maut. Sebab dengan penuh belas kasihan, Engkau menolong semua orang yang mencariMu, agar dapat menemukan Dikau .....................( Puji Syukur no. 261 ). Patutlah kita bersyukur dalam setiap situasi kehidupan kita karena Dia telah memberi kita hidup dan kehidupan itu sendiri menjadi berarti atau signifikan . To be significant bila kita dengan kemauan bebas kita sendiri yang diberikan Sang Pencipta memberi makna dan arti sesuai dengan talenta apapun yang dimiliki sebagai umat gereja yang bertanggung jawab. Tiada seorangpun tercipta tanpa mempunyai arti bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit” (Lukas 12 : 6 ). Kehidupan kita begitu berharga dimata Tuhan.
Pemahaman tentang iman, etika dan moral, hati nurani, pengenalan tentang Tuhan dan ajaran perintahNya yang kita kenal menurut gereja dan kitab suci. Allah yang terus menerus berwawancara dan berkomunikasi melalui kitab suci dan doa-doa atau bahasa cinta dalam berelasi denganNya. Siapakah sebenarnya kita tergantung dari apa yang kita lakukan setiap hari, kebiasaan – kebiasaan yang kita lakukan dan juga dan juga akhirnya membentuk karakter kita sebagai murid dan pengikut Kristus kiranya dapat memberi tempat bagi Roh Allah yang memberi kita pengetahuan untuk mengenalNya. Dengan memelihara relasi melalui doa dan berusaha terus dalam kawanan gembalaanNya, meskipun kita cenderung berdosa karena memang kita adalah manusia lemah, namun Ia menjaga terus agar kita bukanlah domba yang hilang. Dan dalam kehidupan kita , apa yang disebut dengan emosi dan perasaan bukan terproses di dada kita atau di hati kita tetapi ada didalam otak kita juga.. Sehingga bila hidup perasaan dan emosi yang tidak pernah atau kurang merasa bersyukur dengan keadaan apapun yang paling buruk seperti yang dihadapi ibu yang malang di Malang diatas, dengan kehidupan dari 4 orang anak dalam keadaan apapun dan kehidupannya sendiri; benar-benar tragis dan menyakitkan bila harus terserabut dari kehendak Sang Pencipta. Allah yang sebenarnya Tuhan yang berkelimpahan dan maha baik dalam segala hal.
Siapapun kita yang diarahkan untuk membentuk habitus baru seperti yang diinginkan para magisterium di KAJ, ada baiknya menemukan dirinya. Mungkin pencarian yang tidak pernah selesai yang kita jalani seumur hidup kita untuk menjadi sempurna seperti yang diajarkanNya. Suatu proses “'menjadi” atau becoming , suatu undiscover self seperti yang digambarkan oleh Carl Gustav Jung seorang psiko analist besar abad 20 di Zurich mengemukakan rumusan dasar “ketidak sadaran kolektif”(collective unconscious ) sebagai suatu endapan pengalaman leluhur yang terus diturunkan atau pewarisan endapan sejarah psikis . Ketegangan, ketakutan dan mimpi – mimpi leluhur diteruskan dari satu generasi ke generasi yang lain lewat arketipe ( archetype ), yaitu gambaran kuno dan universal yang sudah ada sejak zaman silam merupakan kesamaan dan parallel dalam lambang-lambang yang digunakan kelompok agama yang berbeda , dalam ungkapan religius, pertobatan, dan dalam penafsiran tentang Tuhan. Tuhan pada dasarnya peristiwa psikologis yang datang secara spontan. Jiwa manusia ( psyche ) menciptakan penampakan gambaran Tuhan yang ada pada collective unconscious sebagai archetype.Individuasi adalah pengertian Yung tentang proses penziarahan kegamaan. Pengertian Self sebagai “serpihan dari keallahan yang tak terbatas”. Bila Freud melihat agama sebagai gejala neurosis, Yung melihat sebagai kodrat kehidupan. Nilai-nilai yang ada dalam suatu agama atau ajaran tergantung dari arketipe yang ada pada warisan psikologis manusia, dan penemuannya merupakan tujuan hidup manusia. Kritik social terhadap kehidupan dunia modern yang penuh dengan krisis. Dilema masyarakat adalah dilema individu dalam masyarakat. Individu yang mempunyai persahabatan dengan Tuhannya dan mempunyai affinitas atau keeratan dan berkoreponden atau berkomunikasi timbal balik membuat kesadaran jiwa bahwa lapisan yang rendah dari jiwa kita (shadow) yang tidak selaras atau mempunyai kecenderungan moral buruk dan merupakan sumber kejahatan tidak menguasai pribadi kita. Sebaliknya shadow yang positif yang membuat alter ego yang lain dari diri kita adalah Alter Kristus yang hidup dalam diri kita. Roh yang ada dan memberi kita pengetahuan yang baik dan buruk. Freud dengan pandangan rasionalistik dan materialistiknya mendeskripsikannya seperti semacam peranan dari conscience atau hati nurani atau bagian dari struktur kepribadian yang membuat harmoni dorongan libido dari id yang dilaksanakan ego dan dikontrol superego atau conscience. Abraham Maslow dalam teori hierarchy of needs , menerangkan kebutuhan manusiawi yang meningkat dari kebutuhan dasar yang faali seperti makan - minum, tidur, bernafas, dsb yang harus dipenuhi sebagai organism , kemudian diikuti kebutuhan untuk safety seperti merasa aman, mempunyai pekerjaan, kesehatan ; baru kemudian mempunyai kebutuhan sosial seperti merasa diterima dan memiliki seperti persahabatan, lingkungan atau keluarga yang supportive, hubungan seksual, dicintai dan mencintai. Pada tingkat yang lebih tinggi ada kebutuhan untuk dihargai dan dapat menghargai orang lain melalui kegiatan dan profesi (esteem need), pada tingkatan selanjutnya adalah kebutuhan cognitive dan aesthetic seperti meningkatkan kecerdasan dan intelektualita melalui pengetahuan, mempelajari sesuatu, eksplorasi, menemukan atau karsa (discover and create), dan juga pengertian tentang dunia disekitarnya. Dan akhirnya pada tingkat yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan segala sesuatu yang indah, kesenian, dsb yang mengarahkan kepada kepuasan menuju aktualisasi diri atau self actualization yang menyegarkan dirinya dalam kehadiran dan keindahan alam yang diserap dari keindahan yang dunia tawarkan. Singkatnya self actualization adalah pemenuhan dari potensi seseorang. Teori ini menjelaskan motivasi manusia berperi laku, pada kebutuhan yang faali biasanya disebut kebutuhan dasar sedangkan lainnya yang lebih tinggi adalah kebutuhan psikologis. Pada puncak kebutuhan yang lebih tinggi atau aktualisasi diri, Maslow juga mengemukakan teori tentang kebutuhan spiritual yang disebutnya self transcendence pada orang - orang yang self-actualizing juga pada orang - orang yang tidak mengalami self actualizing, Jadi dibedakan dengan dengan teori kebutuhan yang bertingkat ( hierarcy ) tadi menurut Maslow kebutuhan spritual ini berbeda dengan kebutuhan - kebutuhan lainnya , kebutuhan spiritual ini disebutnya Self Trancendence yang dapat diakses dari semua tingkat kebutuhan . Manusia adalah ciptaan yang diberi kebebasan dan kemampuan untuk dapat mentransendir dirinya untuk pemenuhan segala kebutuhan termasuk kebutuhan spiritual ini. Rahner dengan transcendence christologynya memahami bahwa Yesus Kristus yang berasal dan dalam kesatuan dengan Allah adalah yang membuat kita dapat mentransendir diri sebagaimana Ia dalam kesatuan dengan Bapa Surgawi , mengajak kita untuk menerima karya penyelamatan dengan meresponse dalam kehidupan yang partisipatif dalam menerima Roh Kudus. Yesus yang disebutnya pengetahuan yang abadi ( eternal logos ) atau Sang Sabda , dimana Tuhan dari semua keabadian menawarkan memulihkan kita menjadi self yang ilahi (self divine ). Allah yang menyelamatkan bukan dari tempat yang jauh ( distance ) , tapi Allah yang menyelamatkan dengan berpartisipasi dalam self divine dari diri kita , yang merupakan tujuan atau pemenuhan dari kebutuhan spiritual kita. Mungkin saja undiscovered self tapi bukan yang mustahil dapat juga dicapai discovered self. tersebut.
Sebagai pengikut Kristus, sejauh pengidentikasikan diri dengan citra Allah, …………….hendaklah kamu menjadi sempurna sepeperti Bapa………………….., biasanya kita tidak menjawab secara tegas tetapi juga keberatan untuk menyangkal atau seolah mendiamkan proses pengilahian diri bahwa dengan dibaptis dan dengan skramen krisma kita dicurahi dan diteguhkan atau dilahirkan kembali dalam Roh. Jawabnya pasti Ya, saya percaya; Ya, saya mau. Akan tetapi adalah suatu proses dalam menyadari kehadiran Roh dalam diri sebagai baitNya dan dalam kebebasan kita ”becoming”, mencari kesejatian diri kita sebagai pengikut dan murid yang setia. Sebenarnya siapakah diri kita , adalah terbentuk dari kebiasaan- kebiasaan yang kita lakukan, kebiasaan – kebiasaan adalah tindakan kita yang berulang – ulang. Inilah yang membentuk kepribadian kita. Watch your thoughts; they become words. Watch your words; they become actions. Watch your actions; they become habits. Watch your habits; they become character. Watch your character; it becomes your destiny. Habits atau kebiasaan – kebiasaan baik dari pengajaran ajaran kristiani bukanlah sekedar dikenali atau secara cognitive diterima kita ; Bolehlah kita karena Roh menggerakkan kita untuk menerima, patuh dan setia terhadap Sabda dan juga menjadi pelaku Sabda. Semoga dalam kebangkitan Paska yang memberikan kita semangat , memberikan penyegaran kepada jiwa kita yang letih lesu dan berbeban berat. Untuk memulai dari diri sendiri, berefleksi menaati segala perintahNya dengan lebih mengenal dan mencintai Tuhan Yesus melalui kitab suci. Berpegang teguh, patuh dan setia kepada SabdaNya, membiarkan Roh berkarya dalam diri kita untuk seturut kehendak Bapa. Sabda yang secara abadi menjadi sumber inspirasi bagi para murid dan pengikut Kristus. Pemahaman bahwa akhirnya semua terpanggil seperti Kristus yang melakukan perjalanan ke Jerusalem . Menyangkal diri, memanggul salib kita masing – masing dengan mengikuti Sang Guru (Lukas 9 : 23 ) Semoga Paskah Kebangkitan tahun ini juga memberi kita kehidupan dengan habitus baru yang lebih berkenan dan layak di hadapan Tuhan.Tetap kita harus mempunyai harapan suatu habitus baru dalam masyarakat Indonesia sepuluh, dua puluh tahun, ataukah seabad lagi.Tuhan Yesus begitu radikal dalam menyampaikan ajaran-ajaranNya, para murid tidak boleh suam-suam kuku. Mampukah kita yang secara kodrat adalah daging yang lemah tetapi juga mempunyai jiwa yang diberi Roh yang penurut melakukan sesuatu yang mempunyai kontribusi sekecil apaun untuk berperan serta dalam menciptakan habitus baru dalam masyarakat kita yang benar - benar sakit. Sebagai penutup saya ingin menulis tulisan ini dengan Karl Rahner yang mengatakan: Orang beriman adalah seorang mistik ( Jangan diartikan dengan kata klinik yang banyak diartikan oleh masyarakat kita karena pengaruh yang salah dari sinetron - sinetron gaib atau penampakan ).Mistik disini adalah pengertian bahwa semua agama atau aliran kepercayaanpun memahaminya seperti pencarian akan Tuhan. Seperti dalam doa syukur diatas, pencarian akan menemukan Allah adalah untuk menemukan Tuhan yang memberi keselamatan. Suatu kerinduan untuk memandang wajah Allah seperti suatu keadaan yang pernah dialami Simeon dalam Lukas atau Stefanus dalam Kisah para rasul. Seorang jenius seperti Einstein juga mengakui ide dan eksistensi Tuhan meski tanpa melekatkan dirinya pada suatu agamapun, seperti pengakuannya. Pengakuan yang mendalam secara penuh emosi terhadap kekaguman terhadap roh(spirit) yang menyatakan diriNya dalam kejadian – kejadian yang dapat kita persepsi dengan pikiran kita yang lemah ( frail and feeble ). Pengakuan terhadap kekuatan yang maha dahsyat dalam alam raya yang dapat dimengerti, seperti kutipan ini ......."My religion consists of a humble admiration of the unlimited spirit who reveals himself in the minutest details that we are able to perceive with our frail and feeble minds. That deeply emotional conviction of the presence of superior reasoning power is revealed in the comprehensible universe. That forms my idea of God" (Albert Einstein in Science and Religion). Adapun kemampuan mistik yang dimaksud Rahner diatas adalah dalam arti kesanggupan untuk menyadari dan mengimani apa yang dibalik dan di dalam pengalaman - pengalaman manusiawi kita. Saudara - saudaraku mari kita bertindak dengan perlahan - lahan, supaya kita jangan begitu ramai, sehingga sabda rahmat ilahi, yang tenang namun begitu berdaya ( Roh Kebenaran } dan memberi kita pengetahuan akan Allah , jangan tak terdengarkan karena kata - kata kita , yang terlampau keras namun tak berdaya. Ya Tuhan tolonglah imanku yang kurang. Berikanlah aku rahmat akan Yesus yang menyelamatkan kita. Dalam keheningan disertai kesadaran yang penuh marilah kita berdoa mazmur. Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah namaNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali. Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap didalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersuka cita. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi. Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segala-galanya telah Kauletakkan dibawah kakinya. Pujilah Tuhan hai jiwaku. Pujilah namaNya yang kudus. Tuhan, Bapa yang maha baik membimbingku dalam kehidupan.
Jakarta dengan inspirasi dari retret para prodiakon di Cidokom, 21 Maret 2007
menjelang Paska Kebangkitan Tuhan
Hendra Boeniardi
22 Februari, 2008
LITURGI EKARISTI
In the beginning was the Word,
and the Word was with God,
and the Word was God.
He was with God in the beginning.
Through him all things were made;
without him nothing was made that has been made.
In him was life, and that life was the light of men.
The light shines in the darkness,
but the darkness has not understood it.
( John 1 : 1 – 5 )
The woman said to him,
“Sir, give me this water, so that I may not be thirsty"
whoever drinks the water I shall give will never thirst;
the water I shall give will become in him
a spring of water welling up to eternal life.”
Jesus said to her,
“I am he, the one who is speaking with you.”
Many of the Samaritans of that town began to believe in him.
When the Samaritans came to him,
they invited him to stay with them;
and he stayed there two days.
Many more began to believe in him because of his word,
and they said to the woman,
“We no longer believe because of your word;
for we have heard for ourselves,
and we know that this is truly the savior of the world.”
(John 4 : 5 - 42 )
Ada joke dari gus Dur, kalau USSR (UNI FEDERASI SOVIET RUSIA) dulu, pada tahun 57 an sudah mengirim Leica (nama anjing,mahluk hidup) dan kemudian AS tahun 60 an mengirim manusia kesana; dan baru saja tahun2 lalu China juga menempatkan pesawatnya ke bulan (benda ruang angkasa yang paling dekat dengan bumi); Indonesia sebenarnya bisa lebih dulu ke bulan. Menurut beliau bila dilakukan dengan menumpukkan hasil seminar, raker, dsb yang sangat populer disini(yang hasilnya atau laporannya jarang dibaca); Indonesia pasti lebih dulu sampai ke bulan. Manusia Indonesia adalah manusia yang tergolong cerdik dan kreatif menurut beliau. Dengan kata lain banyak tricks dan tacticsnya dalam mengatasi segala persoalan. Karena universalitas dari manusia , sebenarnya Tuhan tidak membedakan kemampuan manusia,juga dalam hal kemampuan dan kreativitas. Hanyalah masalah kesempatan dan sarana, situasi dan kondisi,dan juga budaya kerja dalam menghasilkan sesuatu. Indonesia tidak kalah dalam performance dan kreativitas. Salah satu dari tujuh kejaiban dunia adalah candi Borobudur ( sekarang tidak lagi , mungkin karena negara ini lalai sehingga ada penduduknya sendiri pernah menghancurkan dengan membom pada tahun 80 an ). Candi ini adalah yang terbesar di dunia atau paling luas dengan segala pahatan yang terindah dan tertinggi ( 42 meter) ada di Indonesia dan kreasi penduduk yang hidup saat itu ( abad 9?). Angkor Watt yang di Kambodja bukanlah suatu candi tetapi suatu komplek atau daerah percandian. Tentu tujuan pembuatan Borobudur bukanlah untuk mencapai bulan seperi orang Israel yang membuat menara Babil untuk mencapai langit. Tujuan pembuatan candi adalah untuk liturgi agama Budha dalam menggambarkan tingkatan2 atau tahapan - tahapan yang misalnya direfleksikan dalam pahatan - pahatan yang menceritakan hubungan causal/sebab - akibat bila kehidupan manusia buruk yang terjadi karmanya dikemudian hari adalah kelahiran dalam tingkatan yang lebih rendah atau lahir sebagai tikus, dst . Penggambaran ajaran bagaimana manusia harus menjalanai hidup dengan menjalankan welas asih untuk mencapai Nirvana. Konon karenanya saat itu kejahatan sangat minim dan rakyat menjalani kehidupan dengan damai dan sejahtera. Liturgi dalam gereja katolik, terutama Ekaristi sebagai pusat kegiatan gereja sudah sangat kaya dalam membawa gereja (baca "umat"), dalam pencarian dan pemulihan relasi dengan Tuhan. Tidak perlu adanya kreativitas dan improvisasi yang hanya untuk menyenangkan segolongan umat. Salah kaprahnya bila ada improvisasi dengan euphemisme demi permintaan "sebagian umat" (umat yang mana?) atau inkulturasi yang sebenarnya hanyalah selera pastornya; terus terang menurut pendapat saya adalah pengurangan atau deminimasi dari arti liturgi ekaristi (mungkin pendapat saya salah). Doa Syukur Agung yang dimana-mana hanya 5 atau tambahansatu lagi yang berthemakan tobat, di Indonesia oleh para uskup seIndonesia dijadikan lebih dari 10. Yang lima masih belum dianggap cukup untuk pernyataan Syukur. Yang termanifestasi physik diatur seperti misalnya prosesi imam, misdinar ,dst berlutut dimuka tabernakel, dirubah dengan hanya menganggukkan kepala. Saya ingin sharingkan bahwa baru saja saya mengikuti ekaristi di 7 gereja yang berbeda (kebiasaan saya untuk mengalami ekaristi di gereja yang berbeda), dengan 2 budaya atau civilization yang berbeda ; yang satu dengan western christianity dan yang satunya eastern dengan akar yang kuat dalam taoism dan confusian atau latar belakang Budhism dari 2 negara tetangga; semua pastornya termasuk yang jauh lebih tua dari pastor2 kita waktu prosesi sebelum naik ke panti imam selalu berlutut kearah tabernakel dengan khidmat. Demikian juga umat waktu DSA , konsekrasi, dan doksologi semua umat berlutut , meski mereka harus berlutut di ubin /tile yang keras. Juga saat sebelum menyambut komuni. Dan ini dilakukan oleh orang yang dengan usia lanjut ( tidak sakit dengkul ) dan juga anak2. Perayaan ekaristi tidak pernah lebih dari satu jam , yang lebih panjang adalah silaturahmi dan semua diundang untuk keruang belakang, biasanya ada kantin atau sekedar makanan kecil. Bila ada pendatang dari luar paroki atau kota lain, sering dinyatakan oleh pastornya waktu penutupan sebelum berkat. Khotbah tidak bertele - tele dan tidak pernah sedikitpun menceritakan diri pribadi yang selalu di - ulang2 pada ekaristi berikutnya. Sabda benar - benar dibacakan untuk umat sebagai penyegaran rohani yang disertai homily dengan penekanan untuk kemuliaan Tuhan dan untuk memberikan bimbingan atau mengingatkan ajaran - ajaranNya. Yang pasti thema khotbah selalu ada relevansinya dengan bacaan atau injil , bukan ilustrasi cinetron atau cerita pendek yang imaginative. Kemudian dalam perayaan ekaristi itu sendiri, sikap atau gerak tubuh atau bahasa tubuh dalam kebersamaan dan kepatuhan adalah manifestasi umat dengan suasana batin yang searah ungkapan puji syukur dalam mengalami dan menghayati liturgy ekaristi. Ada suka cita dan cheerful yang memberikan perasaan bahwa Tuhan hadir dan menyertai umatNya, perasaan damai dan hati yang tergetar (at ease). Gereja (baca paroki) mempunyai fungsi - fungsi seperti melaksanakan liturgy ekaristi untuk umatnya, celebrating the sacrament , to share the Words, dan melakukan hal – hal karitatif ( hanya SSP?) . Kita kadang – kadang lebih memperhatikan perayaan dengan panitya – kepanityaan sebagai kegiatan . Dari HUT sampai lomba masak . Mohon maaf bila sharing ini menimbulkan inconveniency . Salam Damai dan Selamat Berpuasa menjelang Paska.
23 Januari, 2008
TO WORK WITH GOD
Pray Always for Grace to Work With God
Meditation for Day 6 of Week of Prayer for Christian Unity
VATICAN CITY, JAN. 22, 2008 (Zenit.org).- Here is the commentary prepared jointly by the Pontifical Council for Christian Unity and the Commission on Faith and Order of the World Council of Churches for Wednesday, the sixth day of the Week of Prayer for Christian Unity.
"Rejoice always, pray without ceasing" (1 Thessalonians 5: 16)
"David's prayer of praise and rejoicing" (2 Samuel 7:18-29)
"Incline your ear, O Lord" (Psalm 86)
"Rejoice always" (1 Thessalonians 5:12a, 13b-18)
"The sending of the seventy-two" (Luke 10:1-24)
Commentary
In prayer we are aligning our wills to the will of God and so participating in the fulfillment of his purpose. We need the Holy Spirit to change the hearts of believers, so that we have the grace to work with God and become part of his mission and his goal of unity. As we pray for this without ceasing we are aware that "more workers are needed for the harvest." At many ecumenical gatherings, and particularly at the annual National Workshop on Christian Unity in the USA, it is recognized that if the ecumenical movement is to prosper today and in the next generation, more young people need to be drawn into it. We need more workers to experience the joy of praying to be part of the work of God.The readings for Day 6 give us insight into what it means to work for the sake of the Gospel.David, amazed that he might be part of the plan to build a magnificent temple for the Lord, asks, "Can God indeed dwell on earth?" then concludes, "Now therefore may it please you to bless the house of your servant, so that it may continue forever before you. "The psalmistprays, "Teach me your way, O Lord, that I may walk in your truth; give me an undivided heart to revere your name. I will give thanks to you, O Lord my God, with my whole heart, and I will glorify your name forever."
In the sending of the seventy-two, Jesus confirms that through his disciples, and those who would come to believe in him through their word, his peace and the news that "the kingdom of God has come near to you" would be proclaimed to the world. At their joyful return, despite rejection, Jesus rejoices at their success in the submission of the evil spirits in his name: the message is never to cease, never to give up. God's will is for his people to be one. Like the Christians in Thessalonica, we are urged to "rejoice always" and "pray without ceasing," trusting that as we commit ourselves wholly to working with God, his purpose of unity will finally be fulfilled.
Prayer
Lord God, in the perfect unity of your being, keep our hearts so burning with the desire and hope for unity that we will never stop working for the sake of your gospel. We ask this through Jesus Christ our Lord. Amen.
Meditation for Day 6 of Week of Prayer for Christian Unity
VATICAN CITY, JAN. 22, 2008 (Zenit.org).- Here is the commentary prepared jointly by the Pontifical Council for Christian Unity and the Commission on Faith and Order of the World Council of Churches for Wednesday, the sixth day of the Week of Prayer for Christian Unity.
"Rejoice always, pray without ceasing" (1 Thessalonians 5: 16)
"David's prayer of praise and rejoicing" (2 Samuel 7:18-29)
"Incline your ear, O Lord" (Psalm 86)
"Rejoice always" (1 Thessalonians 5:12a, 13b-18)
"The sending of the seventy-two" (Luke 10:1-24)
Commentary
In prayer we are aligning our wills to the will of God and so participating in the fulfillment of his purpose. We need the Holy Spirit to change the hearts of believers, so that we have the grace to work with God and become part of his mission and his goal of unity. As we pray for this without ceasing we are aware that "more workers are needed for the harvest." At many ecumenical gatherings, and particularly at the annual National Workshop on Christian Unity in the USA, it is recognized that if the ecumenical movement is to prosper today and in the next generation, more young people need to be drawn into it. We need more workers to experience the joy of praying to be part of the work of God.The readings for Day 6 give us insight into what it means to work for the sake of the Gospel.David, amazed that he might be part of the plan to build a magnificent temple for the Lord, asks, "Can God indeed dwell on earth?" then concludes, "Now therefore may it please you to bless the house of your servant, so that it may continue forever before you. "The psalmistprays, "Teach me your way, O Lord, that I may walk in your truth; give me an undivided heart to revere your name. I will give thanks to you, O Lord my God, with my whole heart, and I will glorify your name forever."
In the sending of the seventy-two, Jesus confirms that through his disciples, and those who would come to believe in him through their word, his peace and the news that "the kingdom of God has come near to you" would be proclaimed to the world. At their joyful return, despite rejection, Jesus rejoices at their success in the submission of the evil spirits in his name: the message is never to cease, never to give up. God's will is for his people to be one. Like the Christians in Thessalonica, we are urged to "rejoice always" and "pray without ceasing," trusting that as we commit ourselves wholly to working with God, his purpose of unity will finally be fulfilled.
Prayer
Lord God, in the perfect unity of your being, keep our hearts so burning with the desire and hope for unity that we will never stop working for the sake of your gospel. We ask this through Jesus Christ our Lord. Amen.
19 Januari, 2008
TIGA YESUIT PERTAMA
MY OBJECTIVE
To reinforce and use my brain and memory , to maintain the ability and competency what I have learnt by education . life and working experiences during my life from childhood, during pre and adolescence, and adulthood . And when the aging process after retired started, getting older and deteriorating happened ;
I will be going naturally softly fade out and hopefully could still be wise to face life and could stay and stand on my feet as long as I could
I will be going naturally softly fade out and hopefully could still be wise to face life and could stay and stand on my feet as long as I could
GORDON W. ALLPORT ON PERSONALITY
Setiap orang harus dilihat sebagai gabungan individual dari faktor-faktor yang terus ada dalam proses perubahan. Maka konsep "menjadi" (becoming) adalah penting. Kepribadian adalah tetap namun terus menerus berubah karena merupakan produk komplex dari keturunan biologis, pengaruh budaya, cara pemahaman , dan pencarian spiritual yang berorientasi kemasa depan. Meskipun kepribadian terus menerus berubah, setiap pribadi memiliki ciri kesatuan, keutuhan, perbedaan yang khas, yang disebutnya "the proprium", inti terdalam yang membuat orang dapat diidentifikasikan "siapakah dia". Dalam perkembangan spiritual, manusia mengenali diri lewat dengan hubungan dan keberadaan bersama dengan kelompok ( bandingkan dengan Karl Rahner, melalui hubungan dengan kamu - kamu , manusia menemukan Kamu Abadi yang Agung ). Dengan makin dewasa, kekhasan ini juga menyangkut loyalitas dan minat yang terpusat pada hal-hal yang abstrak seperti iman, cinta, keadilan dan pengharapan dan juga pada nilai-nilai moral, etika, dan juga religi. Jadi menurut Allport pribadi adalah sesuatu yang bergerak dan berubah. Namun sementara tetap sama karena identitas tersebut.
PERCEPTION ON TIME
All of us have
perception that
time is money as
the shallows think
But for those who always thinking
time is eternity (Thomas Aquinas)
Time is very slow
for those who wait,
very fast
for those who are scared,
very long
for those who lament,
very short
for those who celebrate
But, for those who love,
time is eternity" (William Shakespeare )
Happy New Year 2008
Hendra Boeniardi
perception that
time is money as
the shallows think
But for those who always thinking
time is eternity (Thomas Aquinas)
Time is very slow
for those who wait,
very fast
for those who are scared,
very long
for those who lament,
very short
for those who celebrate
But, for those who love,
time is eternity" (William Shakespeare )
Happy New Year 2008
Hendra Boeniardi
RED SEA CROSSING
The Lord
is my strength and my praise,
and he is become salvation to me:
he is my God and I will glorify him:
the God of my father,
and I will exalt him.
The Lord is as a man of war,
Almighty is his name.
The depths have covered them,
they are sunk to the bottom like a stone.
Thy right hand, O Lord,
is magnified in strength:
thy right hand, O Lord,
hath slain the enemy.
And in the multitude of they glory
thou hast put down thy adversaries:
thou hast sent thy wrath,
which hath devoured them like stubble.
And with the blast of thy anger
the waters were gathered together:
the flowing water stood,
the depth were gathered together
in the midst of the sea.
The enemy said:
I will pursue and overtake,
I will divide the spoils, my soul shall have its fill:
I will draw my sword,
my hand shall slay them.
Thy wind blew and the sea covered them:
they sunk as lead in the mighty waters.
Who is like to thee,
among the strong, O Lord?
who is like to thee,
glorious in holiness,
terrible and praiseworthy,
doing wonders?
Thou stretchedst forth thy hand,
and the earth swallowed them.
In thy mercy thou hast been a leader
to the people which thou hast redeemed:
and in thy strength
thou hast carried them to thy holy habitation.
Nations rose up, and were angry:
sorrows took hold on the inhabitants of Philisthiim.
Then were the princes of Edom troubled,
trembling seized on the stout men of Moab:
all the inhabitants of Chanaan became stiff.
Let fear and dread fall upon them,
in the greatness of thy arm:
let them become unmoveable as a stone,
until thy people, O Lord, pass by:
until this thy people pass by,
which thou hast possessed.
Thou shalt bring them in,
and plant them in the mountain of thy inheritance,
in thy most firm habitation which thou hast made, O Lord;
thy sanctuary, O Lord,
which thy hands have established.
The Lord shall reign for ever and ever.( Song of Moses )
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa, demikian:
"Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon berkemahlah kamu, di tepi laut. Maka Firaun akan berkata tentang orang Israel: Mereka telah sesat di negeri ini, padang gurun telah mengurung mereka. Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN." Lalu mereka berbuat demikian. Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: "Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?" Kemudian ia memasang keretanya dan membawa rakyatnya serta. Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. Demikianlah TUHAN mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang dinaikkan. Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda." Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka.
Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.
Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka--segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda--sampai ke tengah-tengah laut.
Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu.
Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir." Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut.
Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.
Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut.
is my strength and my praise,
and he is become salvation to me:
he is my God and I will glorify him:
the God of my father,
and I will exalt him.
The Lord is as a man of war,
Almighty is his name.
The depths have covered them,
they are sunk to the bottom like a stone.
Thy right hand, O Lord,
is magnified in strength:
thy right hand, O Lord,
hath slain the enemy.
And in the multitude of they glory
thou hast put down thy adversaries:
thou hast sent thy wrath,
which hath devoured them like stubble.
And with the blast of thy anger
the waters were gathered together:
the flowing water stood,
the depth were gathered together
in the midst of the sea.
The enemy said:
I will pursue and overtake,
I will divide the spoils, my soul shall have its fill:
I will draw my sword,
my hand shall slay them.
Thy wind blew and the sea covered them:
they sunk as lead in the mighty waters.
Who is like to thee,
among the strong, O Lord?
who is like to thee,
glorious in holiness,
terrible and praiseworthy,
doing wonders?
Thou stretchedst forth thy hand,
and the earth swallowed them.
In thy mercy thou hast been a leader
to the people which thou hast redeemed:
and in thy strength
thou hast carried them to thy holy habitation.
Nations rose up, and were angry:
sorrows took hold on the inhabitants of Philisthiim.
Then were the princes of Edom troubled,
trembling seized on the stout men of Moab:
all the inhabitants of Chanaan became stiff.
Let fear and dread fall upon them,
in the greatness of thy arm:
let them become unmoveable as a stone,
until thy people, O Lord, pass by:
until this thy people pass by,
which thou hast possessed.
Thou shalt bring them in,
and plant them in the mountain of thy inheritance,
in thy most firm habitation which thou hast made, O Lord;
thy sanctuary, O Lord,
which thy hands have established.
The Lord shall reign for ever and ever.( Song of Moses )
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa, demikian:
"Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon berkemahlah kamu, di tepi laut. Maka Firaun akan berkata tentang orang Israel: Mereka telah sesat di negeri ini, padang gurun telah mengurung mereka. Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN." Lalu mereka berbuat demikian. Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: "Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?" Kemudian ia memasang keretanya dan membawa rakyatnya serta. Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. Demikianlah TUHAN mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang dinaikkan. Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda." Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka.
Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.
Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka--segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda--sampai ke tengah-tengah laut.
Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu.
Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir." Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut.
Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.
Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut.
Langganan:
Postingan (Atom)