Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2005 dengan jujur mengakui bahwa Gereja ikut terlibat dalam menciptakan atau membiarkan terjadinya ketidak adaban public yang terjadi dalam poros kehidupan, yang meliputi kehidupan masyarakat . Gereja tidak menunjukkan komitmen yang jelas untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik sebagaimana diteladankan oleh Yesus Kristus. Gereja masih dikuasai oleh habitus lama yang tidak sesuai dengan amanat Tuhan sendiri. Gereja mengajak umat untuk meninggalkan pola hidup dan perilaku lama, membangun habitus baru yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat dengan dilandasi semangat mengasihi Allah dan manusia se-sama. Diantaranya diberikan beberapa contoh ciri – ciri dari habitus baru adalah melibatkan diri dalam kegiatan positif masyarakat daripada cari aman, enak dan selamat diri karena merasa tidak berdaya sebagai minoritas ( silent minority?), membuka diri terhadap semua kelompok, memberikan keteladanan , mewartakan nilai – nilai kehidupan, dan memperjuangkan kesalehan social. Allah yang berkelimpahan dilanggar oleh keserakahan manusia dengan pengingkaran keadilan, dan suasana masyarakat yang sakit dan pengelolaan negara yang korup. Membuat masyarakat hidup dalam kemiskinan yang lebih dari 100 juta di bumi pertiwi yang konon gemah ripah loh jinawi. Kemiskinan bukan hanya dalam arti lahiriah sandang, pangan dan papan; tapi juga dalam kebutuhan sosial seperti pendidikan , kesehatan, hidup secara layak sebagai manusia yang bermartabat, mempunyai pekerjaan, dan segala aspek kehidupan kehidupan yang sejahtera atau merasa well being, sehat secara mental dan jasmani.
Gereja melalui konsili, ensiklik, dan juga surat gembala para uskup mengajarkan cinta, kegembiraan dan harapan, juga termasuk cinta tanah air dan masyarakat. Duka cita bangsa atau masyarakat yang sampai saat ini masih sakit, adalah juga dukacita dan keprihatinan gereja. Adalah rencana Allah supaya manusia seia sekatamemperbaharui tatanan dunia melalui Kristus dan mengarahkannya kepada Allah. Segala cacat penggunaan nilai-nilai moral, etika dan kodrat manusia termasuk kehidupan adalah mengingkari kehendak Allah. Gereja terus menerus mengupayakan menyampaikan terang Kristus melalui ajaran magisterium dan kita umat dalam penjiarahan hidup spiritual memperoleh ajaran kebenaran dari para pastor gembala, pewarta sabda, dan para aktivis di paroki dan lingkungan – lingkungan. Menyadari kebajikan kristiani adalah seharusnya disampaikan oleh para gembala apa yang seperti disampaikan oleh katekismus katolik seperti dibawah ini : "Whatever is true, whatever is honorable, whatever is just, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is gracious, if there is any excellence, if there is anything worthy of praise, think about these things." A virtue is an habitual and firm disposition to do the good. It allows the person not only to perform good acts, but to give the best of himself. The virtuous person tends toward the good with all his sensory and spiritual powers; he pursues the good and chooses it in concrete actions. The goal of a virtuous life is to become like God ( Part 3, article7 - Life in Christ ). Hidup dalam Roh kadang tidak jelas dilakukan dan disampaikan oleh para gembala, sedangkan masyarakat kita adalah paternalistik dan tetap juga feodalistik; bila figur gembala paroki dan gembala-gembala kecil dalam paroki dan lingkungan ambigu dan kontroversi, sulit diharapkan umat yang bersatu, bergairah, mandiri, berdaya pikat, misioner dapat tercipta. Butuh waktu yang memang penuh tantangan agar apa yang sering disampaikan bahwa sebenarnya kerajaan Allah adalah aktual di dalam dunia dan masyarakat. Membangun habitus baru adalah suatu hal yang tidak mudah bahkan melawan arus, seolah suatu kemustahilan dalam peradaban masyarakat kita dari birokrat atau pengurus pelayanan publik yang korup, penuh ketidak adilan, premanisme, pelayanan public yang sangat buruk dan sering bersifat memeras dan bertindak sebagai penguasa penentu. Yang seharusnya melayani kepentingan umum harus selalu disogok, tawaran manipulasi pajak atau memeras , lalu lintas yang semrawut atau tidak beradab dengan tidak perduli dan ketidak patuhan akan aturan yang ada, dan lain sebagainya. Satu atau dua generasi belum pasti tercipta masyrakat yang mempunyai peradaban dengan nilai-nilai kebajikan yang seperti Tuhan sendiri ajarkan melalui diriNya sendiri yang datang ke dunia dan solider dengan penderitaan dan penuh empathy menjadi Manusia. Masihkah kita sebagai pengikut Kristus mempunyai harapan akan suatu suka cita dan damai sejahtera dalam kehidupan dengan se-sama. Bahkan dalam kehidupan berparoki saja begitu banyak pertentangan terhadap suatu masalah, ada banyak yang merasa sebagai fungsionaris gereja atau penguasa paroki yang dapat menentukan kegiatan paroki; kadang maunya eksklusif hanya untuk umat parokinya saja bukan diaspora seperti umat Israel dahulu,juga di dalam lingkungan dan wilayah, bahkan juga dalam dewan bila yang berperan adalah "Saya" atau "Kami" dalam arti pengurus. Monarki dan Aristokrasi tetap berjalan dalam paroki, bukan partisipasi seluruh umat. Sehingga sering terjadi pertentangan karena interese pribadi bukan untuk kemuliaan Allah. Bukannya Ad maiorem Dei gloriam yang berarti "untuk kemuliaan Tuhan" atau IHS atau Iesus Hominum Salvator, Yesus Penyelamat Manusia; yang menjadi moto para Ignatian dan membentuk kelompok - kelompok pencinta Ignatius, meski parokinya tidak dipimpin pastor Jesuit. Banyak para Yesuit dulu telah menanamkan iman akan Kristus melalui karya pastoral dan juga pendidikan yang tersebar di pulau Jawa atau sekolah - sekolah yang dipimpin para bruder2 Aloysius (didirikan oleh seorang Jesuit yang mati muda dalam usia 23 tahun yaitu Aloysius Gonzaga) yang dipakai namanya oleh suatu nama wilayah paroki Santo Ignatius jakarta. Demikian juga nama - nama wilayah - wilayah lain yang berada dalam paroki Santo Ignatius menggunakan nama- nama para Jesuit , kecuali nama Maria Ratu ; pada waktu paroki masih dipimpin oleh para Jesuit. Memang Santo Ignatius sebenarnya milik semua pengikut Kristus. Eksklusivitas paroki atau pandangan sempit hanya untuk kelompok sendiri atau perkawanan segelintir orang. Memang tanpa kesadaran untuk kehadiran Roh, yang sejak dulu, kini dan di masa yang akan datang; bahwa Roh Allah mau terus menerus berkomunikasi dengan anak-anakNya yang ada hanyalah pertentangan dan kekecewaan. Demikianlah biasanya masyarakat, termasuk juga paroki-paroki terkoyakkan oleh pertentangan dan perseteruan yang mengingkari kebersamaan dan partisipasi segenap umat.
Sejak modernisasi keadaan masyarakat kita yang menimbulkan banyak transisi yang tiba-tiba dengan perkembangan komunikasi, gaya hidup atau life - style, , hubungan kekerabatan dan pertemanan , dan norma - norma sosial yang berbeda ; menimbulkan persoalan yang berbeda dengan masyarakat tradisional. Karen Horney sudah menyinggung adanya kepribadian yang neurotic dari kebanyakan masyarakat kita pada abad ini ( The neurotic personality of our time). Sedangkan Erich Fromm menyatakan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang sakit (Sane Society), dan kita adalah otomat – otomat yang terus menerus menyesuaikan diri terhadap dunia sekitar yang sakit, korup, penuh ketidak adilan,, premanisme dan kekerasan, dan lain sebagainya yang merupakan ciri masyarakat kita. Tidak usah jauh jauh lalu lintas kita adalah gambaran hutan belantara masyarakat kita saat ini. Gambaran manusia yang secara mental adalah normal bila mempunyai kemampuan penyesuaian diri terus menerus menjadi tidak valid lagi disini. Kita adalah orang – orang yang normal karena mampu mengikuti kehendak zaman (konsumerisme , budaya seba instant, dengan jalan pintas, sukses materi dan hedonisme) dan tidak melawan arus? Paralel dengan ini adalah bila kita mengunjungi rumah sakit jiwa dan bertemu dengan orang yang menurut kita sakit tapi masih bisa berkomunikasi seperti yang schizophren simplex mengatakan bahwa mereka tidak sakit; yang sakit adalah yang mengirim mereka masuk rumah sakit jiwa dan juga kita yang mengunjunginya. Mereka normal – normal saja dan kita yang merasa normal menurut mereka adalah abnormal.
Masyarakat di sekitar kita adalah masyarakat yang sakit. Dari premanisme di kalangan bawah sampai pemerasan dan suap - korupsi dikalangan atas. Perasaan insecure yang membuat kecemasan yang sarat dengan kecenderungan untuk menjadi pribadi – pribadi yang keras dan desperate, mudah jatuh dalam kecenderungan kepada kejahatan, krisis dalam kemanusiaan yang adi luhung, jujur, bermoral , mempunyai integritas dan taat kepada peraturan; menjadi seba relative dalam kehidupan masyarakat modern. Manusia melarikan dirinya dari kekebasan yang diberikan Tuhan Sang Pencipta; yang telah memberikan diriNya dengan mengorbankan diriNya dalam diri Sang Putera, mengorbankan diriNya sehabis-habisnya dengan bergantung di kayu salib. Yang telah mengajar dan memberikan diriNya untuk percaya dan taat kepada perintah Bapa.
Krisis kekerasan atau antar etnis maupun antar kelompok politik yang bersebrangan; seperti dari Poso, Ambon, sampai di Timur Tengah antara Palestina; antara kelompok Fatah dan Hizbullah antara mereka denga Israel, dan juga sesama saudara antara kaum Suni dan Syiah di Irak; pada dasarnya merupakan manifestasi krisis manusia dalam menemukan dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang pada dasarnya baik karena manusia adalah citra dari Allah sendiri.. Tidak mudah menjelaskannya karena manusia adalah pribadi yang sangat complex, dari homo homini lupusnya (manusia adalah srigala bagi sesamanya) Thomas Hobbes. Ataukah manusia sebagai animal economic yang tak pernah terpuaskan dengan segala keserakahannya , atau suatu animal symbolicum seperti pandangan eksistensialismnya Ernst Cassirey dalam An essay on man, mengemukakan bahwa ciri yang spesifik dari manusia yang membedakannya dari binatang adalah symbol-symbol yang dimilikinya seperti diantaranya adalah sejarah, agama , seni, bahasa, budaya, dan lain sebagainya. Manusia dalam kehidupannya memberi makna ( meaning ) sesuai bingkai interpretasinya (frame of refference) dan latar belakang budayanya yang orisinil dan spesifik; terhadap segala sesuatu dan peristiwa yang ada disekitarnya. Jadi tidak usah khawatir bila dalam perayaan Liturgi Jumat Suci dalam Pekan Suci yang baru lalu secara simbolik dilakukan tabur bunga terhadap jenazah Yesus yang diturunkan dari salib, dan terus kemudian diarak - arak sebagai suatu yang mengada - ada , dan menjadi pembicaraan bagi sementara umat paroki Santo Ignatius. Bukankah demi membuat lebih sakral ibadat kita yang begitu kaya terjadi sesuatu yang dapat lebih mengkomunikasikan Allah dalam diri Kristus terhadap kita. Kita adalah mahluk yang dalam segala kelemahannya diberikan suatu kemampuan yang membedakan manusia dari mahluk lain , yaitu diberi sesuatu kemampuan dimana kita dapat mentransendir ( transcendence, going beyond, melampaui ). Pengertian atau konsep pengertian pasangan transendence / immanence berasal dari Aristoteles ( abad ke 4 S.M. ) yang menunjukkan hubungan Tuhan dengan dunia . Disini transenden diartikan bahwa Tuhan berada dan melampaui dunia, dikontraskan dengan imanensi dari Tuhan yang termanifestasi di dalam dunia. Tuhan berada dan menopang apa yang tengah berlangsung dalam dunia ciptaannya. Tuhan adalah prime mover, suatu self consciousness yang bersifat non materi yang berasal dari dunia luar, dan ini menjadi idea dari Yudaisme dan Kristen yang menyatakan Tuhan sebagai sesuatu yang diluar dunia (being outside) yang menciptakan dunia dari ketiadaan ( nothingness ). Creatio ex nihilo. Transcendental ini banyak dipakai oleh para pemikir seperti misalnya Immanuel Kant dalam menerangkan teori tentang pengetahuan sebagai suatu proses sinthesa, ..... through a process of synthesis, the mind generates both the structure of objects, and its own unity...... Hegel dan filsafat phenomenologis juga membahas kesadaran yang transenden. Yang masih dan paling aktual , konsep transenden-imannen ini juga dipakai oleh Theolog Jesuit yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20 dan banyak merupakan sumber inspirasi konsili Vatikan II yang diprakarsai oleh Bapa Suci Yohanes XXIIIdan dlanjutkan oleh Bapa Suci Paulus VI ; dimana pemikiran Karl Rahner memberi warna dan banyak memberikan inspirasi bagi Bapa Suci Benedictus XVI yang juga sudah terlibat dan banyak memberikan kritik - kritik dalam konsili Vatikan II bersama Johanes Paulus II yang lebih banyak diam dan menyimak selama konsili tersebut. Keduanya saat itu hadir sebagai uskup. Menurut Rahner , trancendental christology dengan wafat dan kebangkitan Kristus, dengan inkarnasi Tuhan dalam bentuk manusia ( human nature ) adalah sakramen Allah dimana Allah mengkomunikasikan dirinya ( Self Communication of God ) menawarkan kepada kemauan bebas manusia Rahmat berelasi dan memperbaharui relasi dan pengampunan. Orang beriman saat ini adalah seorang "mistik", dalam arti kesanggupan untuk menyadari dan mengimani apa yang berada dibalik pengalaman dan di dalam pengalaman manusiawi kita dengan iman yang kurang namun dengan Rahmat kepercayaan akan Yesus Kristus, dirasakan secara intuitif mengalami Allah dalam cakra wala rohani yang tak terbatas. Mengalami dan menyadari dengan kesadaran melampaui panca indera menyadari sapaan Ilahi dalam lubuk hati yang disemayami Roh Kudus, yang secara terus menerus - immanen ingin berinteraksi atau berwawancara dengan putera puteri yang dikasihiNya . Sehingga apa yang diwahyukan melalui kitab suci seperti ................Aku tinggal dalam kamu ( Yoh14 : 20 ), atau Aku selalu besertamu ( Mat 28 : 20 )..................menjadi nyata bukan sesuatu mimpi yang menjadi wacana para agamawan atau teolog kristen. Memang kita adalah kreasi atau bentuk yang paling sempurna dari animal (paragon of animal) nya Shakespeare; sekaligus juga mahluk yang seolah tak terbatas dalam kemampuannya, melebihi segalanya...... human rather thing. Manusia mahluk terakhir yang diciptakan Tuhan sesuai citra diriNya. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya .......”( Kej 1: 27 ). Seperti pemazmur telah mengidungkan "sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku , Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada_Mu oleh karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kau buat". Kita yang dilahirkan dengan memiliki organ tubuh dan kelenjar yang menghasilkan hormon, enzym dan lain sebagainya yang setara dengan ratusan chemical plant atau pabrik kimianya meski jantung yang hanya sebesar kepalan tangan mampu berdenyut memompa darah satu milyard kali setiap tahun sehingga kalau usia kita 60 tahun, jantung kita telah berdenyut sebanyak 60 milyard kali tanpa henti. Yang sepasang ginjalnya dan masing-masing juga sebesar kepalan tangan mempunyai 10 juta pembuluh darah rambut yang menyaring ratusan galon cairan tubuh yang melewati pembuluh-pembuluh rambut tersebut , hanya untuk mensekresikan 2 liter air seni. Yang ada didalam otak kita dengan 100 milyard neuron bagaikan hard disk yang tak terbatas dilengkapi denga prosesor atau berdaya kemampuan yang lebih tinggi dari prosesor buatan manusia manapun. Ada bagian di batang otak yang disebut medulla oblongata yang merupakan awal dan ujung dari hampir sebagian besar fungsi senso dan motorik tubuh kita, seperti ekspresi muka dan manifestasi emosi dan perasaan kita, pendengaran, keseimbangan , fungsi lidah dan otot - otot leher, dsb; bahkan untuk fungsi yang mensyarafi bagian tubuh seperti yang otonom seperti jantung, jeroan, dsb. Merecord semua yang terjadi, yang ada sebagai idea, ataupun untuk memproses dengan kemampuan – kemampuan berpikir yang begitu luar biasa. Betapa menakjubkan Engkau Allahku, Allah yang fascinating, fascinatum sekaligus tremendum ; menakutkan bila kita tidak bisa menghargai kehidupan yang telah diberikanNya kepada masing masing kita dan yang telah dikenalNya satu demi satu sebelum kita dikandung dalam rahim ibu. “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau .......”( Yeremia 1 : 5 ). betapa mengagumkan ciptaanMu yang sempurna . Penganut Katholik yang mempunyai penghayatan dan pengertian akan ekaristi atau liturgi syukur (eucharist berarti bersyukur dalam bahasa Yunani) bisa menyimak dalam doa syukur agung ( sayangnya hanya imam yang boleh mengucapkannya, kita hanya menyatakan dalam hati ) seperti ini ...........................kami memuji Engkau , ya Bapa yang kudus. Sebab agunglah Engkau, dan semua karyaMu Kaulaksanakan dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Engkau menjadikan manusia menurut gambaranMu, Engkau menyerahkan kepadanya tugas menguasai alam raya, agar dengan demikian dapat mengabdi kepadaMu, satu - satunya pencipta. Meskipun manusia kehilangan persahabatan dengan Dikau karena tidak setia, Ia tidak Kaubiarkan merana dibawah kekuasaan maut. Sebab dengan penuh belas kasihan, Engkau menolong semua orang yang mencariMu, agar dapat menemukan Dikau .....................( Puji Syukur no. 261 ). Patutlah kita bersyukur dalam setiap situasi kehidupan kita karena Dia telah memberi kita hidup dan kehidupan itu sendiri menjadi berarti atau signifikan . To be significant bila kita dengan kemauan bebas kita sendiri yang diberikan Sang Pencipta memberi makna dan arti sesuai dengan talenta apapun yang dimiliki sebagai umat gereja yang bertanggung jawab. Tiada seorangpun tercipta tanpa mempunyai arti bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit” (Lukas 12 : 6 ). Kehidupan kita begitu berharga dimata Tuhan.
Pemahaman tentang iman, etika dan moral, hati nurani, pengenalan tentang Tuhan dan ajaran perintahNya yang kita kenal menurut gereja dan kitab suci. Allah yang terus menerus berwawancara dan berkomunikasi melalui kitab suci dan doa-doa atau bahasa cinta dalam berelasi denganNya. Siapakah sebenarnya kita tergantung dari apa yang kita lakukan setiap hari, kebiasaan – kebiasaan yang kita lakukan dan juga dan juga akhirnya membentuk karakter kita sebagai murid dan pengikut Kristus kiranya dapat memberi tempat bagi Roh Allah yang memberi kita pengetahuan untuk mengenalNya. Dengan memelihara relasi melalui doa dan berusaha terus dalam kawanan gembalaanNya, meskipun kita cenderung berdosa karena memang kita adalah manusia lemah, namun Ia menjaga terus agar kita bukanlah domba yang hilang. Dan dalam kehidupan kita , apa yang disebut dengan emosi dan perasaan bukan terproses di dada kita atau di hati kita tetapi ada didalam otak kita juga.. Sehingga bila hidup perasaan dan emosi yang tidak pernah atau kurang merasa bersyukur dengan keadaan apapun yang paling buruk seperti yang dihadapi ibu yang malang di Malang diatas, dengan kehidupan dari 4 orang anak dalam keadaan apapun dan kehidupannya sendiri; benar-benar tragis dan menyakitkan bila harus terserabut dari kehendak Sang Pencipta. Allah yang sebenarnya Tuhan yang berkelimpahan dan maha baik dalam segala hal.
Siapapun kita yang diarahkan untuk membentuk habitus baru seperti yang diinginkan para magisterium di KAJ, ada baiknya menemukan dirinya. Mungkin pencarian yang tidak pernah selesai yang kita jalani seumur hidup kita untuk menjadi sempurna seperti yang diajarkanNya. Suatu proses “'menjadi” atau becoming , suatu undiscover self seperti yang digambarkan oleh Carl Gustav Jung seorang psiko analist besar abad 20 di Zurich mengemukakan rumusan dasar “ketidak sadaran kolektif”(collective unconscious ) sebagai suatu endapan pengalaman leluhur yang terus diturunkan atau pewarisan endapan sejarah psikis . Ketegangan, ketakutan dan mimpi – mimpi leluhur diteruskan dari satu generasi ke generasi yang lain lewat arketipe ( archetype ), yaitu gambaran kuno dan universal yang sudah ada sejak zaman silam merupakan kesamaan dan parallel dalam lambang-lambang yang digunakan kelompok agama yang berbeda , dalam ungkapan religius, pertobatan, dan dalam penafsiran tentang Tuhan. Tuhan pada dasarnya peristiwa psikologis yang datang secara spontan. Jiwa manusia ( psyche ) menciptakan penampakan gambaran Tuhan yang ada pada collective unconscious sebagai archetype.Individuasi adalah pengertian Yung tentang proses penziarahan kegamaan. Pengertian Self sebagai “serpihan dari keallahan yang tak terbatas”. Bila Freud melihat agama sebagai gejala neurosis, Yung melihat sebagai kodrat kehidupan. Nilai-nilai yang ada dalam suatu agama atau ajaran tergantung dari arketipe yang ada pada warisan psikologis manusia, dan penemuannya merupakan tujuan hidup manusia. Kritik social terhadap kehidupan dunia modern yang penuh dengan krisis. Dilema masyarakat adalah dilema individu dalam masyarakat. Individu yang mempunyai persahabatan dengan Tuhannya dan mempunyai affinitas atau keeratan dan berkoreponden atau berkomunikasi timbal balik membuat kesadaran jiwa bahwa lapisan yang rendah dari jiwa kita (shadow) yang tidak selaras atau mempunyai kecenderungan moral buruk dan merupakan sumber kejahatan tidak menguasai pribadi kita. Sebaliknya shadow yang positif yang membuat alter ego yang lain dari diri kita adalah Alter Kristus yang hidup dalam diri kita. Roh yang ada dan memberi kita pengetahuan yang baik dan buruk. Freud dengan pandangan rasionalistik dan materialistiknya mendeskripsikannya seperti semacam peranan dari conscience atau hati nurani atau bagian dari struktur kepribadian yang membuat harmoni dorongan libido dari id yang dilaksanakan ego dan dikontrol superego atau conscience. Abraham Maslow dalam teori hierarchy of needs , menerangkan kebutuhan manusiawi yang meningkat dari kebutuhan dasar yang faali seperti makan - minum, tidur, bernafas, dsb yang harus dipenuhi sebagai organism , kemudian diikuti kebutuhan untuk safety seperti merasa aman, mempunyai pekerjaan, kesehatan ; baru kemudian mempunyai kebutuhan sosial seperti merasa diterima dan memiliki seperti persahabatan, lingkungan atau keluarga yang supportive, hubungan seksual, dicintai dan mencintai. Pada tingkat yang lebih tinggi ada kebutuhan untuk dihargai dan dapat menghargai orang lain melalui kegiatan dan profesi (esteem need), pada tingkatan selanjutnya adalah kebutuhan cognitive dan aesthetic seperti meningkatkan kecerdasan dan intelektualita melalui pengetahuan, mempelajari sesuatu, eksplorasi, menemukan atau karsa (discover and create), dan juga pengertian tentang dunia disekitarnya. Dan akhirnya pada tingkat yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan segala sesuatu yang indah, kesenian, dsb yang mengarahkan kepada kepuasan menuju aktualisasi diri atau self actualization yang menyegarkan dirinya dalam kehadiran dan keindahan alam yang diserap dari keindahan yang dunia tawarkan. Singkatnya self actualization adalah pemenuhan dari potensi seseorang. Teori ini menjelaskan motivasi manusia berperi laku, pada kebutuhan yang faali biasanya disebut kebutuhan dasar sedangkan lainnya yang lebih tinggi adalah kebutuhan psikologis. Pada puncak kebutuhan yang lebih tinggi atau aktualisasi diri, Maslow juga mengemukakan teori tentang kebutuhan spiritual yang disebutnya self transcendence pada orang - orang yang self-actualizing juga pada orang - orang yang tidak mengalami self actualizing, Jadi dibedakan dengan dengan teori kebutuhan yang bertingkat ( hierarcy ) tadi menurut Maslow kebutuhan spritual ini berbeda dengan kebutuhan - kebutuhan lainnya , kebutuhan spiritual ini disebutnya Self Trancendence yang dapat diakses dari semua tingkat kebutuhan . Manusia adalah ciptaan yang diberi kebebasan dan kemampuan untuk dapat mentransendir dirinya untuk pemenuhan segala kebutuhan termasuk kebutuhan spiritual ini. Rahner dengan transcendence christologynya memahami bahwa Yesus Kristus yang berasal dan dalam kesatuan dengan Allah adalah yang membuat kita dapat mentransendir diri sebagaimana Ia dalam kesatuan dengan Bapa Surgawi , mengajak kita untuk menerima karya penyelamatan dengan meresponse dalam kehidupan yang partisipatif dalam menerima Roh Kudus. Yesus yang disebutnya pengetahuan yang abadi ( eternal logos ) atau Sang Sabda , dimana Tuhan dari semua keabadian menawarkan memulihkan kita menjadi self yang ilahi (self divine ). Allah yang menyelamatkan bukan dari tempat yang jauh ( distance ) , tapi Allah yang menyelamatkan dengan berpartisipasi dalam self divine dari diri kita , yang merupakan tujuan atau pemenuhan dari kebutuhan spiritual kita. Mungkin saja undiscovered self tapi bukan yang mustahil dapat juga dicapai discovered self. tersebut.
Sebagai pengikut Kristus, sejauh pengidentikasikan diri dengan citra Allah, …………….hendaklah kamu menjadi sempurna sepeperti Bapa………………….., biasanya kita tidak menjawab secara tegas tetapi juga keberatan untuk menyangkal atau seolah mendiamkan proses pengilahian diri bahwa dengan dibaptis dan dengan skramen krisma kita dicurahi dan diteguhkan atau dilahirkan kembali dalam Roh. Jawabnya pasti Ya, saya percaya; Ya, saya mau. Akan tetapi adalah suatu proses dalam menyadari kehadiran Roh dalam diri sebagai baitNya dan dalam kebebasan kita ”becoming”, mencari kesejatian diri kita sebagai pengikut dan murid yang setia. Sebenarnya siapakah diri kita , adalah terbentuk dari kebiasaan- kebiasaan yang kita lakukan, kebiasaan – kebiasaan adalah tindakan kita yang berulang – ulang. Inilah yang membentuk kepribadian kita. Watch your thoughts; they become words. Watch your words; they become actions. Watch your actions; they become habits. Watch your habits; they become character. Watch your character; it becomes your destiny. Habits atau kebiasaan – kebiasaan baik dari pengajaran ajaran kristiani bukanlah sekedar dikenali atau secara cognitive diterima kita ; Bolehlah kita karena Roh menggerakkan kita untuk menerima, patuh dan setia terhadap Sabda dan juga menjadi pelaku Sabda. Semoga dalam kebangkitan Paska yang memberikan kita semangat , memberikan penyegaran kepada jiwa kita yang letih lesu dan berbeban berat. Untuk memulai dari diri sendiri, berefleksi menaati segala perintahNya dengan lebih mengenal dan mencintai Tuhan Yesus melalui kitab suci. Berpegang teguh, patuh dan setia kepada SabdaNya, membiarkan Roh berkarya dalam diri kita untuk seturut kehendak Bapa. Sabda yang secara abadi menjadi sumber inspirasi bagi para murid dan pengikut Kristus. Pemahaman bahwa akhirnya semua terpanggil seperti Kristus yang melakukan perjalanan ke Jerusalem . Menyangkal diri, memanggul salib kita masing – masing dengan mengikuti Sang Guru (Lukas 9 : 23 ) Semoga Paskah Kebangkitan tahun ini juga memberi kita kehidupan dengan habitus baru yang lebih berkenan dan layak di hadapan Tuhan.Tetap kita harus mempunyai harapan suatu habitus baru dalam masyarakat Indonesia sepuluh, dua puluh tahun, ataukah seabad lagi.Tuhan Yesus begitu radikal dalam menyampaikan ajaran-ajaranNya, para murid tidak boleh suam-suam kuku. Mampukah kita yang secara kodrat adalah daging yang lemah tetapi juga mempunyai jiwa yang diberi Roh yang penurut melakukan sesuatu yang mempunyai kontribusi sekecil apaun untuk berperan serta dalam menciptakan habitus baru dalam masyarakat kita yang benar - benar sakit. Sebagai penutup saya ingin menulis tulisan ini dengan Karl Rahner yang mengatakan: Orang beriman adalah seorang mistik ( Jangan diartikan dengan kata klinik yang banyak diartikan oleh masyarakat kita karena pengaruh yang salah dari sinetron - sinetron gaib atau penampakan ).Mistik disini adalah pengertian bahwa semua agama atau aliran kepercayaanpun memahaminya seperti pencarian akan Tuhan. Seperti dalam doa syukur diatas, pencarian akan menemukan Allah adalah untuk menemukan Tuhan yang memberi keselamatan. Suatu kerinduan untuk memandang wajah Allah seperti suatu keadaan yang pernah dialami Simeon dalam Lukas atau Stefanus dalam Kisah para rasul. Seorang jenius seperti Einstein juga mengakui ide dan eksistensi Tuhan meski tanpa melekatkan dirinya pada suatu agamapun, seperti pengakuannya. Pengakuan yang mendalam secara penuh emosi terhadap kekaguman terhadap roh(spirit) yang menyatakan diriNya dalam kejadian – kejadian yang dapat kita persepsi dengan pikiran kita yang lemah ( frail and feeble ). Pengakuan terhadap kekuatan yang maha dahsyat dalam alam raya yang dapat dimengerti, seperti kutipan ini ......."My religion consists of a humble admiration of the unlimited spirit who reveals himself in the minutest details that we are able to perceive with our frail and feeble minds. That deeply emotional conviction of the presence of superior reasoning power is revealed in the comprehensible universe. That forms my idea of God" (Albert Einstein in Science and Religion). Adapun kemampuan mistik yang dimaksud Rahner diatas adalah dalam arti kesanggupan untuk menyadari dan mengimani apa yang dibalik dan di dalam pengalaman - pengalaman manusiawi kita. Saudara - saudaraku mari kita bertindak dengan perlahan - lahan, supaya kita jangan begitu ramai, sehingga sabda rahmat ilahi, yang tenang namun begitu berdaya ( Roh Kebenaran } dan memberi kita pengetahuan akan Allah , jangan tak terdengarkan karena kata - kata kita , yang terlampau keras namun tak berdaya. Ya Tuhan tolonglah imanku yang kurang. Berikanlah aku rahmat akan Yesus yang menyelamatkan kita. Dalam keheningan disertai kesadaran yang penuh marilah kita berdoa mazmur. Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah namaNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali. Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap didalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersuka cita. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi. Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segala-galanya telah Kauletakkan dibawah kakinya. Pujilah Tuhan hai jiwaku. Pujilah namaNya yang kudus. Tuhan, Bapa yang maha baik membimbingku dalam kehidupan.
Jakarta dengan inspirasi dari retret para prodiakon di Cidokom, 21 Maret 2007
menjelang Paska Kebangkitan Tuhan
Hendra Boeniardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar